Labirin kesehatan mental tak akan terkuras pada tiap sajian pembicaraan. Meski dunia pendidikan sudah memasukkan materi P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) yang bersinggungan dengan kesehatan mental, namun nyatanya banyak siswa mengalami cedera mental. Perlu adanya peningkatan relasi dan kemitraan secara khusus antara sekolah dan orang tua. Mengapa orang tua dilibatkan?
Dikarenakan sistem pendidikan dapat tercapai sesuai perundangan yakni keterlibatan berbagai pihak yang disebut stakeholder baik internal maupun eksternal. Pemangku kepentingan internal pendidikan terdiri dari guru, murid, dan tenaga administrasi.
Sedangkan pemerintah, lembaga sosial daerah, komunitas, lembaga pelatihan, dst. masuk dalam kategori eksternal. Kemitraan yang telah terjalin diharapkan bisa mengelola data pendidikan serta terimplikasi pada dukungan atau koreksi proses pembelajaran.Â
Berkenaan dengan pratinjau proses pembelajaran, tidak semua temuan di sekolah sesuai impian. Minimnya sumber daya manusia yang disebut guru belum semuanya mampu memahami siswanya secara lahir dan batin.
Penyebabnya, rasio perbandingan jumlah guru dan siswa tidak sepadan, meski guru sering dijuluki dalang. Tapi adakalanya dalang luput terhadap perkembangan wayang (siswa).
Selain itu, anggapan siswa yang sedang bermasalah dengan kesehatan mentalnya bukan semata-mata menjadi tanggung jawab guru.
Banyak dan rumitnya aktivitas jam mengajar membuat guru kurang fokus kepada kondisi mental siswa, guru lebih memilih mengejar ketuntasan materi, bahkan saat ini guru disibukkan dengan e-kinerja. Berburu sertifikat pelatihan lebih menggiurkan dibandingkan menggeluti kondisi siswa-siswanya.
Alasan logis lainnya, hanya guru BK sajalah yang patut menjadi tumpuan siswa bermasalah. Stigma-stigma polos itulah sebagai penghalang kenapa guru belum bisa hantarkan muridnya menuju kesegaran psikologis.
Sebut saja Niaz (salah satu siswa yang pernah berkeluh kesah kepada saya), remaja kelas XI itu sudah hampir satu semester absen dari sekolah. Ketidakhadiran yang berkepanjangan tentunya disertai sebab. Psikis terganggu. Sering mengalami mood swing di mana seseorang menghadapi perubahan suasana hati (mood), terjadi dengan cepat dan drastis.
Kondisi ini biasanya ditandai dengan perubahan emosi yang merupakan reaksi tubuh terhadap lingkungan atau suatu situasi. Mood yang berubah-ubah sangatlah wajar hingga kondisi tertentu.
Namun, jika ditemukan keseriusan atau gejolak meningkat tanpa adanya alasan pasti dapat mengganggu aktivitas bahkan depresi.
Akibat dari depresi, tingkat ketidakpercayaan diri dan insecure terhadap orang lain semakin tampak pada Niaz. Ketika saya telisik, ada beberapa faktor mengapa dia menjadi siswa yang selalu mengurung diri. Kisah Niaz akan saya urai dengan melibatkan teori insecure.
Menurut Mu'awwanah (2017), insecure adalah perasaan tidak aman yang dialami seseorang merasa tidak percaya diri (inferiority), takut, cemas (anxiety) dan lainnya akan suatu hal yang dipicu oleh rasa tidak puas dan tidak yakin akan kapasitas diri sendiri.
Jenis Insecure meliputi ketidaknyamanan dalam hubungan antar maupun interpersonalÂ
Ketidaknyamanan sosial
Social insecurity atau ketidaknyamanan sosial hinggap hampir di semua orang. Terlebih bagi si introvert, saat berada di tengah khalayak umum spontanitas muncul rasa gelisah hingga takut menyerang. Berawal dari ketidakpedean memberi sapaan, menarik diri dari komunitas, enggan bersosialisasi dengan teman beda kelas, menutup diri untuk tidak terpengaruh dan mempengaruhi orang lain. Alur tersebut akan menumbuhkan rasa kerdil dan was-was untuk bergabung atau menjalin komunikasi dengan banyak relasi.
Hal ini terjadi pada Niaz. Dia merupakan anggota salah satu organisasi sekolah. Contohnya ketika bertemu siswa laki-laki, maka dirinya tidak akan pernah siap. Tidak sekadar menjauh tapi lebih memilih lari. Setelahnya dia akan kembali bergabung dengan teman perempuan.
Latar belakang kenapa dia menjadi seperti itu tak lain adalah karena trauma berkepanjangan terhadap sosok laki-laki.
