“Ya, ngesol sepatu Bu. Menjahit sepatu orang bila ada yang rusak.”
Di saat bapak pulang aku berada di kamar. Tidur siang. Tapi aku mendengar pembicaraan ibu dan bapak.
“Bapak yakin bisa mengerjakannya?” tanya ibu lagi.
“Akan aku coba. Agaknya mudah, tapi memang harus kerja keras.”
“Semoga itu kerja yang terbaik buat Bapak.”
Sejenak suasana hening. Ibu ke dapur mengambil minuman buat bapak. Segelas air putih. Bapak meneguknya lalu melangkah ke meja makan, membuka tudung nasi. Tidak ada apa-apa isinya.
“Ibu tidak masak siang ini?”
“Beras kita habis, sore nanti aku beli. Kain yang kugosok ini dibayar pemiliknya nanti,” jawab ibu.
Bapak diam. Aku tahu bapak sangat lapar karena bapak keluar rumah mencari pekerjaan berjalan kaki pagi-pagi sekali. Kadang tidak sarapan pagi. Bapak tidak punya sepeda yang dapat digunakan sebagai kendaraan. Sepeda onta bapak di Tembung dulu sudah dijual untuk menambah ongkos pindah ke Aceh. Bapak benar-benar memulai hidup dari awal lagi, harus mengumpulkan uang untuk dapat membeli sepeda bekas.
Bapak masuk ke dalam kamar. Berganti pakaian. Dilihatnya aku di ranjang atas. Tempat tidur kami bertingkat. Bapak dan ibu tidur di ranjang bawah. Aku tidur di ranjang atas.
“Sudah bangun, Gam?”