Candaan yang sering dilontarkan terkait tubuh mengakibatkan seseorang teracuni rasa percaya dirinya. Jika ketidaknyamanan tersebut berlangsung lama, timbunan insecure mulai menumpuk.
Ketika mengartikan bentuk tubuh, tidak hanya masalah utama bagi wanita, namun pria pun dapat mengalaminya. Niaz miliki tubuh berisi. Tinggi badannya tidak mampu mengimbangi kelebihan lemak di beberapa bagian tertentu.
Secara fisik dari wajahnya terpancar paras ayu dan manis. Tapi Niaz tidak pernah merasa dirinya cantik. Pendapatnya kaku mengenai bentuk badan. Labeling diri bahwa dia tidak layak untuk tampil cantik. Insecure bentuk tubuh membawa dia semakin tidak kerasan mengenyam pendidikan di pondok.
Ketidaknyamanan dalam pekerjaan
Lingkungan kerja tidak seindah bayangan kita sebelum dan atau saat melamar pekerjaan. Kantor atau sekolah sebagai tempat naungan banyak karakter manusia menggiring kita untuk memahami sifat masing-masing personal. Sewajarnya andai ditemukan hal positif dan negatif. Harapannya dunia kerja dapat kita taklukkan dengan senyuman dan rendah diri.
Kenyataannya tidak semudah itu. Kinerja dinilai berdasarkan banyak item. Namun terkadang syarat mutlaknya pun terabaikan. Ujung-ujungnya nepotisme seakan menjadi kunci sukses dalam dunia kerja.
Hal ini tidak sebanding dengan orang yang merasa insecure pada pekerjaan, cenderung merasa dirinya tidak kompeten, minder dan ragu dengan kemampuan dirinya di tempat kerja. Bila dibiarkan, tentu hal ini dapat memengaruhi performa kerja bahkan hubungan dengan sesama rekan kerja.
Apakah Niaz juga mengalaminya? Tentu. Meskipun terjadi pada lingkup sekolah.
Niaz tidak leluasa bekerja atau belajar. Ketebalan rasa minder menyelimuti dirinya. Terhitung sejak lepas dari pendidikan tingkat menengah pertama, Niaz kecil tidak mengenal takut untuk mencoba menyelesaikan pekerjaan rumah yang telah diberikan guru. Jika dia tidak mengerti maka akan selalu bertanya.
Tetapi kelanjutan studinya berkata lain. Niaz kelas XI menjadi seorang nonreaksi, dia memilih berdiam diri meskipun itu sangat menyulitkan dan menyakitkan. Sudah tak terhitung, hampir setiap pelajaran ditinggalkan.
Ketidaknyamanan dalam kebutuhan dasar