Hampir setiap sekolah dilengkapi sarana perpustakaan. Tempat kumpulan sumber ilmu dan sirkulasi peminjaman buku terjadi hampir setiap hari. Bagian gerakan literasi sekolah, perpustakaan bisa dibilang jantungnya giat baca tulis warga sekolah.Â
Tidak pilih kasih dan pandang bulu, semua lapisan struktural sekolah dituntut melek maupun peduli perpustakaan. Salah, jika ada praduga bahwa hanya pustakawan saja yang berhak menggaungkan keberadaan serta mengangkat kualitas perpustakaan.Â
Namun, sisi lain menunjukkan kebenaran, kala akreditasi di depan mata, para pustawakan sibuk persiapan diri. Akreditasi perpustakaan tingkat nasional tahun 2024 akan dilaksanakan perkiraan pertengahan tahun. Jika mencermati rincian instrumen akreditasi, terbilang cukup banyak.Â
Terdapat 9 poin besar. Masing-masing bagian beranak pinak. Dimulai dari koleksi perpustakaan, sarana dan prasarana, pelayanan, tenaga, penyelenggaraan, pengelolaan, inovasi dan kreativitas, tingkat kegemaran membaca, berakhir pada indeks pembangunan literasi masyarakat. Rata-rata sub bagian terdiri atas 4-14 indikator. Bisa dibanyangkan 9 point dikalikan 73 jumlah indikator kunci.
Seandainya perpustakaan terus berbenah, maka komponen penilaian yang diminta tidak menjadi kocar-kacir atau kelabakan. Lalu bagaimanakah cara mengatasi atau trik khusus pihak sekolah menemukan solusi agar dapat mengikuti akreditasi dengan perolehan nilai tinggi?
Berikut kolerasi antara item beserta jabaran trik jika instrumen yang diminta belum mencapai target. Penulis tidak merinci detail contoh setiap kategori, hanya perwakilan yang dianggap subtantif.Â
Perlu dipahami bahwa akreditasi perpustakaan dititik beratkan pada jumlah rombongan belajar. Batas maksimal perhitungan rombel yaitu 19 ke atas.Â
a. Komponen koleksi perpustakaan
- Jenis dan jumlah koleksi buku, lebih dari 3.499 judul buku. Andai belum sesuai target, maka dapat praktikkan cara berikut.
Trik: