Mohon tunggu...
Muharningsih
Muharningsih Mohon Tunggu... Guru - Pengurus IGI Kab. Gresik-Pengurus KOMNASDIK KAB. Gresik-Editor Jurnal Pendidikan WAHIDIN

Linguistik-Penelitian-Sastra-Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Filosofi Kehidupan pada Film Srimulat Hidup Memang Komedi

25 November 2023   17:48 Diperbarui: 5 Desember 2023   14:52 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Grup lawak Srimulat asal Solo pernah mentereng pada zamannya. Silih berganti pemain mempererat solidaritas antaranggota. Fluktuatif kejayaannya menyisakan pemain dalam film garapan MNC Picture ini. Tayang perdana di bioskop tanggal 23 November 2023, film Srimulat Hidup Memang Komedi berhasil mengusung Nunung, Tessy, dan Kadir penggambaran pada dua masa. 

Perjalanan tokoh utama Gepeng (diperankan Bio One) mengejar cinta dan kariernya di ibu kota. Sebelum bergabung di Srimulat, Gepeng dipandang sebelah mata karena tidak bisa berakting dan miliki tubuh krempeng, bisa apa dia? Hingga suatu saat Gepeng diberikan lampu merah tuk masuk Srimulat. Keluargaku, demikian Gepeng menyebut Srimulat. 

Selain pelibatan Nunung, Tessy, dan Kadir, aktor kawakan Rano Karno didapuk menjadi babe yang punya kontrakan. Tidak hanya sebatas film, keinginan mengadu nasib di ibu kota ternyata masih menjadi bara api bagi kebanyakn orang. demikian halnya dengan Srimulat. Mereka berhasil ke ibu kota, kontrakan Babe Makmur sebagai rumah Srimulat rupanya menyimpan banyak kisah kehidupan. 

Bagi saya menonton film ini banyak hal yang dapat menjadi pelajaran hidup, maka saya rangkum melalui ulasan sederhana.  Perlu diketahui bahwa filosofi sama halnya dengan hakikat.  Berikut jabaran filosofi atau makna kehidupan melalui  adegan, dialog, maupun tokoh dalam film Srimulat Hidup Memang Komedi.

1. Gepeng

Adegan Gepeng meminta izin kepada orang tuanya ketika hendak menuju Jakarta secara simbolik dengan bersalaman tangan serta meminta doa restu. 

Saat Gepeng menaruh hati pada Royani (Diah Permatasari), sakit hati ketika melihat pujaan hatinya bermesraan dengan teman satu kantor. Kekesalannya tidak mengurungkan tekatnya untuk belajar bahasa Indonesia. Saat itu bahasa Indonesia masih jarang digunakan sebagai alat komunikasi di lingkungan orang Jawa. 

Gepeng juga sangat tekun belajar bahasa Indonesia hingga dipraktikkan saat ngobrol dengan Royani. Gepeng selalu mengajarkan tersenyum kepada Royani, utamanya ketika hatinya bersedih. Gepeng menyadari jika dirinya tidak tampan dan berasal dari desa, sehingga wajar jika cintanya bertepuk sebelah tangan dengan Royani.

Filosofi: 

Bersalaman kepada orang tua dengan tawadu' bentuk rasa hormatnya anak. Keikhlasan hati orang tua dalam menerima rengekan doa sang anak, akan dilakukan dan mengharap ridho Tuhan. Ridho Allah tergantung pada ridho orang tua. Sepele, hanya dengan bersalaman namun miliki makna hidup penuh berfaedah.

Menetralisirkan kondisi hati dan kenyataan seyogyanya berjalan secara imbang. Hindari egoisme mencampuradukkan masalah pribadi dengan profesionalisme tim. Terlepas dari rasa cinta, tapi jika ada orang lain yang terkena musibah sudah selayaknya kita membantunya.

2. Royani

Miliki dua karakter, menjadi gadis santun, sederhana, dan ramah ketika di rumah. Namun berbeda saat di luar rumah. Cewek matre, julukannya. Hangout bersama cowok rekan kerja dilengkapi fasilitas mobil. Tidak sungkan  meminta maaf saat menyadari kesalahan ketika di kantor polisi.

Sisi positif dari Royani, mampu berikan bekal bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar ketika Srimulat mau panggung di Jakarta, supaya pada siaran televisi nantinya semua orang Indonesia bisa memahami sajian lawakan.

Filosofi:

Manusia diciptakan sebagai mahluk sosial, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk bermurah hati. Dermawan dengan apa yang diberikan Tuhan. Ilmu,harta, bahkan senyuman jika itu sangat berguna bagi orang lain maka ulurkanlah kepadanya. Meminta maaf dan bicara jujur kepada lawan bicara kita akan membuat mereka lebih respek terhadap kita. 

3. Tessy 

Tessy diperankan oleh Erick Estrada. Penggambaran tokoh Tessy melibatkan dunia waria di masanya. Mulai dari pencarian ciri khas ketika manggung, Tessy secara tidak sengaja bertemu dengan komunitas barunya itu. Diajari dandan, pakai lipstik dan sepatu hak tinggi hingga model tertawa ala waria.

Setia kawan di atas batas orang normal pantas disematkan pada komunitas ini. Hal ini terbukti ketika Tessy dan teman-temannya terdampak razia ketika sedang mangkal. Satu keluar dari sel, dialah yang bertugas untuk membebaskan teman-temannya. Andai gagal bebas, maka dia pun lebih baik kembali di balik jeruji besi.

Filosofi:

Jika kita berada dalam satu tim, dampingi teman saat suka maupun duka. Ibarat berperang, ayo maju bersama-sama, hadapi musuh tanpa getar. Gagal dan berhasil dilakukan secara gotong royong. Pupuk solidaritas.

4. Tarzan

Ibnu Jamil berhasil memerankan Tarzan dengan gigi palsunya. satu kalimat bermakna yang sering dilontarkan yaitu "Tidak ada hal yang mustahil". Jargon Tarzan dibuktikan pada akhir pemutaran film. Srimulat berhasil tampil di layar kaca. Fasih berbahasa Indonesia menjadi impian Srimulat. 

Filosofi:

Tidak boleh mudah putus asa. Tidak ada rotan akar pun jadi! Gambaran orang desa dari Solo dengan bahasa Jawa medok tak urungkan semangat Srimulat dalam taklukkan dunia komedi di Jakarta. Prinsip kuat Tarzan diikuti oleh anggota lainnya untuk selalu gaungkan jargon tersebut.

5. Nunung

Nunung diperankan Zulfa Maharani. Gadis manja dengan gaya unik kemayu, Nunung miliki kepribadian bahwa penampilan harus diubah jika mau terkenal. Artis serba bisa Titiek Puspa menjadi role model bagi Nunung. Polos namun selalu bikin tertawa. Meski tidak beradu akting berdua, komedian Nunung (asli) berhasil mengocok perut penonton. Deskripsi Nunung muda mendekati Nunung asli. Tahi lalat di dagu kiri menjadikan Nunung semakin mirip sang seniornya.

Filosofi:

Adakalnya hidup berporos pada seorang idola. Ambil sisi baik dari sang idola. Tinggalkan hal negatif dari beliau. Sosok Eyang Titiek sampai saat ini patut diacungi jempol karena karyanya tak usang oleh waktu.

6. Babe Makmur

Jangan ragukan Rano Karno jika luput dari bahasa Betawi. Punyai kontrakan yang dihuni Srimulat, Rano Karno berasumsi bahwa grup lawak itu tidak akan tenar. Sifat kebapakannya hadir ketika Royani, anak gadis satu-satunya tidak kunjung pulang. Menyalahkan Gepeng begitu saja, tanpa mendengarkan penjelasan Royani. Namun pada akhirnya Babe Makmur menyambut gembira keberhasilan Srimulat. 

Filosofi:

Janganlah melihat seseorang dari tampang fisiknya saja. Gali informasi sebanyak mungkin untuk mengetahui maupun menilai orang lain.

Aktor lainnya Timbul, Djudjuk, Paul, Asmuni, Teguh, Ana, dan Kadir membawa energi positif bagi Srimulat. Pada film diceritakan bahwa keluarga Srimulat miliki ciri khas masing-masing individu untuk bisa tampil sempurna ketika manggung. Srimulat menjadi grup komedi besar dan tersohor.  Tidak semua dialog memakai bahasa Indonesia, ini bentuk sisipan bahasa daerah yaitu bahasa Jawa sebagai upaya pelestarian linguistik lokal. 

Hidup memang komedi, memang benar-benar dirasakan pada film dan kehidupan nyata, bergantung dari segi apa menafsirkan kata komedi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun