Akhirnya aku ikut tertawa bersamanya.
Menjadi dokter, cita-cita yang sungguh luar biasa. Bondan, sahabatku itu, ingin menggapai impiannya. Aku mau jadi apa? Entahlah, seperti yang sudah kukatakan tadi, semuanya masih gelap.
Hari semakin tinggi. Kami menikmati seharian itu di pondok tengah sawah. Ketika siang perut kami mulai terasa keroncongan. Mau pulang ke rumah tanggung. Di samping pondok buah jambu kelutuk sebagiannya terlihat ranum. Mengundang selera. Bondan menyuruhku memanjat batang jambu itu dan mengambil buahnya. Karena perutku sudah sangat lapar aku patuhi perintahnya. Siang itu kami makan dengan lahapnya, menu spesial jambu kelutuk. (bersambung)
Catatan: Novel ini belum pernah dipublikasikan. Pertama di Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H