Mohon tunggu...
M. Saiful Kalam
M. Saiful Kalam Mohon Tunggu... Penulis - Sarjana Ekonomi

Calon pengamat dan analis handal

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kelemahan Sistem Pendidikan di Indonesia

3 April 2022   16:33 Diperbarui: 3 April 2022   16:35 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Karena tidak focus, akhirnya yang dikorbankan adalah mata pelajaran utama di sekolah. Dan ini pengaruhnya kalau mau naik ke jenjang pendidikan, ia harus mengulangi sebagian ketertinggalan mata pelajarannya tersebut. Kalau tidak mengulangi, ya amblas.

Dan ini berakibat kepada pemahaman yang tidak menyeluruh terhadap mata pelajaran.

Tetapi, yang berani penulis jamin adalah sebenarnya hal yang paling diingat oleh siswa itu bukan mata pelajaran yang banyak itu, melainkan kegiatan diluarnya (seperti lomba akademik, kegiatan ekstrakulikuler, sahabat, guru yang humble, dan sebagainya). Ini bukanlah kelemahan system, melainkan kelemahan manusia, yaitu tempatnya salah dan lupa.

Oh iya kelemahan yang keenam sebagai penutup tulisan, pendidikan itu mencipatakan budaya curang sejak dini. Guru tidak dibekali diawal bahwa yang paling utama dari sekolah bukanlah nilai, tetapi kejujuran.

Pernyataan keenam ini sebenarnya kontradiktif dengan pernyataan pertama. Ini sering terjadi saat UAS (ujian akhir semester), yang mana penulis masih ingat betul, praktik contek-menyontek/tanya-diskusi jawaban, dan praktik kecurangan lainnya itu terjadi didepan mata saat ujian.

Sebagian guru ada yang menegur, sebagian guru diam dan nampak tidak berani menegur.

Menyontek itu menunjukkan kalau sekolah secara tidak sadar sedang menanamkan mainset ketidakperayaan terhadap diri sendiri menghadapi ujian.

Tetapi itu adalah akar permasalahan yang sistemik, sebab terlalu banyak mata pelajaran yang harus dikuasai, dan murid dipaksa harus menguasainya semua. Mana bisa seperti itu?

Bukan guru, juga bukan murid yang sebenarnya salah, tetapi karena system. Dan system ini dibuat oleh para petinggi dan pejabat negara. Makanya, tulisan ini diberikan judul kelemahan system, bukan kelemahan guru/murid.

Sebab, keberhasilan apapun bidangnya, itu bergantung system. Kalau system tersebut mendukung dan mampu menciptakan suasana positif, ya jadinya positif. Dan begitu pula sebaliknya.

Memang membaca sebuah gambar besar tentang masalah seperti sangatlah sulit diselesaikan, tetapi percaya jika dengan ilmu pengetahuan yang luas, sebesar apapun masalah bisa diminimalisiri dampak negatifnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun