Mohon tunggu...
Muhammad Solihin
Muhammad Solihin Mohon Tunggu... Guru - Seorang pemimpi dan Pengembara kehidupan

Hidup adalah cerita dan akan berakhir dengan cerita pula. muhammad solihin lentera dunia adalah sebutir debu kehidupan yang fakir ilmu dan pengetahuan. menapakin sebuah perjalanan hidup dengan menggoreskan cerita kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lukisan Terakhir Ayah

13 Mei 2020   08:10 Diperbarui: 13 Mei 2020   09:44 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak kecil, Ayah kerap kali mengenalkanku pada beberapa alat musik dan nada-nada indah. Ibu hanya tersenyum saat aku bermanja dengan ayah ketika sedang belajar dengannya.

*****

Dua tahun ini, aku menjalani proses kehidupan seorang diri dijalanan. Hidupku klontang klantung selalu berpindah-pindah tempat dari satu kota kekota lain. Aku menjadi pengamen jalanan. Hasil mengamen tentu hanya habis untuk makan sehari-hari tanpa bisa menyisihkan sebagai tabungan masa depan.

kini Penggemarku lumayan banyak, mereka memuji karakter suaraku dan permainan gitarku saat performance. Hingga suatu waktu, salah satu penggemarku meminta photo bareng denganku. 

Dia seorang gadis cantik berkulit putih mulus, bertubuh tinggi semampai, leher jenjang dan Rambut panjang terurai. Tatapan matanya begitu tajam, senyum dari bibir mungilnya penuh pesona bagi insan yang memandangnya.

Dalam hati aku mengaguminya. Gadis itu membuat diriku terpikat pada pandangan pertama. Aku benar-benar dibuat gila akan paras cantiknya, Ada rasa suka pada dirinya. Gadis itu bernama Roro Ayu dan aku diminta menyapa dirinya dengan panggilan Ayu. Nama itu memang selaras dengan paras cantiknya, gumamku dalam hati.

Senja berlalu dan malam pun datang diiringi terangnya purnama. Langit kota begitu menawan malam itu. Tidak ada kumpulan awan mendung, itu pertanda hujan tidak akan turun. 

Setiap malam minggu alun-alun kota selalu dipadati muda mudi yang sedang dimabuk asmara. Mereka menghabiskan malam dengan duduk berpasangan-pasangan sembari bercerita merangkai masa depan.

Malam ini, Ayu mengajakku bertemu di alun-alaun kota. malam minggu pertama di bulan januari begitu syahdu. Aku berniat untuk menembak ayu. Ku beranikan diri untuk mengungkapkan perasaanku padanya. 

Aku ingin mengatakan cinta. Lagu romantis glend fredly "Januari" menjadi saksi bisu keberanianku malam ini.  Bait-bait puisi sang maestro Sapardi Darmono menjadi amunisi senjata rayuanku padanya. Aku akan ungkapkan rasa cinta pada bidadari tak bersayap itu. Gitar ku petik dengan  syahdu penuh simponi. Bait puisi aku persembahkan untuknya.

Aku Ingin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun