“Nak, lagi menunggu siapa?” terdengar suara lelaki tua menyapaku sembari memegang pundak kananku. Aku pun terperanjat. aku palingkan wajahku kearah suara itu. Terlihat lelaki tua itu membawa keranjang berisikan berbagai macam minuman dingin. Penampilanya sih seperti pedagang minuman dingin keliling.
“Oh, iya pak. Saya lagi menunggu kepala kantor pelabuhan.” Jawabku.
“Tidak beli minuman dingin, nak. Cuaca panas sekali lho siang ini.” Bapak tua itu menawarkan dagangannya.
Ku ambil sebotol air mineral dari keranjangnya, aku buka segelnya lalu meminumnya. Ah, segar sekali rasa air mineral ini, tenggorakanku yang sedari tadi terasa cekat kini sudah legah. Aku rogoh kantong celanaku, kudapati ada uang Rp. 8000, lalu ku serahkan kepada Bapak tua itu.
“ada keperluan apa dengan bos pelabuhan, nak.” Tanyanya lagi.
Sebenarnya hati kecilku sih jengkel dengannya. Apa urusanya Ia Tanya-tanya. Kepo banget, sih. Gumamku dalam hati.
Tapi apalah daya, tetap saja aku menjawab pertanyaanya. Menunjukan sikapku hormat kepada orang yang lebih tua.
“Aku ingin berjumpa dengan kepala pelabuhan, pak. guna mencari informasi tentang peristiwa tenggelamnya kapal ferry Samudra Borneo.” Jawabku padanya.
“Oh, peristiwa tenggelamnya kapal itu. Kalau saya tidak salah, kejadian itu terjadi 39 tahun lalu.” Celetuk bapak tua itu.
“Apakah bapak tahu kejadian itu?” timpalku bertanya kembali padanya, ada rasa penasaran dengan jawaban lelaki itu.