Mohon tunggu...
Muharika Adi Wiraputra
Muharika Adi Wiraputra Mohon Tunggu... Lainnya - Penggiat Sejarah

memayu hayuning bawana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pramoedya Ananta Toer: Jejak Seabad Sang Sastrawan Perlawanan

2 Februari 2025   12:57 Diperbarui: 2 Februari 2025   13:18 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pramoedya Ananta Toer bersama bukunya (sumber gambar: Dok Pram) 

Salah satu cerpen berjudul Sekali Peristiwa di Banten menceritakan Pemberontakan petani di Banten tahun 1888 melawan pemerintah kolonial Belanda. Kisah ini mengikuti penderitaan rakyat yang hidup di bawah tekanan ekonomi dan sosial akibat kebijakan kolonial yang tidak adil. Dalam cerita ini, tokoh-tokohnya berjuang dengan segala keterbatasan, menunjukkan keteguhan hati mereka dalam menghadapi penindasan.

Buku ini mengulas banyak akan ketahanan dan perjuangan rakyat, banyak ceritanya menampilkan keteguhan hati masyarakat dalam menghadapi berbagai kesulitan. Realitas Sosial di Indonesia, ceritanya menggambarkan kehidupan nyata rakyat kecil yang sering tidak terdengar dalam sejarah resmi.

Bagi yang tertarik dengan sastra realisme sosial dan sejarah perjuangan rakyat, Sekali Peristiwa di Banten adalah bacaan yang sangat direkomendasikan. 

Ketiga, Buku Jalan Raya Pos, Jalan Daendels 

Buku Jalan Raya Pos ini juga saya jadikan referensi saat mata kuliah Sejarah Indonesia Madya, Buku Jalan Daendels adalah esai sejarah yang mengisahkan pembangunan Jalan Raya Pos (Grote Postweg) saat ini dikenal dengan Jalan Pantura, proyek ambisius yang diperintahkan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman Willem Daendels, pada tahun 1808. Jalan ini membentang sekitar 1.000 km dari Anyer di Banten hingga Panarukan di Jawa Timur, dan menjadi salah satu infrastruktur penting di Jawa hingga kini.

Namun, di balik proyek tersebut, ada kisah kelam berupa eksploitasi dan penderitaan rakyat pribumi. Ribuan pekerja rodi dipaksa bekerja tanpa upah, dan banyak di antara mereka mati akibat kelelahan, kelaparan, dan penyakit. Pramoedya mengungkap bagaimana proyek ini bukan sekadar jalan raya, tetapi juga simbol kekejaman kolonialisme di Nusantara.

Selain membahas aspek sejarah pembangunan jalan ini, buku ini juga mengkritik bagaimana warisan kolonial masih berpengaruh terhadap kondisi sosial dan politik Indonesia modern. Jika membaca buku ini akan paham dan memahami mengapa pemerintahan Indonesia bisa seperti ini. Dari belajar sejarah kita bisa belajar untuk tidak meniru bagaimana keangkuhan, kebodohan dan kesalahan karena dampaknya merugikan bagi banyak orang.

Pesan dari buku ini tersampaikan dengan gamblang, bagaimana Eksploitasi Kolonial  dimana Jalan Raya Pos dibangun dengan pengorbanan rakyat pribumi yang dipaksa bekerja dalam kondisi tidak manusiawi. Sejarah yang dilupakan, Pramoedya menyoroti bagaimana sejarah sering ditulis dari sudut pandang penjajah, sementara penderitaan rakyat kecil terabaikan. Warisan Kolonialisme Buku ini mengajak pembaca untuk berpikir kritis tentang bagaimana warisan kolonial masih memengaruhi infrastruktur dan kebijakan di Indonesia saat ini.

Keempat, Buku Orang Tionghoa di Indonesia: Pembauran atau Pemisahan?

Buku ini membahas sejarah, peran, dan nasib komunitas Tionghoa di Indonesia dari masa kolonial hingga era modern. Pramoedya mengupas bagaimana orang Tionghoa di Indonesia mengalami diskriminasi, baik dari pemerintah kolonial Belanda maupun setelah kemerdekaan.

Dalam buku ini, Pramoedya menyoroti bagaimana kebijakan politik sering memperlakukan orang Tionghoa sebagai kelompok yang terpisah dari pribumi, padahal mereka telah lama menjadi bagian dari kehidupan sosial dan ekonomi Indonesia. Ia juga membahas kontribusi besar komunitas Tionghoa dalam berbagai bidang, seperti perdagangan, pendidikan, dan budaya. Menegaskan bahwa komunitas Tionghoa telah berperan besar dalam sejarah Indonesia, namun sering tidak diakui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun