Isu Dakwah di Masa Gejolak Diposting oleh: Syamsul Yakin Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Muhammad Yasir Attallah Isu Dakwah hari ini adalah tentang hambatan dan tantangan Dakwah.
 Dalam hal ini, keterbatasan mutu dan kualitas da'i menjadi kendala dalam dakwah.
 Batasan media dakwah, waktu, dan lokasi dakwah berbeda-beda.
 Hambatan dakwah termasuk pembiayaan.
 Semua itu memerlukan manajemen dakwah.
 Di sisi lain, tantangan dakwah adalah membutuhkan banyak usaha dari khatib dan mitra dakwah.
 Tantangan dakwah dapat diatasi dengan mencari jalan dan cakrawala baru bagi dakwah masa kini.
 Permasalahan Dawa saat ini bertepatan dengan masa penuh gejolak yang sulit diprediksi.
 Dalam konteks ini, era disrupsi merupakan era perubahan besar di bidang informasi dan teknologi digital yang melanda Madhu.
 Contohnya seperti rusaknya keimanan, pengabaian terhadap hukum syariah, dan dekadensi akhlak yang terjadi tanpa diketahui siapa pelakunya.
 Para pengkhotbah terheran-heran dengan semakin populernya perjudian online yang telah mencapai total 600 triliun transaksi.
 Di era disrupsi ini, pemain tidak terlihat dan transaksi dilakukan dari jarak jauh, bahkan di lokasi terpencil dan terpencil.
 Namun, korban justru pingsan.
 Misalnya seseorang kalah dan gantung diri karena putus asa.
 Untuk keluar dari persoalan dakwah di masa penuh gejolak ini, para khatib dan mitra dakwah harus paham dengan kemampuan digital dakwah.
 Dakwah Literasi digital adalah kemampuan memanipulasi dan menggunakan media digital untuk berdakwah.
 Misalnya saja menggunakan media internet untuk berdakwah.
 Yang lebih teknis lagi adalah membuat konten khotbah di media sosial.
 Lebih lanjut, kelompok-kelompok yang ada hendaknya dimanfaatkan secara maksimal dalam rangka menyebarkan tiga pesan utama dakwah: akida, syariah, dan akhlak.
 Para pengkhotbah tidak boleh berhenti berkarya dan berkontribusi pada dunia digital.
 Dawa tak mengenal kata puas di zaman penuh kegelisahan ini.
 Karena dakwah rintangan dan tantangan akan datang dengan cepat.
 Hal yang perlu dijaga antara lain hubungan baik dan perhatian penuh terhadap Madhu online.
 Kapan pun memungkinkan, jangan pernah meninggalkan grup dengan alasan apa pun.
 Mungkin ada orang-orang fanatik online yang terpapar konten-konten yang kontraproduktif terhadap gerakan dakwah subversif.
 Secara pribadi, para pengkhotbah harus mampu bertahan di masa-masa sulit ini agar dapat terus berdakwah.
 Untuk itu saya harus kritis terhadap perkembangan dan trending topik di dunia digital.
 Solusi alternatif harus elegan (dan menuntut).
  Kesimpulannya, berdakwah di masa yang penuh gejolak ini menuntut para pengkhotbah untuk memiliki kecerdasan emosional (EQ), akrab dengan dunia digital dan isu-isu terkait, serta menggunakan kecerdasan buatan (AI) dalam dakwahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H