Ayahnya yang harusnya menjadi panutan imam keluarga. Riilnya tidak demikian. Ayah selalu marah-marah dan memukul Niaz tanpa sebab. Sejak dia sekolah di pesantren, sosok ayahnya ini melekat kuat di pemikiran Niaz jika semua laki-laki adalah brengsek. Hingga dia tidak mau berkomunikasi dengan lawan jenis.Â
Ketidaknyamanan bentuk tubuh
Body shaming sangatlah menyakitkan. Tidak bisa berhenti dalam hitungan jam maupun hari. Seolah menjadi makian paten bagi mereka yang memandang tubuh ideal seorang wanita sekitar kulit putih, tubuh langsing, hidung mancung, mata belok, serta punyai bulu mata lentik.
Candaan yang sering dilontarkan terkait tubuh mengakibatkan seseorang teracuni rasa percaya dirinya. Jika ketidaknyamanan tersebut berlangsung lama, timbunan insecure mulai menumpuk.
Ketika mengartikan bentuk tubuh, tidak hanya masalah utama bagi wanita, namun pria pun dapat mengalaminya. Niaz miliki tubuh berisi. Tinggi badannya tidak mampu mengimbangi kelebihan lemak di beberapa bagian tertentu.
Secara fisik dari wajahnya terpancar paras ayu dan manis. Tapi Niaz tidak pernah merasa dirinya cantik. Pendapatnya kaku mengenai bentuk badan. Labeling diri bahwa dia tidak layak untuk tampil cantik. Insecure bentuk tubuh membawa dia semakin tidak kerasan mengenyam pendidikan di pondok.
Ketidaknyamanan dalam pekerjaan
Lingkungan kerja tidak seindah bayangan kita sebelum dan atau saat melamar pekerjaan. Kantor atau sekolah sebagai tempat naungan banyak karakter manusia menggiring kita untuk memahami sifat masing-masing personal. Sewajarnya andai ditemukan hal positif dan negatif. Harapannya dunia kerja dapat kita taklukkan dengan senyuman dan rendah diri.
Kenyataannya tidak semudah itu. Kinerja dinilai berdasarkan banyak item. Namun terkadang syarat mutlaknya pun terabaikan. Ujung-ujungnya nepotisme seakan menjadi kunci sukses dalam dunia kerja.
Hal ini tidak sebanding dengan orang yang merasa insecure pada pekerjaan, cenderung merasa dirinya tidak kompeten, minder dan ragu dengan kemampuan dirinya di tempat kerja. Bila dibiarkan, tentu hal ini dapat memengaruhi performa kerja bahkan hubungan dengan sesama rekan kerja.
Apakah Niaz juga mengalaminya? Tentu. Meskipun terjadi pada lingkup sekolah.
Niaz tidak leluasa bekerja atau belajar. Ketebalan rasa minder menyelimuti dirinya. Terhitung sejak lepas dari pendidikan tingkat menengah pertama, Niaz kecil tidak mengenal takut untuk mencoba menyelesaikan pekerjaan rumah yang telah diberikan guru. Jika dia tidak mengerti maka akan selalu bertanya.
Tetapi kelanjutan studinya berkata lain. Niaz kelas XI menjadi seorang nonreaksi, dia memilih berdiam diri meskipun itu sangat menyulitkan dan menyakitkan. Sudah tak terhitung, hampir setiap pelajaran ditinggalkan.
Ketidaknyamanan dalam kebutuhan dasar
Kebutuhan dasar atau basic need lebih memfokuskan pada bahasan kebutuhan dasar manusia , baik primer maupun sekunder. Contohnya makanan, pakaian, rumah, kesehatan, agama, kasih sayang, dll. Saat orang insecure terhadap kebutuhan dasar tersebut maka lambat laun fanatik kepada diri sendiri. Jika kebutuhan tidak terpenuhi dapat menimbulkan stres tinggi.
Serupa dengan sikap Niaz, meskipun kondisi kesehatan mentalnya sedang dipertanyakan, Niaz senantiasa memikirkan kebutuhan dasar yang akan didapatkannya. Apakah kedua orangtuanya mampu memberikan segala apa yang dia butuhkan? Jika tidak apa yang terjadi?
Pernah suatu ketika Niaz menyampaikan kepada saya, "Bu, saya kasihan dengan Bunda yang telah mengeluarkan banyak biaya untuk pengobatan saya. Orangtua saya hanya seorang petani desa, penghasilnya juga kecil."
Sampai saat ini Niaz masih menjalani terapi psikologis dan psikiater. Biaya perawatan dan pengobatan akibat kesehatan mental yang belum membaik menjadi tanggung jawab sekolah.
Adapun beberapa langkah serta solusi yang pernah kita terapkan kepada Niaz sebagai berikut:
1. Memberikan pengertian melalui diskusi berkala kepada Niaz, bahwa dirinya tidak akan marah mengenai pendapat yang tidak sejalan dengan dirinya.
Ditanamkan bahwa pendapat berbeda bukan berarti sebuah bencana, tidak menganggap Niaz bodoh, tidak berarti juga kalau Niaz telah melakukan hal yang tidak pantas atau buruk bagi temannya.
Contohnya pada saat diskusi tersebut, saya dan Niaz sering menemukan pendapat berbeda. Niaz tidak lagi mengembangkan senyum, tapi sudah dilakukan perjanjian di awal untuk beragamnya pendapat bisa diklarifikasi atau diobrolkan dengan hati teduh lalu diambil jalan tengah tanpa adanya emosi.
Hal terpenting yang perlu digarisbawahi setiap orang berhak berpendapat, belajarlah menghargai orang lain, jauhkan rasa egois!
2. Mengajak Niaz untuk fokus pada kelebihannya
Mengubah insecure menjadi syukur. Proses yang tidak mudah ketika Niaz selalu menempatkan dirinya tidak berguna. Setiap cemooh dari temannya senantiasa dimasukkan hati dan tak jarang membuat gelisah berkepanjangan.Â
Rasa syukur Niaz tidak hanya terkait faktor religius. Dari bimbingan guru agama, Niaz dianjurkan untuk tak luput dari ibadah sunahnya, selain ibadah wajib juga terus digaungkan. Mulai dari puasa Senin Kamis, panjatkan sholawat, dan mengerjakan salat sunah.
Selain itu, Niaz perlahan sigap jika ada celaan, dibalas dengan senyuman. Rasa percaya diri semakin menunjukkan kemajuan positif. Suatu ketika responsnya hanya menarik napas panjang, saat ada temannya mencoba mengatakan tentang kelebihan berat badannya.
3. Menerima kritik dan masukan dengan kepala dingin. Hasil terapi psikolog, Niaz menemukan jati diri bahwa janganlah menjadi mahluk yang antikritik. Menerima segala hal kritikan dan menjauhkan diri dari naik pitam. Sudah dapat dipastikan, sebelumnya Niaz gemar melukai tangannya. Berproses, pergelangan tangannya yang selalu disayat (barcode: sebutan para remaja) mulai memudar karena sudah tidak digores lagi.Â
Selain Niaz yang diberikan terapi, kedua orang tuanya pun ikut andil. mereka dipertemukan secara terjadwal. Hal ini bertujuan untuk menemukan satu titik tujuan guna menghilangkan prasangka buruk antara orang tua dan anak, utama pada sosok ayah.
Sosok ayah yang sangat dirindukan baik fisik maupun kasih sayang kepada Niaz menjadi obat pelipur dan penyemangat Niaz guna pulihkan insecure.
4. Tantang pikiran negatif. Pikiran kotor dan prasangka buruk terhadap diri dan orang lain sudah melekat pada diri Niaz. Trik sederhana supaya keluar dari area negatif, catat di buku atau komunikasikan dengan teman maupun orangtua.
Bisa juga berbagi cerita ke guru atau orang yang dapat dipercaya. Tujuan menulis dan bercerita yaitu melepaskan kegundahan isi hati, setidaknya beban pikiran sudah terlampiaskan. Supaya berhasil dengan pikiran positif, maka umpan balik dari orang yang mendengarkan saring dan praktikkan.
Lalu bagaimana dengan menulis? Bukankah menulis kegiatan satu arah. Cermati tulisan kita, jelajahi dunia maya, baca artikel tentang insecure maupun kesehatan mental. Evaluasi diri kita lalu lanjutkan dengan mendata apa saja yang kiranya dapat dilakukan untuk menghasilkan pikiran positif.Â
5. Fokus pada kebutuhan diri sendiri. Jangan sampai insecure mengubah duniamu menjadi muram. Niaz mendapatkan trik dari guru Bk-nya untuk merawat diri sendiri secara rutin.
Misalnya dengan olahraga ringan, seperti jalan kaki kelilling pesantren. Mandi minimal dua kali sehari. Menjaga kesehatan rambut dan kuku. Mulai menata diri dengan perkataan baik. Istirahat cukup. Penuhi asupan makan dan minum yang bergizi. Makan tidak harus mahal yang penting sehat.
Kisah Niaz berbalut sedikit teori perihal insecure dan tidak percaya diri dengan mengepakkkan jenis dan solusinya, mudah-mudahan dapat memberikan gambaran kepada orang tua maupun guru tentang menangani anak remaja ketika kesehatan mentalnya terganggu.Â
Sampai saat saya membuat artikel ini, Niaz masih berjuang dan bergelut dengan langkah-langkah pemulihan seperti yang telah saya utarakan.
Niaz boleh gagal, namun tidak untuk terbuai dalam kelarutan kegagalan. Bangkitlah, Nak. Masih banyak pihak yang mendukungmu. Orang tua, guru, teman, psikolog dan psikiater, serta pihak-pihak yang membantumu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI