Mohon tunggu...
Muhammad Subhan
Muhammad Subhan Mohon Tunggu... -

Muhammad Subhan, seorang jurnalis, penulis dan novelis. Editor beberapa buku. Tinggal di pinggiran Kota Padangpanjang. Bekerja di Rumah Puisi Taufiq Ismail. Nomor kontak: 0813 7444 2075. Akun facebook: rahimaintermedia@yahoo.com, email aan_mm@yahoo.com. Blog: www.rinaikabutsinggalang.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Regu Badak (8)

24 Oktober 2011   23:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:33 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

5
ADU LAYANG-LAYANG

Aku tak suka bermain di sawah, apalagi menangkap belut. Walau berkali-kali Bondan mengajakku memancing belut, hampir semua ajakannya aku tolak. Ada sih beberapa kali aku ikut dia menangkap belut dengan pancingnya yang unik itu. Dapat juga belutnya, lumayan besar. Untunglah tidak dimakan ular lagi. Aku senang melihat caranya memancing hewan berbadan licin itu. Tapi tetap saja aku tidak suka pekerjaan itu.

Kalaulah ditanya apa permainan yang paling menyenangkan di dalam hidupku, hanya satu jawabannya; layangan. Ya, hanya itu permainan yang membuat aku larut hingga lupa seharian. Kalaulah tidak sekolah, tentu setiap hari aku bermain layangan saja di lapangan. Kalau sudah lupa waktu, ibu marah-marah. Tak jarang Bondan menjadi mata-mata ibu dan sering melaporkan aku kepada ibu bila aku tak mau pulang kalau sudah bermain layang-layang.

Ketika musim layangan tiba, banyak sekali layangan beragam bentuk dan warna menghias angkasa. Mulai layangan berukuran besar hingga layangan ukuran kecil. Beberapa kali terlihat layangan putus meliuk-liuk dibawa angin dan dikejar anak-anak seusiaku. Beramai-ramai. Aku juga ikut mengejar walau sering hanya dapat sobekan ekornya saja.

Yang paling asyik adalah adu layangan. Ini pertandingan penuh gengsi. Benangnya harus tajam. Agar tajam dibuatlah ramuan khusus dari pecahan kaca. Bondan ahlinya soal buat-membuat ramuan benang tajam itu. Beberapa kali benang layanganku dia yang meramu. Entah apa saja bahan ramuannya. Ada getah pohon ini pohon itu, ada bunga kembang sepatu, diperas dan diaduk lalu disaring dengan kain tipis. Air saringannya dimasak sekental-kentalnya. Benang layangan itu direndam beberapa lama di dalam kaleng yang sudah berisi ramuan. Sesudah ramuan dingin benang dijemur dengan cara mengikat dan mengulurnya dari satu pohon ke pohon lain hingga isi gulungan benang habis. Bila mujur matahari terik hanya dibutuhkan waktu beberapa jam saja untuk mendapatka hasil benang yang bagus. Kalau mendung, agak lama benang kering dan kualitasnya tidak bagus.

Bondan bukan saja ahli membuat ramuan benang layangan adu. Tetapi dia juga sering memenangkan lomba adu layangan. Jarang dia kalah. Aku yang selalu berada didekatnya dan dibuatkan ramuan benang adu itu, tak pernah menang-menang. Layanganku selalu putus dibantai lawan.

“Setajam apapun benang Kau itu, kalau tak pandai mengadu layangan, putuslah dia,” kata Bondan suatu hari di lapangan.

“Maksud Kau, Ndan?” tanyaku.

“Kau harus punya taktik dan strategi jitu agar layanganmu tak cepat putus. Jangan Kau tahan saja benangnya ketika lawan sudah menyerempet ke benang Kau. Pandai-pandailah Kau mengulur dan menariknya,” katanya mengajarkan cara agar bisa menang mengadu layangan.

Aku mengangguk-angguk paham. Hebat betul dia. Sudah banyak makan asam garam kalau soal berlaga layangan.

Lagi asyik menyiapkan layangan dan benang hendak dimainkan, tiba-tiba datang empat orang anak-anak seusia kami. Badannya lebih besar dari Bondan. Mereka si Ateng, Ucok, Toni dan Dodon. Keempatnya anak kampung tetangga sebelah. Kedatangan mereka tak bersahabat. Keempatnya berkecak pinggang. Menghardik aku dan Bondan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun