Mohon tunggu...
Muh Arbain Mahmud
Muh Arbain Mahmud Mohon Tunggu... Penulis - Perimba Autis - Altruis, Pejalan Ekoteologi Nusantara : mendaras Ayat-Ayat Semesta

Perimba Autis - Altruis Pejalan Ekoteologi Nusantara : mendaras Ayat-Ayat Semesta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar Moderasi Beragama dari 'Sang Imam'

5 Januari 2023   15:46 Diperbarui: 13 Juni 2024   01:26 994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya, toleransi sebumi dapat menjadi jembatan penghubung 'Harmoni Nusantara', moderasi beragama warisan 'Sang Imam' yang dapat dikembangkan di seluruh pelosok negeri, bahkan di dunia internasional. Wicara toleransi sebumi, moderasi beragama dan kiprah 'Sang Imam' melalui dzarrah tulisan ini menjadikan Penulis kian bangga sebagai anak negeri, Indonesia. Alhamdulillah.

Catatan:

- Artikel ini terpilih sebagai Pemenang I Lomba Penulisan Artikel Al-Qur'an pada MTQ KORPRI Nasional ke-6 di Padang, 6-13 November 2022

- Penulis mewakili Kafilah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

https://www.tandaseru.com/2022/11/13/asn-bpdas-ake-malamo-juarai-lomba-tulis-artikel-alquran-mtq-korpri-nasional/

finalis-lomba-artikel-63b6982c08a8b552426f1662.jpg
finalis-lomba-artikel-63b6982c08a8b552426f1662.jpg
penyerahan-piala-artikel-mtq-2022-63b6987d08a8b5522e2edcf3.jpeg
penyerahan-piala-artikel-mtq-2022-63b6987d08a8b5522e2edcf3.jpeg
whatsapp-image-2022-11-29-at-11-53-43-63b698d208a8b5522e2edcf6.jpeg
whatsapp-image-2022-11-29-at-11-53-43-63b698d208a8b5522e2edcf6.jpeg
sertifikat-juara-i-mtq-korpri-edit-63b697b56107274d0e176282.jpeg
sertifikat-juara-i-mtq-korpri-edit-63b697b56107274d0e176282.jpeg
whatsapp-image-2022-12-01-at-20-58-11-63b6989d61072770da47b6b2.jpeg
whatsapp-image-2022-12-01-at-20-58-11-63b6989d61072770da47b6b2.jpeg
Catatan Kaki:

[1]     Sebuah desa di tepian Danau Tondano, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara.

[2]     Penamaan Jawa-Tondano (Jaton) tersebut dikarenakan selain Tuanku Imam Bonjol dan pengikutnya, pada masapembuangan tersebut juga terdapat pengikut Pangeran Diponegoro, Kyai Mojo dan para pejuang Jawa yang juga melawan Kolonial Belanda. Selain di Tondano, Pemerintah Kolonial Belanda juga membuang pejuang dari Banten ke wilayah Minahasa lainnya, yang notabene juga mayoritas beragama Kristen, yakni di Tomohon dan terbentuk membentuk kampung ‘Jawa-Tomohon’ atau Jatom.

[3]     Patrilineal merupakan pembagian peran gender berdasarkan garis ke-bapa-an (laki-laki).

[4]     Hingga kini, salah satu nama marga/fam Minangkabu yang masih ada hingga sekarang adalah marga ‘Baginda’, di kampung Jaton. Sedangkan nama marga Jawa di kmapung Jaton, antara lain: Kyai Demak, Mojo, Maspeke/Mas Pekik, dan sebagainya. Di Kota Tomohon, nama marga Banten yang masih ada adalah ‘Tubagus’, selain Masloman/Mas Sulaiman, dan sebagainya.

[5]     Menurut Thornton, sebagaimana dikutip Hafiz Al Asad, Cyber-sectarian merupakan bentuk organisasi yang menyangkut tentang sekelompok kecil pembangkang yang bergerak secara anonim dalam konteks sosial yang lebih luas dan berjalan secara rahasia, namun dalam masih tetap terhubung dengan jaringan para penganut yang lebih besar yang memiliki kesamaan praktik serta pedoman. Lihat, Hafiz Al Asad, “Cybersectarian dan Urgensi Fatwa MUI: Merawat Keberagaman Menjaga Ketahanan Bangsa” dalam Asrorun Ni’am Saleh, Dr. (ed.), 2017. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Dalam Pandangan Akademisi, Peran Fatwa MUI Dalam Kehidupan Berbangsa dan Beragama, Jakarta : Majelis Ulama Indonesia, Cetakan pertama, hal. 5.

[6]     Menurut ramalan Alvin Toffler (1980),  dunia kita telah memasuki gelombang ketiga, sebagai tanda kita telah berada pada era informasi:”Sebuah komunitas global elektronik saat manusia begitu mudah menjangkau segala jasa dan informasi tanpa batas dan membangun komunitasnya, berinteraksi bukan berdasarkan jarak geografi, melainkan karena kesamaan minat”. Menurut Rhenald Kasali, ramalan Toffler itu menggerakkan para pelaku, pionir, dan disruptor teknologi sehingga lahirlah internet. Lihat, Rhenald Kasali, 2022. Disruption, Tak Ada yang Tak Bisa Diubah Sebelum Dihadapi, Motivasi Saja Tidak Cukup, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, Cetakan keduabelas, hal. 56. 

[7]     Menurut Rhenald Kasali, disruption adalah sebuah inovasi yang akan menggantikan seluruh sistem lama dengan cara-cara baru, berpotensi menggantikan pemain-pemain lama dengan yang baru serta menggantikan teknologi lama yang serbafisik dengan teknologi digital yang menghasilkan sesuatu yang benar-benar baru dan lebih efisien, juga lebih bermanfaat. Ibid., hal. 34.

[8]     Puisi ‘Negeri Surgawi 1-4’ menjadi salah satu ilustrasi Penulis menggambarkan salah satu negeri Nusantara, di mana Penulis tinggal, yakni di Maluku Utara (Malut). Puisi tersebut terkompilasi dalam Bambang Kariyawan YS, (ed.), 2017.Metamorfosis Rimba, Sehimpun Puisi Hijau Warga SMA Cendana & Penyair Tamu, Depok-Jawa Barat: Imaji Indonesia, hal. 123-126.

[9] Lihat, Mahmud, Muh. Arba’in (2), 2021.Ekoteologi Moloku Kie Raha, Gagasan Kendali Ekosistem Hutan Maluku Utara, Yogyakarta:Deepublish, hal. 48. Penulis mengklasifikasi kesalihan beragama menjadi tiga kategori, yakni a) Salih Diri/Pribadi; b) Salih Sosial; dan Salih Ekologi/Lingkungan. Lebih lanjut, tentang kesalihan ini, lihat Malut Post, 21 Februari 2014 dan terangkum pula pada buku sebelumnya, Mahmud, Muh. Arba’in (1), 2015. Ekoteologi Moloku Kie Raha, Gagasan Pengendalian Ekosistem Hutan Maluku Utara, Yogyakarta:The Phinisi Press.

[10]     Para perantau Minangkabau dan sebagian wisatawan Muslim di Manado biasa berziarah di makam Tuanku Imam Bonjol.Selain makam Tuanku Imam Bonjol, terdapat bangunan masjid Imam Bonjol dan batu bekas tapak kaki/tilas, tempat Tuanku Imam Bonjol bersujud. Para perantau Minangkabau dan sebagian wisatawan Muslim di Manado biasa berziarah di makam Tuanku Imam Bonjol.

[11]     Secara etimologi, Moloku artinya: Maluku, Kie: Gunung dan Raha: Empat. Frasa ‘Empat Gunung” sendiri menggambarkan keberadaan empat gunung/pulau Malut, yakni gunung Ternate, gunung Tidore, gunung Makian dan gunung Moti. Dalam sejarahnya, keempat gunung tersebut bertransformasi menjadi kerajaan-kerajaan (Kesultanan) di Malut, yakni Kesultanan Ternate, Kesultanan Tidore, Kesultanan Bacan dan Kesultanan Jailolo. Lebih lanjut, lihat Amin, Safrudin, “Analisis Struktural Terhadap Mitos “Tujuh Putri” pada kebudayaan Ternate , Maluku Utara, dalam Ibnu Maryanto dan Hari Sutrisno (ed.), 2011. Ekologi Ternate,  Jakarta:LIPI Press. Konsep Moloku Kie Raha muncul pertama kali oleh Fr. Valentijn yang menggambarkan empat kerajaan sebagai satu kesatuan, terdiri dari Ternate, Tidore, Jailolo dan Bacan. Lihat, Pora, Syahyunan, 2014. Filosofis Kearifan Lokal Sastra Lisan Ternate, dalam Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404.

[12]     Frasa ‘Ekoteologi’ merupakan bentuk teologi konstruktif membahasa interrelasi antara agama dan alam, terutama dalam menatao masalah lingkungan. Abdullah, Mudhofir, 2010. Al Qur’an dan Konservasi Lingkungan, Argumen Konservasi Lingkungan SebagaiTujuan Tertinggi Syari’ah, Jakarta: Dian Rakyat, hal. 133. Dari konsep ekoteologi tersebut, muncul spirit baru pengelolaan SDA, yakni motif devosi/penghambaan/ibadah, selain motif ekonomi, motif sosial dan motif ekologi. Lebih lanjut tentang, potensi ekoteologi Moloku Kie Raha, lihat, Mahmud, Muh.Arba’in, (2), op.cit.hal.11-13.

[13]     Lebih lanjut tentang hal ini, baca ibid.,hal. 10-37.

[14]     Menurut data Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Maluku Utara, jumlah masyarakat adat di Maluku Utara kurang lebih 57 komunitas yang terdaftar, dan kurang lebih 100 yang belum terdaftar. Ibid., hal. 76. Penulis sendiri mengklasifikasikan keberadaan masyarakat adat di Maluku Utara menjadi dua, yakni Masyarakat Adat Kesultanan danBukan Kesultanan. Hal ini dikarenakan perbedaan persepsi Penulis dengan pegiat AMAN Maluku Utara yang tidak mengakui Kesultanan sebagai masyarakat adat. Lebih lanjut, bacaibid., hal. 76-78.

[15]     Beberapa narasi integral yang gayut di konsep ekoteologi tersebut, antara lain : kesalihan ekologi, fikih lingkungan, toleransi sebumi dan resolusi hijau. Lihat, ibid. xxii-xxiii.

[16]     QS. Al Baqarah/2:30, QS. Fatir/35:39. Robin Attfield (2010) menyebutkan frasa ‘Wali Planet’. Attfield, Robin, 2010. Etika Lingkungan Global, Jogjakarta: Kreasi Wacana, cetakan pertama. 

[17]     QS. Adz Dzariyat/51:56.

[18]     QS. Saba’/34:15. Lihat, Abdullah, Mudhofir, op.cit., hal.237.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mudhofir, 2010. Al Qur'an dan Konservasi Lingkungan, Argumen Konservasi Lingkungan Sebagai Tujuan Tertinggi Syari'ah, Jakarta: Dian Rakyat.

Asrorun Ni'am Saleh, Dr. (ed.), 2017. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Dalam Pandangan Akademisi, Peran Fatwa MUI Dalam Kehidupan Berbangsa dan Beragama, Jakarta : Majelis Ulama Indonesia, Cetakan pertama.

Attfield, Robin, 2010. Etika Lingkungan Global, Jogjakarta: Kreasi Wacana, cetakan pertama. 

Bambang Kariyawan YS, (ed.) 2017. Metamorfosis Rimba, Sehimpun Puisi Hijau Warga SMA Cendana & Penyair Tamu, Depok-Jawa Barat: Imaji Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun