Tumbuhkan literasi di rumah dapat melalui perpustakaan mini atau sudut baca. Manfaatkan kamar atau tepi teras sebagai perpustakaan. Setiap minggu atau sebulan sekali ajak anak ke toko buku. Beli koleksi buku sesuai umur dan minat anak. Lebeli buku dan lengkapi dengan stempel pribadi.
Hal ini membimbing anak supaya tertib dan disiplin masalah administrasi. Ajak teman-temannya untuk berkunjung ke perpus rumah. Layani teman apabila meminjam buku, boleh di bawa pulang maupun di baca di tempat. Sediakan camilan atau sekadar permen ketika teman berkunjung. Setidaknya mengedukasi anak supaya terhindar dari sifat kikir. Jika meminjam suatu barang ke orang lain maka wajib dikembalikan. Pesan itulah yang sekiranya dapat disampaikan anak kepada peminjam.Â
 d. Ruang konsultasi
Makna ruang konsultasi tidak harus ada secara fisik. Bersifat bebas, dapat dilakukan di ruang manapun. Sejatinya ruang ini bentuk kooperatif kalbu antara orang tua dan anak. Apabila anak suntuk, segera ceritakan kepada psikiater dalam hal ini ayah maupun ibu.
Atau bisa keduanya. Jangan sampai anak memendam perasaan terlalu dalam dan lama. Depresi akan mengintai. Hindarkan stres anak dengan cara, buka ruang konsultasi ketika hendak tidur. Misalnya, ibu dapat bertanya, bagaimana aktivitas seharian di sekolah? Menyenangkankah? Atau sebaliknya?
Gali informasi tersebut setidaknya setiap malam. Harapannya supaya anak terbiasa bercerita kepada orang tua. Orang tua akan membantu menyelesaikan segala permasalahan yang menimpa. Merugilah orang tua jika anak takut dan tidak jujur ketika mendapatkan masalah. Kebanyakan kasus, hal semacam ini akan berdampak ke masa depan. Menjadi pribadi tertutup dan mudah tersinggung, karena tidak terbiasa dengan transparasi perasaan.Â
e. Swalayan gratis
Nah, faktor supaya anak betah di rumah yakni adanya swalayan gratis. Swalayan bentuk pemenuhan kebutuhan, baik primer maupun sekunder. Sudah menjadi kewajiban orang tua untuk memberikan asupan gizi kepada anak. Kebutuhan makan, sandang, kelengkapan jaringan internet, dan lain-lain begitu berarti bagi anak. Anak masuk dapur tidak tersedia makanan. Berpindah ke ruang sebelah, hendak bersih diri tapi pasta gigi habis.
Hal-hal seperti inilah, dapat memicu pemikiran anak bahwa kedua orang tua tidak memperhatikannya. Atur kebutuhan rumah sebaik mungkin. Sehingga anak tidak gampang menyalahkan orang tua seandainya salah satu kebutuhan tidak tercapai.Â
Lima perihal bentuk ikhtiar orang tua supaya membangun istana di rumah, jangan berikan ruang kosong supaya hati anak tidak hampa. Penuhi segala kebutuhan baik psikis maupun fisik anak demi keberlanjutan hidupnya.
Rumah menjadi saksi dan pembentukan karakter setiap anggota keluarga. Impian anak bahwa rumah merupakan tempat ternyaman dan bukan hanya sebatas persinggahan istirahat sesaat.