Semua murid terkejut. Apalagi aku, jantungku berdegup kencang mendengar kabar itu. Wali kelas aku lihat menangis. Beberapa kawan-kawanku yang perempuan juga ikut menangis. Sementara kawanku yang laki-laki yang biasa menjahili Darmawi menundukkan wajahnya. Semua bersedih. Sungguh begitu cepat Tuhan memanggil anak itu. Tanpa aku sadari telah jatuh saja air mata di kedua pipiku. Aku ikut menangis. Betapa tidak. Baru kemarin kami berjumpa, tapi kini Si Jago Gambar itu telah tiada.
Aku pandangi kertas gambar yang terlukis sebuah kapal terbang yang mengudara di angkasa raya. Darmawi, sahabatku itu, telah mendahului aku menaiki kapal itu, terbang tinggi menembus berlapis-lapis langit menemui Tuhannya. Aku berdoa, semoga Tuhan membangunkan sebuah istana buatnya di sorga. (bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H