Dikisahkan Siti Halimah, pada awal membuka usaha kuliner itu, masih jarang yang menyukai sate gurita. Selain dagingnya alot, konsumen juga masih ragu-ragu menyicipi hewan air bertentakel panjang itu. Selain itu, gurita dibayangkan bagai hewan “horor,” terutama karena tentakelnya yang bisa memegang benda-benda disekitarnya.
“Saya pernah nonton tivi yang menyiarkan resep alami mengolah daging gurita agar empuk,” ungkap Siti Halimah.
Setelah memperoleh rahasia [resep alami] untuk mengempukkan daging gurita, dagangan Siti Halimah makin laris. Meskipun sudah laris, dia tetap mematok harga cukup murah, hanya Rp 10 ribu per porsi [5 tusuk sate dengan rasa bumbu Padang atau kacang]. Dengan selembar uang bergambar Sultan Mahmud Badaruddin, kita bisa menikmati kuliner paling terkenal di Sabang, rasanya manis, dagingnya empuk, persis daging cumi-cumi.
Potensi wisata kuliner ini sangat diminati, menurut pendapat saya, posisi obyek wisata ini berada pada urutan kedua setelah snorkeling dan diving. Pantas, wisatawan yang sudah pernah berkunjung ke Kota Sabang, umumnya akan ngiler mendengar sebutan sate gurita. Kenapa? Rasa daging gurita yang dilabur bumbu sate tak pernah lekang dari langit-langit rongga mulut mereka.
Oleh karena itu, menikmati sunset di Sabang Hill makin terasa romantis apabila dilakukan sambil mencicipi seporsi sate gurita. Belum yakin? Berkunjunglah ke Sabang di ujung Barat Nusantara, kunjungi semua obyek wisata yang ada disana. Terakhir, tutuplah kunjungan anda dengan menikmati seporsi sate gurita dibawah pohon cemara, sambil duduk dibangku taman Sabang Hill. Kunyahlah sate gurita, dan pelan-pelan pandangi matahari yang sedang terbenam. Rasakan sensasinya, anda pasti ingin berlama-lama tinggal di Sabang.
[caption caption="Teluk Sabang ditatap dari kota atas, depan Kantor Walikota Sabang [Foto: dokpri]"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H