Mohon tunggu...
Muhammad Subhan
Muhammad Subhan Mohon Tunggu... -

Muhammad Subhan, seorang jurnalis, penulis dan novelis. Editor beberapa buku. Tinggal di pinggiran Kota Padangpanjang. Bekerja di Rumah Puisi Taufiq Ismail. Nomor kontak: 0813 7444 2075. Akun facebook: rahimaintermedia@yahoo.com, email aan_mm@yahoo.com. Blog: www.rinaikabutsinggalang.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dendam Kesumat di Lembah Tandikat

20 Oktober 2011   05:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:44 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Secepat kilat lelaki itu melompat ke samping. Berguling-guling. Tubuh hitam itu pun terus mengejar. Semakin cepat. Mengunci langkah lawannya. Jurang dalam menganga lebar di belakang. Dia terjebak. Satu langkah saja mundur ke belakang, maka habislah riwayatnya. Tapi dia belum mau mati. Di benaknya tak ada terbayang cara lain untuk menyelamatkan diri.

Bayangan hitam itu tiba-tiba berhenti menyerang. Tubuhnya tepat berdiri tiga langkah di hadapan lelaki itu. Sorot matanya tajam. Bersinar seolah menyimpan bara dendam membara.

"Apa maumu, hei orang misterius?!" tanya lelaki itu. Napasnya tersenggal-senggal.

Makhluk bertubuh hitam itu tak menjawab. Ia mengepal tangannya. Terdengarlah suara gemeretak jari kedua tangannya yang kekar.

"Aku Biju! Kuingatkan untuk pertama dan terakhir kali, jangan kau dekati lagi Putri Anai. Kalau tidak, kau akan dapati tubuhmu menjadi tengkorak di bawah jurang itu!" Suara lelaki bertubuh hitam itu lantang. Menggelegar bak halilintar di telinga lelaki itu.

Setelah mengucapkan kata-kata itu, lelaki bernama Biju itu melesat ke belakang. Melompati popon-pohon. Lalu menghilang di tengah pekatnya malam. Ilmu meringankan tubuhnya sangat sempurna.

Lelaki itu masih diam di tempatnya. Tiba-tiba saja dia terduduk. Keletihan. Peluh membasahi tubuhnya. Golok masih terselip di pinggangnya yang terasa remuk.

"Biju!" Gumam lelaki itu.

* * *

" Putri Anai, kau cantik sekali," lelaki itu melingkarkan tangannya yang kekar ke pinggang perempuan di hadapannya. Menatap gadis itu penuh nafsu.

"Ah, Rangga, jangan…." Perempuan itu menggeliat. Seperti ular. Ranjang kayu dalam bilik gubuk itu berderit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun