Mohon tunggu...
Muhammad Umar ibnu malik
Muhammad Umar ibnu malik Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa semester 3, Program studi Pendidikan Agama Islam, UIN. Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto

saya seorang mahasiswa yang memiliki minat tinggi terhadap kepenulisan dan literasi. hobi saya yakni membaca, menulis, bermain gitar, bernyanyi.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Kontribusi Ki Ageng Bramasari Sebagai Pembawa Peradaban Islam di Desa Susukan, Beserta Situs Peninggalannya

16 Desember 2023   10:30 Diperbarui: 13 Februari 2024   06:43 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situs Peninggalan Ki Ageng Bramasari. [Doc. Pribadi/Muhammad Umar Ibnu Malik]

Situs Makam Ki Ageng Bramasari. [Doc. Pibadi/Muhammad Umar Ibnu Malik]
Situs Makam Ki Ageng Bramasari. [Doc. Pibadi/Muhammad Umar Ibnu Malik]

Ki Ageng Bramasari wafat 17 tahun setelah meninggalnya istri beliau yakni Nyi Ageng. Berbeda dengan Nyi Ageng,  Makam Ki Ageng Bramasari berada di Desa susukan dibagian selatan, dikelilingi Makam-makam para tokoh dan masyarakat umum Desa Susukan. Makam Ki Ageng Bramasari direnovasi pada tahun 2013, oleh pemerintah dan warga desa susukan yang berinisiatif untuk memperbaiki Makam. Didepan Makam Ki Ageng Bramasari terdapat dua makam yang lain. Dua makam tersebut merupakan makam tokoh pendiri Desa Susukan, salah satunya yaitu makam Demang Kaliunjar seorang tokoh sesepuh pertama kali di Susukan yang pada saat itu adalah Kademangan, kemudian disebelah barat yakni makam Mbah jasiah dan juga makam Mbah Mali yang merupakan jurukunci dari Beliau Ki Ageng Bramasari.

Tradisi Nyadran Gedhe

Di Desa Susukan tradisi yang dilakukan setiap tahunnya yakni Nyadran atau bedah tradisi. Tradisi Nyadran merupakan tradisi yang hampir sama seperti tradisi kenduri, sebagai bentuk syukur masyarakat untuk menyambut adanya bulan suci Ramadhan, sekaligus mendoakan tokoh-tokoh berpengaruh dalam penyebaran dan perkembangan Islam, khususnya kepada Ki Ageng Bramasari, dalam hal ini juga bertujuan untuk mengenang jasa-jasa perjuangan para leluhur. Tradisi Nyadran dilaksanakan setiap bulan Sya'ban menjelang Ramadhan. Prosesi kebudayaan nyadran sama seperti prosesi Ziarah, yaitu pertama masyarakat dianjurkan untuk bersuci di Kaliwali, kemudian beranjak ke Pagenen, setelah itu dilaksanakan Ziarah secara berjamaah bersamaan dengan para tokoh tokoh masyarakat. Kemudian setelah selesainya acara berziarah berjamaah, dilanjutkan Pengajian dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Dan acara selanjutnya yaitu Slametan (do'a dan makan bersama) atau biasa disebut kenduri. Dengan adanya acara tersebut, bertujuan untuk menjalin hubungan erat masyarakat, dengan saling bersedekah, makan bersama, dan saling berbagi. Demikian mengenai aktivitas kebudayaan yang ada Desa Susukan.

Selain itu banyak dari Majelis-majelis dan juga kelompok masyarakat dari luar Desa susukan yang berdatangan dan mengikuti prosesi kegiatan Nyadran, mulai dari berziarah menghadiri pengajian, dan karena acara tersebut terbuka untuk umum dan tidak membatasi siapapun yang ingin menghadiri kegiatan tersebut. Di Desa lain yang terdapat situs ataupun petilasan peninggalan Ki Ageng Bramasari juga melaksanakan tradisi kebudayaan yang hampir sama dengan prosesi kegiatan kebuadayaan yang ada di Desa Susukan, namun kegiatan di Desa lain tidak sekolosal seperti kegiatan kebudayaan di Desa Susukan. Karena makam Ki Ageng Bramasari yang berada di Desa Susukan merupakan makam asli Beliau. Sehingga kegiatan kebudayaan di Desa Susukan menjadi sentral dan menyeluruh untuk masyarakat umum. Kegiatan kebudayaan di Desa lain seperti di Desa Giritirta, desa Biting, dan Ciledok  tetap masih dilaksanakan, tetapi hanya dihadiri oleh orang-orang tertentu yang mencintai situs sejarah. Prosesi kegiatannya pun berbeda, tidak bersamaan dengan kegiatan Nyadran yang dilaksanakan di Desa Susukan. Ketika dilaksanannya prosesi  Nyadran, yang berdatangan untuk menghadiri acara tersebut tidak hanya lingkup masyarakat Banjarnegara saja, namun beberapa kelompok masyarakat dari daerah luar Banjarnegara pun turut menghadiri. Demikianlah tentang bagaimana aktivitas budaya masyarakat yang ada di Desa Susukan, acara yang dilaksanakan setiap tahun tersebut memberikan dampak baik kepada masyarakat untuk hidup kolektif dan terus membangun hubungan erat persaudaraan antar sesama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun