Mohon tunggu...
Muharningsih
Muharningsih Mohon Tunggu... Guru - Pengurus IGI Kab. Gresik-Pengurus KOMNASDIK KAB. Gresik-Editor Jurnal Pendidikan WAHIDIN

Linguistik-Penelitian-Sastra-Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Praktikkan Teknik STOP, Cara Ampuh Hindari Marah-Marah ke Anak

9 Desember 2023   18:35 Diperbarui: 15 Desember 2023   04:55 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orangtua marahi anak | freepik

"Merasa bersalah habis marahi anak tapi tidak tahu harus bagaimana?"

Kerjaan kantor belum kelar. Pulang ke rumah, mainan si bungsu berserakan. Emosi makin melonjak ketika sikap suami acuh dan berkutat pada HP di tangannya. Ingin merajuk tapi tak bisa pulihkan keadaan, yang ada malah makin berantakan. Belum sempat ganti baju, si kecil merengek minta ditimang. Mau marah tapi ingat anak titipan Tuhan. Jika tidak marah, ubun-ubun sudah memanggil tuk ledakkan amarah tak terkendali. Biasanya marah dibarengi  implus memukul, menyubit, omelan, gerutu, bahkan sampai berteriak.  

Anda pernah merasa di posisi serupa? Pastinya banyak kejadian rumahan mengajak traveling dinamika emosional. 

Saat luang, sembari scroll media sosial lalu masukkan kata kunci "metode hindari marah ke anak". Deret referensi terkait metode ataupun trik dapat diterapkan orang tua terhindar dari marah. Sebetulnya marah itu puncak kekesalan hati, marah luapan emosi statistik tertinggi apalagi bagi seorang perempuan.  

Ilustrasi ibu memarahi anak (Sumber: nerveploaty.blogspot.com)
Ilustrasi ibu memarahi anak (Sumber: nerveploaty.blogspot.com)

Hormon adrenalin bekerja dominan dibandingkan laki-laki. Ketika seseorang marah setelah merespon situasi negatif, tubuh akan melepaskan hormon adrenalin tersebut. Selanjutnya, otot-otot tubuh bakal menegang, detak jantung meningkat, dan tekanan darah melambung. Kondisi ini membuat bagian wajah atau telapak tangan terlihat lebih memerah.

Umumnya bagi seorang ayah, namun tidak luput berlaku juga untuk ibu, salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu praktik metode STOP. 

Mari kita urai langkah-langkah teknik STOP seperti apa dan dampak yang diperoleh.

Langkah Teknik STOP

S (Stop) artinya berhenti

Seberapa berat masalah anak, diusahakan telisik akar permasalahan dan cari solusi. Marah sebisa mungkin jangan didahulukan. Terkadang anak berbuat salah juga hasil didikan orang tua, kurang kasih sayang, kurang perhatian, dan minimnya ruang bercerita. 

Dengarkan ketika anak berkeluh kesah. Andai isi ceritanya pekakkan telinga dan sudah di luar batas normal, maka posisi stop dipraktikkan. 

Stop yang berarti berhenti sejenak untuk hela napas. Semampu mungkin kendalikan diri, jika memandang wajah anak semakin membara maka pejamkan mata sejenak. 

Hal ini menghindari reflek orang tua agar jangan sampai memaki, melototi, mengumpat hingga adu fisik ke anak. Tahap stop menjadikan orang tua bersiap pada posisi pribadi penyabar, penyidik kasus, pendengar setia, pemberi alternatif pemecahan kasus, pelindung jasmani dan psikologi bagi anak.

T (Take a step back)

Lanjutan dari stop yakni huruf T yang bermakna berikan waktu dan ruang kepada diri sendiri untuk tenang. Misalnya sedang hadapi anak dengan sikap masa bodohnya, lebih bijak seandainya orang tua beralih ke tempat yang tenang. Kamar tidur, dapur, maupun teras rumah bisa jadikan lepas penat. Seolah vas bunga, meja dan kursi berbisik "Ayah-Bunda, tenangkan dirimu". Penuh keyakinan setelah butuh waktu menyendiri selama 5-10 menit, kembalilah di hadapan anak. 

Menyiasati agar anak masih dalam posisi semula, tinggalkan pesan padanya "Nak, tunggu di sini, bunda akan kembali lagi". Atau "Maafkan ayah ya, belum bisa atasi masalahmu, ayah janji setelah ngopi akan menemuimu lagi".

Lantas bagaimana jika anak sudah berubah posisi atau menghilang keluar rumah tanpa pamit? Hubungi anak melalui gawai, cari informasi ke teman ataupun saudara terdekat. Bahkan ada kalanya anak akan 'lari' ke guru sekolah. Jangan ragu mencoba cari keberadaannya ke guru tersebut. 

Tahap T akronim STOP secara tidak langsung 'mengekang' orang tua senantiasa menjadi pemerhati anak. Baik dari perkembangan fisik, psikis, maupun keinginan anak. Barometer pemerhati dan kepedulian orang tua pada tahap kedua ini dapat disimbolkan melalui sejauh mana orang tua berkorban untuk anaknya. 

Bagi anak, besar kecilnya usaha orang tua kepadanya sangat mempengaruhi kepercayaan diri. Lantas, kita sebagai orang tua masih mau abaikan hak anak dan tinggalkannya bersama segudang kasus pelik?

O (Observe)

Langkah selanjutnya sebagai usaha agar orang tua dijauhkan dari tindakan marah-marah adalah mengamati apa yang terjadi di sekitar dan dalam diri. Tinjau kembali benak kita. Layangkan pertanyaan pematik teruntuk diri sendiri "Saat tadi marah, apakah aku sempat mengumpat? Apakah jantungku masih berdebar-debar?" Kiranya perwakilan dua kalimat tadi sebagai observasi maupun evaluasi. Jika ada yang bilang "Ketika marah ya gak bisa terkontrol, sering lupa apa yang barusan dilakukan namun setelahnya menyesali". 

Nah nampaknya kata menyesali merupakan pasangan dari kata ingat. Artinya terjadi tabur tuai. Jangan khawatir andai teknik STOP ini sering dilatih maka akan terbiasa hindari marah, seumpama marah pun masih dapat mengingat apa yang terjadi pasca atau saat marah. 

Secara fitrah, manusia dibekali organ tubuh dan dilengkapi akal sempurna. Tinggal bagaimana mengatur kerja keduanya. Jika sayang terhadap kesehatan apalagi detak jantung berdebar cepat, maka hindari marah. Apabila berkeinginan stabilkan dinamika emosi diri dan anak, oleh karenanya tinggalkan marah dan praktikkan O (abserve).

P (Proceed mindfully)

Proceed mindfully atau kesadaran penuh menjadi tingkatan terakhir dalam teknik STOP. Akronim P sedikit menguras energi tuk gapai hasil maksimal. Hadapi anak sepenuhnya, maksudnya adalah sebagai orang tua datangi anak dengarkan sampai usai, jangan sampai temani anak hanya untuk menghibur belaka. 

Bagi sebagian anak, tingkah orang tua menghibur lebih kepada hal lucu. Misalnya, orang tua meniru gaya jalannya monyet. Harapannya supaya si anak juga tidak canggung sampaikan kasusnya. 

Bagi orang tua melucu diperbolehkan dengan catatan sambil sampaikan kepada diri sendiri bahwa sebetulnya dirinya membutuhkan apa? Anaknya butuh lelucon atau tidak? Meraba kondisi setelah observasi di tahapan sebelumnya. 

Mindfully lebih akrab tentang sayangi diri sebelum curahkan kepada anak. Agar implementasi curahan kasih sayang tepat sebagai obat pelipur lara serta pemberi palu pemutus masalahnya. Palu dianalogikan bahwa orang tua benar-benar mengetahui, memahami, mencarikan solusi, hingga memutuskan tindak lanjut si anak harus bagaimana terhadap masalah.

Asa besar terus menganga saat orang tua mengambil, pelajari, dan praktikkan STOP dalam hadapi problematika anak. 

Teknik STOP berundak, secara teoritis dipraktikkan bermula langkah pertama dan diteruskan langkah berikutnya. Tapi tidak menutup kemungkinan bagi sebagian orang tua mengambil hanya dua atau tiga langkah tertentu bergantung pada situasi dan kondisi anak serta besaran kasus yang dihadapi. Diterapkan sesuai prioritas. 

Segala hal menjadi mudah jika sudah terbiasa praktikkan. Selamat mencoba teknik STOP hindari sikap marah-marah terhadap anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun