Mohon tunggu...
Muharningsih
Muharningsih Mohon Tunggu... Guru - Pengurus IGI Kab. Gresik-Pengurus KOMNASDIK KAB. Gresik-Editor Jurnal Pendidikan WAHIDIN

Linguistik-Penelitian-Sastra-Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Inilah 9 Model Refleksi & Jurnal Refleksi Dwimingguan Modul 2.3

1 April 2023   14:09 Diperbarui: 1 April 2023   14:28 13023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Assalamualaikum, Wr. Wb. 

Sobat Kompasiana dan bapak/ibu guru hebat!

Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) angkatan 7 sudah melampaui tes akhir paket modul 2.3 pada tanggal 28 Maret 2023. Berakhirnya tes tersebut menyimbolkan bahwa modul ini sudah di penghujung pembelajaran. Paket modul 3 resmi dibuka pada tanggal 31 Maret 2023 ditandai dengan tes awal modul. Sudah menjadi tagihan tugas CGP (Calon Guru Penggerak) pada setiap akhir modul untuk menyusun jurnal refleksi dwimingguan.

Selain media tes, refleksi menjadi tolok ukur seseorang untuk mengetahui tingkat pemahaman seorang CGP pasca mendapatkan kegiatan belajar. Alur MERDEKA dalam PGP yang terdiri dari: M (Mulai dari diri), E (Elaborasi konsep), R (Ruang kolaborasi), D (Demonstrasi kontekstual), E (Elaborasi), K (Koneksi antarmateri), dan A (Aksi Nyata) akan diimplemantasikan pada jurnal reflkasi dwimingguan. Terkait waktu rata-rata penyelesaian per modul yaitu dua pekan. Refleksi bermakna adalah momen untuk berdialog dengan diri sendiri dalam memaknai peristiwa. Karena itu, ceritakanlah pengalaman dan pemikiran yang dialami oleh diri sendiri. Bukan apa yang dialami, dipikirkan, atau dikatakan oleh orang lain. Beberapa model jurnal refleksi yang dapat digunakan sebagai acuan penulisan, sebagai berikut:

a. Model 1: 4F (Facts, Feelings, Findings, Future). 

4F merupakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. Model ini mengajukan pertanyaan dengan pola 4P, penyusun atau CGP (Calon Guru Penggerak) memfokuskan diri untuk menuliskan tentang peristiwa-perasan-pembelajaran-penerapan dari apa yang telah diperoleh selama belajar di setiap modul.

b. Model 2: Model 2: Description, Examination and Articulation of Learning (DEAL).

Model ini dikembangkan oleh Ash dan Clayton (2009). Uraian yang disampaikan tentang deskripsi, analisis, dan hal yang telah dipelajari dari modul tersebut.

c. Model 3: : Six Thinking Hats (Teknik 6 Topi)

Model Six Thinking Hats diperkenalkan oleh Edward de Bono pada tahun 1985. Model ini melatih kita melihat satu topik dari berbagai sudut pandang, yang disimbolkan dengan enam warna topi (biru, hijau, putih, kuning, merah, dan hitam). Setiap topi mewakili cara berpikir yang berbeda; beberapa di antaranya terkadang mendominasi cara kita berpikir.

d. Model 4: (Papan cerita reflektif - Reflective Storyboard)

CGP membuat 4 gambar bersambung yang mengilustrasikan refleksi tentang peristiwa dan dijelaskan menggunakan gambar.

e. Model 5: Connection, challenge, concept, change (4C)

Model ini dikembangkan oleh Ritchhart, Church dan Morrison (2011). Model ini cocok untuk digunakan dalam merefleksikan materi pembelajaran. Pertanyaan yang dapat dikembangkan seputar, keterkaitan materi, ide, menceritakan konsep utama, dan mendeskripsikan hal baru stelah mendapatkan materi dari modul.

f. Model 6: Reporting, responding, relating, reasoning, reconstructing (5R)

Model refleksi 5M diadaptasi dari model 5R (Bain, dkk, 2002, dalam Ryan & Ryan, 2013). Langkah-langkah dari model ini yaitu: mendeskripsikan, merespon, mengaitkan, menganalisis, dan merancang ulang materi yang telah didapatkan dari setiap modul.

g. Model 7: Segitiga Refleksi

Model segitiga refleksi sangatlah simple dibandingkan dengan model lainnya. Model ini dibuat saling berhubungan antara semua sisi dalam segitiga tersebut. Umumnya penulis atau CGP membuat gambar segitiga terlebih dahulu, kemudian dibagi menjadi 4 bagian. Segitiga yang lebih familier dengan bentuk piramida ini, dapat diilustrasikan sebagai berikut:

h. Model 8: Model Driscoll

Model ini diadaptasi dari refleksi yang digunakan pada praktik klinis (Driscoll & Teh, 2001). Model yang dikenal dengan Model "What?" ini pada dasarnya terdiri dari 3 bagian, namun dapat dikembangkan dengan berbagai variasi bergantung pada pertanyaan detail yang dipilih.

i. Model 9: Gaya Round Robin

Model ke-9 ini memiliki panduan sebagai berikut:

1) CGP dapat menuliskan hal yang paling dikuasai setelah mendaptkan pembelajaran

2) CGP dapat menceritakan hal yang belum dikuasai pasca pemerolehan materi belajar

3) CGP dapat menguraikan hal yang masih menjadi kebingungan dari pembelajaran

Dari sembilan model penulisan jurnal refleksi, harapan PGP bahwa setiap CGP mampu menuangkan ide untuk dikembangkan dalam jurnal dengan model yang berbeda pada setiap modul yang telah dipelajari. Hal tersebut guna mewarnai literasi CGP supaya bervariatif..

Kali ini saya akan merefleksikan materi modul 2.3 dalam jurnal dengan model ke-9 gaya round robin. Uraian saya semoga dapat menambah referensi bagi sobat Kompasiana dan bapak/ibu guru hebat yang sedang mengikuti PGP.

    JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN MODUL 2.3 MODEL ROUND ROBIN

1. Apa hal yang paling Anda kuasai setelah pembelajaran hari ini? Mengapa Anda merasa hal tersebut bisa membuat Anda sangat menguasainya?

Hal yang paling saya kuasai setelah pembelajaran modul 2.3 tentang coaching untuk supervisi akademik sebagai berikut:

a) Bagaimana pelaksanaan coaching dengan alur TIRTA (Tujuan-Indentifikasi-Rencana aksi-TAnggung jawab) dengan memiliki paradigma berpikir bahwa sebagai coach mampu melihat peluang yang baik, focus kepada coachee yang akan dikembangkan dan bukan sebaliknya, bersifat terbuka dan rasa ingin tahu dengan tidak bertindak melebihi kapasitas sebagai coach, dan memiliki kesadaran yang kuat untuk menuntun coachee menemukan solusi dari problem yang dihadapi.

b) Dari uraian point a) saya sudah mempraktikkan coaching dengan rekan sejawat di sekolah dan hasilnya sesuai dengan harapan coachee.

c) Prinsip kemitraan yang saya bangun dalam praktik coaching baik dengan rekan sejawat atau murid menghantarkan saya kepada pengelolaan emosional. Hal tersebut disebabkan oleh kesadaran diri untuk lebih menggali coachee supaya dapat menguraikan permasalahannya serta seolah kita melakukan komunikasi tanpa adanya strata pengetahuan.

d) Menjadi pendengar aktif dengan berkelanjutan memberikan pertanyaan terbuka serta berbobot menjadi salah satu kekuatan yang saya miliki. Coachee sangat memerlukan coach yang bisa memberikan umpan balik serta mengarahkan kepada apa yang seharusnya dicari dan terapkan oleh coachee ketika percakapan berlangsung.

Alasan kenapa empat point tersebut merupakan aspek penguasaan materi saya pada modul 2.3, karena saya sudah melaksanakan/mempraktikkan dengan baik dan berhasil sesuai dengan harapan. Contohnya ketika saya melakukan percakapan coaching maka saya selektif untuk memilih ruangan nyaman yang dapat digunakan untuk berbincang. Penggunaan bahasa nonformal dengan tujuan supaya dapat membangun chemistry terhadap coachee. Tidak bersikap mengasosiasi dan mengamsumsi terhadap pemikiran coachee. Setelah coaching, coachee memberikan laporan progresif secara berkala kepada saya, hal ini sebagai bukti bahwa coaching saya insyaAllah berhasil.

2. Apa hal yang belum Anda kuasai setelah pembelajaran hari ini? Apa yang akan Anda lakukan untuk mengatasi hal tersebut?

a) Hal yang belum saya kuasai yaitu bagaimana menyelaraskan coaching untuk supervisi akademik bukan semata-mata memenuhi persyaratan adminsitrasi sekolah dan menilai rekan sejawat. Salah satu unsur yang menjadi tantangan bagi saya yakni terkait regulasi yang sudah membudaya terhadap kegiatan supervisi. Memerlukan waktu yang relatif panjang dan tidak bisa instan untuk merubahnya. Sistem ceklist utuk rubric penilaian supervisi masih berada pada posisi jauh dari kata ideal.

Hal yang perlu saya lakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut sebagai berikut.

a) Melakukan sosialisasi, diseminasi, dan praktik secara langsung terkait coaching supervisi akademik dan penerapnnya dalam kehidupan sehari-hari.

b) Membangun kooperatif dan komunikasi yang baik kepada rekan sejawat, supaya ketika ditemukan permasalahan rekan sejawat tidak segan melakukan percapakan coaching.

c) Bekerja sama dengan pimpinan sekolah untuk membuat flowchart coaching supervisi akademik supaya dapat digunakan untuk warga sekolah.

3. Apa hal yang masih membingungkan Anda dari pembelajaran hari ini? Ceritakan hal-hal apa saja yang membuat hal tersebut membingungkan.

Hal yang masih membuat saya bingung yaitu bagaimana menyikapi coachee yang pendiam dan susah untuk dituntun. Saya sudah memberikan pendekatan personal sebelum coaching, namun di tengah percapakan coachee hanya sedikit memberikan pernyataan-pernyataannya. Saya belum menemukan strategi yang dapat memecahkan kebingungan saya ini.

Bagi sahabat Kompasiana dan bapak/ibu guru hebat para CGP demikian sedikit penjelesan tentang model refleksi dwimingguan yang dapat dituangkan dalam bentuk jurnal. Bagi Anda yang dapat membantu menjawab kegundahan saya terkait kebingungan yang saya hadapi, silahkan bisa tulis di kolom komentar. Terima kasih dan semoga bermanfaat.

Wassalamualaikum, Wr. Wb.

Salam Guru Penggerak

Tergerak_Bergerak_Menggerakkan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun