Mohon tunggu...
Muharningsih
Muharningsih Mohon Tunggu... Guru - Pengurus IGI Kab. Gresik-Pengurus KOMNASDIK KAB. Gresik-Editor Jurnal Pendidikan WAHIDIN

Linguistik-Penelitian-Sastra-Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Anak Butuh Rumah, Bukan Sekadar Tempat Tinggal

16 Desember 2023   23:29 Diperbarui: 21 Desember 2023   01:53 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana rumah idaman anak-anak (Olahan pribadi)

Apa yang terbesit di benak Anda ketika disuruh deskripsikan rumah?

Satu petak lahan beserta bangunan. Terdiri atas berbagai bilik, setiap sisi penuh arti dan kenangan. Diklasifikasikan sebagai kata benda. Secara fungsi, benda ini diumpamakan payung. Mampu menangui orang berteduh. Dapat melindungi dari hujan dan terik matahari. Dilambangkan duka andai tampilan payung miliki warna hitam. Kebermanfaatan benda tersebut menyerupai payung.

Namun, lebih menghiasi kehidupan setiap insan. Kadang bisa datangkan petaka, tawa, kelam, terpingkal, syahdu, meringis, hingga tetes air mata. Itulah ilustrasi rumah.

Secara harfiah, rumah disebut tempat tinggal. Anggota keluarga berjibaku dalam segala aktivitasnya di rumah. Mewujudkan rumah idaman baik dari segi kualitas psikologis maupun fisik tidak perlu mewah. Keagungan rumah dapat ditaksir melalui sejumlah nominal andai terhitung dijual.

Tapi permasalahan yang akan kita telaah bukan sebatas rumah sebagai tempat tinggal bagi anak atau anggota keluarga lainnya. Korelatif bersama banyaknya temuan bahwa anak lebih nyaman ketika dekat pengasuh. Kondisi prihatin dialami orang tua saat ada dinas luar kota, misalnya. Mereka meninggalkan anak di rumah.

Kenyataannya, kesempatan emas berpihak pada anak. Anak beranggapan jika orang tua tidak di rumah, maka saat itulah hal yang dinanti. Kenapa? Sebab mereka bisa leluasa menginap di rumah pengasuhnya.

Acapkali pertanyaan terlontar, lantas apa istimewanya pengasuh dibandingkan orang tua? Apakah kurang kasih sayang, atau justru terlalu dikekang. Untuk mengulas kondisi di atas, maka perlunya orang tua menciptakan kondisi rumah tidak hanya sekadar tempat tinggal atau tempat singgah belaka bagi si anak. Akan tetapi, orang tua senantiasa benahi apakah di rumah sudah memberikan layanan maksimal kepada anak.

Berikut fungsi dan upaya orang tua terhadap keberadaan rumah dengan mengedepankan kebutuhan anggota keluarga terutama si anak.

a. Rumah sebagai madrasah

Rumah menjadi madrasah pemula bagi anak. Disebut madrasah karena materi pendidikan di dunia diimbangi dengan butir-butir pengetahuan akhirat. Lebih merujuk ke agama. Bekali anak untuk saling menghormati antarperbedaan, biasakan ucapkan terima kasih setelah dibantu saudara atau anggota lain di rumah.

Minta maaf jika melakukan kesalahan. Lakukan perintah orang tua dengan penuh tanggung jawab. Berpamitan kepada orang tua sambil bersalaman dan ucapkan salam. Posisi menunduk anak ketika bersalaman pertanda rendah diri seseorang. Ajari anak untuk tidak merundung teman atau orang lain, sekalipun dengan saudara kandungnya.

Kenyataannya, terkadang orang tua tidak menyadari ketika membandingkan satu anak dengan lainnya, sehingga dapat menyebabkan sakit hati.

Rasa sakit inilah bisa saja membawa anak ke lingkungan sekolah lalu meluapkan ke teman. Pembiasaan baik tidak harus menunggu anak duduk di bangku sekolah, maka jadikan rumah sebagai taman madrasah si anak.

b. Tempat Rekreasi anak

Supaya anak betah, orang tua dapat melengkapi fasilitas di rumah. Sederhana pun bisa.

Contohnya, manfaatkan alat masak di dapur sebagai pelengkap musik. Vokalis diemban oleh ayah. Ibu bagian drum panci dengan gebug spatula. Wajan, sendok, dan botol kaca dipercayakan si sulung getarkan melodi. Bagi tugas tuk si bungsu, sebagai videografer. Suasana rumah riuh bak konser. 

Selain wujudkan sikap toleransi dan padukan visi untuk bawakan lagu. Rekreasi anak dirasa cukup dengan salah satu solusi andai fasilitas rumah terbatas. Namun, perlu digaris bawahi adalah bagi orang tua luangkan waktu untuk anak walau sejenak. Puji anak saat sendok bersentuhan dengan botol kaca, hingga timbul suara nyaring. Beri pengertian kalau rekreasi tidak harus keluar rumah dan butuh biaya mahal. Cukup di rumah sudah dapat tampilkan konser dadakan. Anak akan rindu masa-masa grup band keluarga tersebut.

c. Tempat tuangkan ekspresi dan literasi

Salah satu tempat favorit keluarga selain kamar adalah ruang televisi. Di ruangan ini anggota keluarga dapat menyalurkan ekspresinya. Apakah masih relevan dengan TV? Karena gawai sudah menjamur?

Terapkan jadwal bagi anak, kapan waktu penggunaan HP dan kapan bisa berkumpul di ruang televisi. Putar film kartun secara selektif. Anak-anak dapat menikmatinya tanpa diganggu oleh anggota keluarga lain. Dampingi anak ketika menyaksikan tontonan TV maupun HP. Sesekali beri penugasan kepada anak "Setelah iklan, boleh dong Adik ceritakan isi film tadi?"

Selepasnya, anak dibebaskan bercerita dengan gaya bahasa dan ekspreasinya sendiri. Selain cerita, orang tua juga bisa manfaatkan kertas sobekan kecil dan meminta si anak untuk menuliskan dua sampai lima kata positif terhadap isi film. 

Tumbuhkan literasi di rumah dapat melalui perpustakaan mini atau sudut baca. Manfaatkan kamar atau tepi teras sebagai perpustakaan. Setiap minggu atau sebulan sekali ajak anak ke toko buku. Beli koleksi buku sesuai umur dan minat anak. Lebeli buku dan lengkapi dengan stempel pribadi.

Hal ini membimbing anak supaya tertib dan disiplin masalah administrasi. Ajak teman-temannya untuk berkunjung ke perpus rumah. Layani teman apabila meminjam buku, boleh di bawa pulang maupun di baca di tempat. Sediakan camilan atau sekadar permen ketika teman berkunjung. Setidaknya mengedukasi anak supaya terhindar dari sifat kikir. Jika meminjam suatu barang ke orang lain maka wajib dikembalikan. Pesan itulah yang sekiranya dapat disampaikan anak kepada peminjam. 

 d. Ruang konsultasi

Makna ruang konsultasi tidak harus ada secara fisik. Bersifat bebas, dapat dilakukan di ruang manapun. Sejatinya ruang ini bentuk kooperatif kalbu antara orang tua dan anak. Apabila anak suntuk, segera ceritakan kepada psikiater dalam hal ini ayah maupun ibu.

Atau bisa keduanya. Jangan sampai anak memendam perasaan terlalu dalam dan lama. Depresi akan mengintai. Hindarkan stres anak dengan cara, buka ruang konsultasi ketika hendak tidur. Misalnya, ibu dapat bertanya, bagaimana aktivitas seharian di sekolah? Menyenangkankah? Atau sebaliknya?

Gali informasi tersebut setidaknya setiap malam. Harapannya supaya anak terbiasa bercerita kepada orang tua. Orang tua akan membantu menyelesaikan segala permasalahan yang menimpa. Merugilah orang tua jika anak takut dan tidak jujur ketika mendapatkan masalah. Kebanyakan kasus, hal semacam ini akan berdampak ke masa depan. Menjadi pribadi tertutup dan mudah tersinggung, karena tidak terbiasa dengan transparasi perasaan. 

e. Swalayan gratis

Nah, faktor supaya anak betah di rumah yakni adanya swalayan gratis. Swalayan bentuk pemenuhan kebutuhan, baik primer maupun sekunder. Sudah menjadi kewajiban orang tua untuk memberikan asupan gizi kepada anak. Kebutuhan makan, sandang, kelengkapan jaringan internet, dan lain-lain begitu berarti bagi anak. Anak masuk dapur tidak tersedia makanan. Berpindah ke ruang sebelah, hendak bersih diri tapi pasta gigi habis.

Hal-hal seperti inilah, dapat memicu pemikiran anak bahwa kedua orang tua tidak memperhatikannya. Atur kebutuhan rumah sebaik mungkin. Sehingga anak tidak gampang menyalahkan orang tua seandainya salah satu kebutuhan tidak tercapai. 

Lima perihal bentuk ikhtiar orang tua supaya membangun istana di rumah, jangan berikan ruang kosong supaya hati anak tidak hampa. Penuhi segala kebutuhan baik psikis maupun fisik anak demi keberlanjutan hidupnya.

Rumah menjadi saksi dan pembentukan karakter setiap anggota keluarga. Impian anak bahwa rumah merupakan tempat ternyaman dan bukan hanya sebatas persinggahan istirahat sesaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun