Mohon tunggu...
Muhammad Tanzilal Azizi Dapulu
Muhammad Tanzilal Azizi Dapulu Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Tanzilal, 27-09-2003

A new guys who love new things

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

PMC: Solusi Alternatif Keamanan Sebuah Negara atau Ancaman MNC "Bersenjata"?

3 Maret 2023   01:34 Diperbarui: 3 Maret 2023   19:59 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sudah genap 1 Tahun perang antara Rusia dan Ukraina telah berlangsung sejak 24 Februari 2022 yang lalu. Perang yang dinyatakan sebagai " Operasi militer khusus" Tersebut yang di klaim akan selesai sebelum bulan Mei 2022 nyata nya belum memiliki kejelasan hingga saat sekarang meskipun sudah beberapa kali dikeluarkan resolusi perdamaian di antara kedua belah pihak. 

Dengan bertambah parah nya kerusakan akibat perang yang berlangsung sepanjang satu tahun ini, Ukraina secara perlahan telah menjadi "Suriah" Bagi benua Eropa sendiri dengan kekuatan industri yang hampir mati dan kerusakan di beberapa wilayah yang teramat parah untuk diperbaiki saat perang telah selesai nanti seperti front Bakhmut, Kharkiv, dan Mariupol. 

Namun, terdapat sebuah fenomena menarik lainnya kenapa Ukraina di-identikan dengan "Suriah" Bagi eropa sendiri, yaitu kehadiran-kehadiran aktor-aktor militer non-negara nya yang membuat semakin kompleksnya dari perjalanan konflik antara Ukraina dan Rusia sejauh ini persis dengan keadaan Suriah sekarang yang terpecah menjadi beberapa golongan militer/politik dengan tujuan yang berbeda yang juga ditambah oleh aktor negara lainnya yang ikut mengintervensi ke dalam negara tersebut. 

Sama hal nya dengan Ukraina dan Rusia, Ukraina memiliki Paramiliter yang memperjuangkan ideologi kelompok nya sendiri dari Rusia yaitu AZOV dan Rusia memiliki sebuah pasukan yang berdasarkan golongan agama yakni adalah tentara Chenya yang anggotanya merupakan pemeluk Islam. 

Uniknya,selain dari kelompok-kelompok diatas yang sejatinya memperjuangkan sebuah kepentingan politik maupun budaya dan agama, ada suatu kelompok militer yang berbeda, ada sebuah kelompok militer yanng semata-mata berjuang untuk mendapatkan uang. dalam strukturnya pun, kelompok bersenjata tersebut bahkan tidak bekerja atau mengabdi untuk negara nya secara konstitusional seperti tentara reguler pada umumnya.

Akan tetapi tetap dilegalkan untuk beroperasi, merekrut personil tentara baik sipil maupun militer,menerima kontrak menyediakan jasa militer untuk negara lain, bahkan melakukan pembelian atau permintaan terhadap alutsista yang dimiliki oleh negara. Mungkin beberapa dari kalian tidak asing dengan organisasi ini atau bahkan telah mengikuti nya sejak berlangsung nya dari perang Ukraina dan Rusia saat ini. 

Organisasi ini ialah bernama Wagner Group, perlu diketahui bahwa Wagner Group adalah sebuah Organisasi laba dalam menyediakan jasa perlindungan militer atau operasi khusus yang aktif telah melayani beberapa negara khususnya negara-negara Afrika dan Timur Tengah, Wagner Group sendiri beroperasi secara legal di Rusia, baru-baru ini Wagner group juga ikut andil terlibat dalam konflik Rusia dan Ukraina sendiri yang telah dikontrak oleh Rusia dalam menangani beberapa front di Ukraina untuk mencaplok beberapa kota atau lokasi strategis demi menyelesaikan konflik tersebut.

 Wagner Group sendiri merupakan sebuah organisasi yang tergolong ke dalam PMC dan merupakan salah satu organisasi PMC terbesar diantara yang lainnya seperti Sandline Operation, dan Blackwater. Namun, PMC sendiri sering disebut oleh dunia global sebagai tentara bayaran yang resmi untuk sebuah negara atau aktor non-negara dalam melancarkan atau melindungi kepentingannya yang tidak mampu atau tidak mungkin dilakukan oleh pihak "militer" Dari negara tersebut sendiri. Dengan anggapan ini, apakah PMC relatif aman untuk digunakan sebuah negara dalam mencapai kepentingannya? 

Apakah PMC mampu menjadi solusi sebuah negara dalam memperkuat keamanannya? Dan apakah kehadiran PMC merupakan sebuah ancaman bagi sebuah negara dalam segi militer ? Sebelum memasuki pembahasan tersebut. Mari kita mengenal apa itu PMC terlebih dahulu 

Apa itu PMC dan apa Fungsi nya? 

PMC (Private Military Contractors) atau yang lebih dikenal dengan perusahaan militer Swasta merupakan sebuah Korporasi multi-nasional yang bergerak dalam bidang penyediaan jasa militer seperti penyewaan tentara, pengamanan khusus, pemeliharaan alat-alat tempur, pelatihan tentara-tentara pada sebuah negara, pengumpulan data intelijen dan operasi militer. 

PMC pertama kali dibuat di inggris oleh seorang mantan anggota SAS bernama Tim Spincer pada tahun 1990 yang bernama Sandline Operation. Sandline Operation sendiri pada awalnya sangat aktif bergerak pada operasi militer khusus yang di kontrak oleh beberapa negara semenjak keberadaan pertama kali nya salah satu pencapaian terbesarnya adalah pada Papua Nugini. 

Baru baru ini, sebuah PMC lainnya yang berasal dari Rusia bernama Wagner Group berhasil menarik perhatian publik terutama di kalangan pengamat militer. 

Wagner Group sendiri ternyata secara langsung di kontrak oleh pemerintah Rusia sendiri selain secara finansial, Wagner Group sendiri juga di kontrak dengan tambahan alutsista dan persediaan langsung oleh pemerintah Rusia untuk menunjang kekuatan tempur Rusia dalam menghadapi Ukraina. Dalam perekrutan personilnya, PMC sendiri dinilai fleksibel karena secara bebas mampu menyerap tentara baik secara domestik maupun asing yang rentang gaji nya jika dirupiahkan antara 100.000-1.000.000.00 Rupiah tergantung dari masing-masing kemampuan dan keahlian tentara yang direkrut. 

Bagaimana Hubungan Internasional Memandang Keberadaan PMC? 

Keberadaan PMC sendiri dalam pandangan global masih dinilai rancu, belum terdapat nya hukum secara pasti bagaimana untuk mendeskripsikan dari PMC sendiri. Secara teknis PMC bergerak layaknya sebuah perusahaan atau MNC (Multi National Company) yang menyediakan jasa-jasa militer terutama PMC sendiri memiliki pasar yang sangat menguntungkan yaitu negara-negara berkembang. Sebagai sebuah bagian dari aktor non-negara.

 PMC sendiri sering dianggap sebagai sebuah bentuk dari TOC (Trans Organized Crime) yang dimana merupakan sekelompok tentara bayaran yang belum dinaungi hukum manapun bahkan hukum internasional sekalipun yang terkadang melanggar HAM dalam sebuah negara. Namun di sisi lain, PMC juga dilihat sebagai perusahaan multi-nasional yang menyediakan keamanan bagi negara-negara yang "miskin" Dan tidak memiliki kekuatan militer yang signifikan. Kerancuan atau perdebatan ini mampu dilihat dari masing-masing karakteristik antara ketiga PMC dibawah ini pada misi-misi yang telah pernah mereka jalani

1. Blackwater dalam perang Irak sebagai pasukan pengaman VIP dan jalur Logistik

Pada perang Iraq yang berkecamuk pada tahun 2003 yang saat itu Amerika melakukan Invasi terhadap Irak mengakibatkan sejumlah protes dari dalam negeri. Opini rakyat Amerika sendiri secara cepat bertumbuh drastis menjadi kontra terhadap perang tersebut sehingga membuat dilema bagi Amerika Serikat sendiri untuk mengirimkan tentara lebih banyak ke Irak meskipun saat itu juga Amerika sedang membutuhkan mobilisasi penuh terhadap perang tersebut. 

Dalam mengatasi masalah ini, Blackwater muncul menjadi sebuah solusi dan jawaban bagi Amerika Serikat sendiri untuk meredam protes dari publik sekaligus jalur bayangan mereka dalam menambah kekuatan bagi perang Irak sendiri. 

Blackwater sendiri secara terlihat dan berperan aktif dalam perang irak sebagai pasukan keamanan terhadap daerah daerah logistik yang telah diduduki oleh Amerika dan menjadi pasukan cadangan bagi Amerika sendiri tanpa diketahui oleh publik. Blackwater sendiri juga berperan dalam misi penjemputan pejabat-pejabat penting Amerika pada saat perang Irak, namun akibat dari misi-misi ini juga, Blackwater juga mendapat reputasi buruk dari Irak sendiri yang dimana, tercatat bahwa anggota nya melakukan kejahatan-kejahatan perang terhadap masyarakat sipil Irak salah satu nya adalah peristiwa Nisour Square Massacre pada 2007.

