Mohon tunggu...
Muhammad Zarkasyi Darussalam
Muhammad Zarkasyi Darussalam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa ITS prodi Teknik Kelautan yang tertarik dengan inovasi di bidang maritim

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Proses Alami Pembentukan dan Perubahan Garis Pantai

11 Oktober 2024   21:34 Diperbarui: 11 Oktober 2024   21:36 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

ABSTRAK

Perubahan garis pantai termasuk salah satu bentuk dinamisasi pada area pantai yang dapat terjadi secara terus menerus sehingga memnjadi penyebab terjadinya pengurangan daratan (abrasi) dan penambahan daratan (akresi). Artikel ini mengkaji mekanisme dan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap pembentukan dan perubahan garis pantai, serta dampaknya terhadap ekosistem pesisir dan aktivitas manusia. Pemahaman yang lebih mendalam tentang proses alami ini penting untuk merencanakan strategi mitigasi dan adaptasi dalam menghadapi perubahan lingkungan di wilayah pesisir.

PENDAHULUAN

Pembentukan dan perubahan garis pantai merupakan hasil dari berbagai proses alami yang berlangsung secara dinamis dan kompleks. Proses-proses ini melibatkan interaksi antara faktor-faktor geomorfologi, oseanografi, dan atmosferik, seperti gelombang, arus laut, angin, dan pasang surut. Fenomena erosi dan akresi adalah dua kekuatan utama yang mempengaruhi perubahan garis pantai, di mana erosi mengikis material pantai dan akresi menambah sedimen ke area pesisir. Selain itu, faktor-faktor seperti iklim, perubahan permukaan laut, dan aktivitas tektonik juga berperan signifikan dalam membentuk karakteristik fisik pantai.

Erosi

a.Definisi

Erosi merupakan proses degradasi permukaan bumi di mana material seperti tanah, batuan, dan sedimen terkikis dan terangkut oleh agen-agen geologis, seperti air, angin, es, atau gravitasi. Erosi tidak hanya melibatkan pengikisan fisik, tetapi juga disertai dengan mekanisme kimia dan biologi yang mempercepat pelapukan material.

b.Prosses

Proses erosi umumnya dimulai dengan disintegrasi material melalui pelapukan fisik dan kimia, dan kemudian diikuti oleh pergerakan material oleh aliran air (erosi fluvial), arus laut (erosi pesisir), angin (erosi eolian), atau gletser (erosi glacial). Di daerah pesisir, erosi dapat disebabkan oleh gelombang dan arus laut yang mengikis pantai, mengubah garis pantai secara signifikan. Dalam jangka panjang, erosi dapat mengakibatkan perubahan besar pada alam, seperti terbentuknya lembah, tebing, dan delta.
Selain faktor alamiah, aktivitas manusia seperti pertanian yang tidak berkelanjutan, deforestasi, urbanisasi, dan pembangunan infrastruktur juga dapat mempercepat laju erosi, merusak struktur tanah dan mengganggu keseimbangan ekosistem. Erosi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan hilangnya lahan subur, banjir, penurunan kualitas air, serta kerusakan ekosistem pesisir dan hutan. Secara keseluruhan, erosi merupakan proses yang kompleks, melibatkan interaksi dinamis antara faktor-faktor alam dan antropogenik, serta mempengaruhi evolusi bentang alam dalam skala waktu yang panjang.
Proses erosi melibatkan pengikisan, pengangkutan, dan deposisi material dari permukaan bumi oleh agen-agen geologis seperti air, angin, es, dan gravitasi. Proses ini dapat terjadi secara alami maupun dipercepat oleh aktivitas manusia. Berikut adalah tahapan utama dalam proses erosi:

1.Perngikisan (Detachment)
Proses erosi dimulai dengan pengikisan material dari permukaan bumi. Agen erosi seperti air, angin, atau es memisahkan butiran tanah, pasir, atau batu dari permukaan tanah atau batuan. Terdapat berbagai mekanisme pengikisan:

a.Air: Air hujan, aliran permukaan, dan gelombang laut mengikis tanah dan batuan, terutama di daerah dengan curah hujan tinggi atau gelombang kuat.

b.Angin: Di daerah kering, angin kencang mengikis lapisan permukaan tanah, terutama pada tanah bertekstur halus yang mudah terangkat.

c.Es: Gletser yang bergerak mengikis batuan dan tanah di bawahnya melalui tekanan berat es yang bergerak lambat.

d.Gravitasi: Pada lereng yang curam, gravitasi dapat menyebabkan tanah atau batuan longsor atau runtuh, memulai proses erosi.

2.Pengangkutan (Transport)

Setelah material terkikis, agen erosi kemudian mengangkut material tersebut ke tempat lain. Metode pengangkutan tergantung pada agen erosi yang terlibat:

a.Air: Aliran permukaan, sungai, dan arus laut membawa sedimen yang terkikis, memindahkannya ke hilir atau sepanjang garis pantai.

b.Angin: Angin mengangkut partikel halus, seperti pasir dan debu, melalui proses saltasi (melompat), suspensi (mengambang di udara), atau creep (menggulung di sepanjang tanah).

c.Es: Gletser mengangkut batuan dan tanah yang terperangkap dalam lapisan es saat bergerak ke bawah, membawa material jauh dari sumbernya.

d.Gravitasi: Gerakan massal seperti longsoran tanah atau jatuhnya batuan membawa material menuruni lereng dan lembah.

3.Deposisi (Deposition)

Setelah diangkut, material akhirnya akan diendapkan ketika energi agen erosi berkurang, dan material tidak lagi dapat dibawa. Proses deposisi terjadi dalam berbagai kondisi:

a.Di Sungai: Sedimen yang terbawa aliran air sungai akan terendapkan di dasar sungai, terutama di area di mana aliran melambat, seperti delta atau dataran banjir.

b.Di Pantai: Gelombang dan arus laut yang membawa pasir dan material pantai akan mendepositkannya di tempat-tempat seperti pantai, gosong pasir, atau terumbu karang.

c.Oleh Angin: Partikel pasir yang dibawa oleh angin terendapkan saat angin melemah, membentuk bukit pasir (sand dunes) di padang pasir atau pantai.

d.Oleh Gletser: Ketika gletser mencair, material yang terperangkap di dalam es dilepaskan dan terendapkan di dasar atau tepi gletser, membentuk morain atau till (endapan gletser).

4.Proses-proses Spesifik Erosi

Erosi dapat terjadi melalui berbagai proses yang berbeda, bergantung pada agen yang mendominasi:

a.Erosi Air (Fluvial Erosion):
-Erosi Hujan (Splash Erosion): Ketika tetesan hujan memukul permukaan tanah, partikel-partikel tanah terangkat dan tersebar.
-Erosi Aliran Permukaan (Sheet Erosion): Aliran air di atas permukaan tanah secara merata menggerus lapisan tanah atas, menyebabkan hilangnya lapisan tanah yang subur.
-Erosi Parit (Rill dan Gully Erosion): Aliran air terkonsentrasi membentuk saluran-saluran kecil (rill) atau parit yang lebih besar (gully), memperdalam erosi tanah.

b.Erosi Angin (Aeolian Erosion):
-Deflasi: Pengangkatan dan pengangkutan partikel kecil oleh angin, terutama di daerah kering.
-Abrasi: Angin yang membawa partikel pasir bertindak seperti amplas, mengikis batuan dan struktur lain di sepanjang jalurnya.

c.Erosi Gletser (Glacial Erosion):
-Abrasi: Gletser yang bergerak membawa batuan besar yang mengikis permukaan batuan di bawahnya, membentuk lembah berbentuk U atau danau glasial.
-Plucking: Gletser mencabut bongkahan batuan dari tanah saat mereka bergerak ke bawah, membawa material tersebut dalam es.

d.Erosi Pesisir (Coastal Erosion):
-Gelombang dan Arus: Gelombang menghantam garis pantai, mengikis tebing dan pantai, sementara arus laut membawa material yang terkikis jauh dari pantai.
-Pasang Surut: Variasi pasang surut dapat meningkatkan tingkat erosi dengan memperluas area pantai yang terpapar gelombang.

5.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Erosi

a.Jenis Tanah: Tanah yang gembur atau berbutir halus lebih rentan terhadap erosi dibandingkan tanah bertekstur kasar atau tanah liat.

b.Topografi: Daerah dengan kemiringan curam lebih berisiko terkena erosi akibat gravitasi dan aliran air yang cepat.

c.Vegetasi: Vegetasi dapat memperlambat erosi dengan menstabilkan tanah melalui sistem akar yang kuat. Hilangnya vegetasi, misalnya akibat deforestasi, meningkatkan risiko erosi.

d.Curah Hujan: Intensitas dan frekuensi hujan mempengaruhi laju erosi air. Hujan lebat cenderung menyebabkan erosi lebih besar.

e.Aktivitas Manusia: Kegiatan seperti penebangan hutan, penggembalaan berlebihan, pertanian tidak berkelanjutan, dan urbanisasi dapat mempercepat erosi dengan mengganggu struktur alami tanah dan vegetasi.

Dampak Erosi

Erosi memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan dan manusia, termasuk hilangnya lahan subur, sedimentasi di sungai dan waduk, penurunan kualitas air, serta perubahan bentuk lanskap. Jika tidak dikelola dengan baik, erosi dapat menyebabkan kerusakan ekosistem, banjir, dan masalah ekonomi bagi masyarakat yang bergantung pada tanah pertanian atau infrastruktur pesisir.

Akresi

a.Definisi
Akresi merupakan proses penambahan atau pengendapan material seperti pasir, lumpur, dan sedimen, ke suatu area permukaan bumi, yang sering terjadi di wilayah pesisir, sungai, atau delta. Proses ini terjadi ketika  gelombang, arus laut, angin, atau aliran sungai, membawa material dan mendepositkannya di suatu lokasi, sehingga menghasilkan pertambahan daratan atau perluasan area pantai.

b.Proses
Akresi umumnya berlangsung di daerah-daerah dengan energi gelombang rendah, seperti teluk, laguna, atau delta, di mana material sedimen dapat mengendap dan tidak segera terkikis oleh gelombang. Proses ini merupakan kebalikan dari erosi, di mana material hilang atau terkikis. Aktivitas manusia juga dapat mempengaruhi akresi, seperti pembangunan struktur penahan gelombang atau reklamasi lahan, yang dapat mempercepat atau memperlambat proses alami ini. Meskipun akresi sering dianggap sebagai proses yang menguntungkan karena menambah daratan, akresi yang tidak terkontrol juga dapat mengubah ekosistem pesisir dan mempengaruhi habitat alami.

Tahapan-tahapan Akresi :

1.Transportasi Sedimen
Material sedimen, seperti pasir, kerikil, atau lumpur, diangkut dari satu lokasi ke lokasi lain melalui beberapa mekanisme:

a.Gelombang: Gelombang laut yang berulang membawa sedimen dari dasar laut ke pantai, terutama di daerah dengan gelombang rendah.

b.Arus Laut: Arus sepanjang pantai (longshore currents) mengangkut sedimen di sepanjang garis pantai, sering kali memindahkan material dari satu pantai ke pantai lainnya.

c.Angin: Di pantai yang lebih kering, angin dapat membawa partikel pasir ke daratan, membentuk bukit pasir (dune) di dekat pantai.

d.Sungai: Aliran sungai membawa sedimen dari hulu ke hilir, di mana material ini terakumulasi di delta atau muara sungai.

2.Pengendapan Sedimen
Setelah material sedimen diangkut, mereka mulai mengendap di lokasi-lokasi tertentu, tergantung pada energi lingkungan dan laju transportasi sedimen:

a.Perubahan Arus atau Aliran: Di daerah di mana arus laut atau sungai melambat, seperti di teluk, delta, atau muara sungai, sedimen yang diangkut mulai terendapkan dan terakumulasi.

b.Lingkungan yang Stabil: Di lingkungan yang tidak terlalu terkena energi gelombang tinggi, material dapat menumpuk secara bertahap, membentuk dataran yang lebih luas.

3.Pembentukan Struktur Gemorfologi
Pengendapan terus-menerus sedimen akhirnya menghasilkan perubahan bentuk dan ukuran pantai, serta membentuk berbagai struktur geomorfologi:

a.Bukit Pasir (Dune): Di pantai yang terkena angin kuat, akumulasi pasir yang dibawa oleh angin dapat membentuk bukit pasir.

b.Pantai yang Lebih Luas: Akresi dapat memperluas area pantai dengan menambah lapisan pasir atau sedimen ke garis pantai.

4.Stabilisasi dan Vegetasi
Setelah proses akresi terjadi, area yang baru terbentuk sering kali mulai mengalami stabilisasi. Di pantai, vegetasi seperti rumput pantai atau mangrove dapat tumbuh di atas material yang terakumulasi, membantu menahan sedimen dan mengurangi erosi. Vegetasi ini memperkuat area yang terakresi dan memungkinkan terbentuknya ekosistem baru. Proses akresi memainkan peran penting dalam perubahan garis pantai dan pembentukan ekosistem pesisir, dan sering kali berlangsung secara perlahan namun stabil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun