Tak kalah menarik dari kursi sandar, tim perpustakaan bisa menyediakan mini bar, program ngopi gratis dapat diterapkan setiap satu minggu sekali. Bukan sembarang gratis, sebelumnya tantangan bagi pemustaka atau pengunjung yang berhasil menceritakan ulang tentang isi buku yang telah dibaca, meskipun tidak sampai akhir. Minimal dengan cara ini bisa menarik siswa untuk rajin ke perpustakaan.
Andai perpustakaan tidak punya lahan cukup luas, maka dapat mengambil inisiatif mode lesehan. Kursi kecil ala cangkrungan pinggir jalan, bisa diadaptasikan di ruangan ini.Â
Spot-spot foto rupanya bisa pengaruhi kehadiran siswa tuk ke perpus. Jangan lupa pencahayaan dan suasana hening dijaga dengan baik. Ketersediaan jaringan internet sangat dinanti para pengunjung.Â
Senada dengan hal tersebut, maka perpustakaan sudah selayaknya miliki perlengkapan multimedia (komputer yang terhubung internet, LCD, scanner, printer, dan televisi).Â
Diharapkan alat-alat multimedia tadi digunakan untuk nonton film bareng di perpustakaan. Saat pelajaran, moving ruangan dari kelas bergeser ke perpustakaan mampu menghadirkan suasana berbeda.Â
Indikator keamanan gedung perpustakaan meliputi jenis keamanan dan fasilitas yang terdiri dari CCTV, pintu detektor, tempat penitipan barang/loker, pintu darurat, alarm tanda bahaya, alat pemadam api, dan tenaga sekuriti.Â
Acapkali kelengkapan indikator menjadi penghalang sekolah sebagai partisipan akreditasi perpustakaan. Namun, dapat disiasati melalui pengadaan loker ataupun meja sebagai gantinya loker untuk tempat menaruh tas pengunjung. Letakkan meja dekat pustawakan sehingga peninjauan keamanan pengunjung tetap terjaga.Â
Lalu, bagaimana jika tidak miliki sekuriti?Â
Selain memanfaatkan pustawakan, cara lainnya yaitu siswa yang bergabung dalam ekstra literasi dapat dijadwalkan setiap hari untuk piket di perpustakaan.Â
Bisa juga dengan merekrut tenaga TU dialihkan menjadi tim perpustakaan. Kenapa bukan guru? Untuk menghindari bias tugas pokoknya sebagai pengajar.