2. Wagner Group dalam menyebarkan pengaruh Rusia di Afrika

Wagner Group telah memiliki banyak jejak di Afrika sendiri, terutama dalam penyediaan keamanan terhadap sumber daya alam negara-negara di Afrika, hal ini bukan tanpa alasan karena Kremlin sendiri berusaha untuk menyebarkan Soft Power nya melalui keberadaan Wagner Group sebagai satu satunya solusi terhadap pertahanan dan keamanan negara-negara di Afrika dengan tujuan akhir dari Kremlin untuk mendapatkan timbal balik hasil dari sumber daya alam yang ada di Afrika.

Wagner Group dinilai telah menjadi "alat" Diplomasi yang berhasil bagi Rusia contoh nya adalah operasi militer yang dilakukan oleh Wagner Group di Sudan untuk melawan pemberontak rezim dari Omar Al- Bashir, kontrak tersebut berhasil dengan Rusia mendapatkan izin untuk menambang emas yang terdapat di Sudan sekaligus mendirikan pangkalan Armada laut di Sudan pada tahun 2019.

3. Dyncorp International dalam Konflik Bosnia

Dyncorp sendiri lahir pada tahun 1946 yang kemudian diakusisi oleh Amentum 2020. Selain menyediakan jasa keamanan dan militer, Dyncorp juga secara aktif menyediakan jasa Aviasi dan keamanan udara serta pengumpulan data-data terhadap negara lain yang secara aktif terlibat dalam beberapa operasi militer yang diadakan oleh Amerika seperti di Kuwait Kosovo,Angola, Libya, dan Somalia. Pendapatan Dyncorp tercatat meraih keuntungan sebesar $2.8 Miliar US Dollar yang sebagian besar didapatkan melalui kontrak nya di Afghanistan. 

Meskipun Dyncorp kini hampir menerima kontrak pada tiap tahunnya terutama dari negara-negara Arab menjadikannya sebuah perusahaan militer swasta yang terpercaya, Dyncorp pernah memiliki jejak rekam yang buruk pada Bosnia pada tahun 1999. Dyncorp diselidiki juga ikut turut andil melakukan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh segelintir personil nya yang melakukan prostitusi dan melakukan perdagangan manusia. Akan tetapi, Dyncorp sendiri tidak terjamah oleh hukum Internasional maupun hukum Amerika Serikat sendiri terkait kasus pelanggaran HAM mereka di Bosnia. 

Apakah keberadaan PMC adalah sebuah Ancaman ataukah menjadi sebuah Solusi dan Jawaban? 

Kehadiran PMC sendiri pada abad ke-21 menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat global terutama masyarakat dengan kekuatan militer yang rendah. PMC dinilai pisau bermata dua, pada sisi lain PMC mampu menjadi tangan kanan negara dalam segi Militer untuk meningkatkan keamanan negara nya dan melindungi kepentingan nasional negara nya sendiri dengan harga yang rendah dibandingkan harus melakukan mobilisasi massal atau merekrut tentara reguler sebanyak-banyaknya.

PMC juga mampu melakukan operasi militer khusus yang tidak mampu dilakukan oleh tentara reguler baik secara domestik maupun terhadap negara lain dengan alasan yurisdiksi, kapabilitas dan hukum karena sejatinya, PMC sendiri belum terikat dengan hukum internasional yang pasti bahkan tidak terikat dengan konvensi Jenewa. Akan tetapi disisi lain, PMC juga rapuh dalam pengawasan dalam potensi mereka melakukan pelanggaran HAM serta sangat sulit untuk diadili karena mereka pada umumnya terselubung dengan "negara" Atau tidak terdata keberadaannya. 

Keberadaan PMC sejatinya akan membawa dampak yang baik bagi keamanan kedaulatan sebuah negara karena dinilai fleksibel dan tidak kaku sebagai usaha untuk meningkatkan keamanan negara, akan tetapi, Organisasi PMC sendiri harus segera mendapat regulasi yang khusus pada hukum internasional agar tidak bersifat anarkis dan disiplin dalam pelanggaran HAM, pengawasan terhadap PMC juga haruslah diperketat dengan pihak otoritas negara yang menaungi PMC tersebut melakukan pendataan terhadap struktur dan aktivitasnya, serta pengadaan lisensi atau izin pada tiap operasi militer yang mereka lakukan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun