Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Gadis Mata Biru Berdarah Portugis, Ternyata Bukan Dongeng

22 November 2017   22:52 Diperbarui: 23 November 2017   04:04 6349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perempuan itu mempersilahkan kami duduk di lantai papan yang beralaskan terpal plastik. Kondisi itu menunjukkan bahwa kehidupan mereka sangat sederhana.

"Kami belum punya rumah, ini rumah mertua," ungkap perempuan itu.

Firdaus menceritakan maksud kedatangan kami ke rumahnya. Dia mengizinkan anaknya diwawancarai. Sambil menunggu anaknya keluar dari kamar, perempuan itu menceritakan sebuah kejadian traumatik. Kejadian itu yang mendasari kekhawatiran mereka melepaskan anak-anaknya merantau keluar kota.

Ketika itu, perempuan paruh baya tersebut membawa ketiga anaknya (termasuk balita Rauzatul Jannah) belanja ke Pasar Aceh di Banda Aceh. Disana, mereka menjadi pusat perhatian warga. Hampir semua orang mencolek pipi anaknya ketika berpapasan dengan mereka. Paling aneh, seorang perempuan merebut Rauzatul Jannah dari pegagangannya.

"Saya kejar perempuan itu ditengah pasar, akhirnya berhasil merebut kembali si Rauzatul Janah," sebut perempuan itu tertawa.

Kini Rauzatul Jannah sudah remaja. Rambut pirang tidak terlihat lagi, sudah ditutupi dengan hijab. Hanya ada selembar foto ketika dia masih balita, bukti tak terbantahkan bahwa gadis itu sesungguhnya berkulit bule, berambut pirang, dan bermata biru.

Saat ini, Rauzatul Jannah makin dewasa. Dia duduk dibangku kelas 2 MAS Lamno. Selain sekolah disitu, setiap sore dia mengaji Al Quran di Dayah Bungkhuih Lamno.

Meski tergolong keluarga kurang mampu, cita-citanya sungguh tinggi. Dia ingin menjadi seorang psikolog. Sayang, cita-cita itu tidak simetris dengan kondisi ekonomi dan penghasilan orang tuanya.

Ekonomi keluarga itu cukup memprihatinkan. Cari sehari untuk makan hari itu. Makanya, si emak tidak yakin akan mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai ke jenjang perguruan tinggi.

"Ingin menjadi psikolog, tapi keadaan ekonomi bapak kurang mampu," timpal Rauzatul Jannah dengan wajah sedih.

INI VIDEONYA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun