Mohon tunggu...
M. Saiful Kalam
M. Saiful Kalam Mohon Tunggu... Penulis - Sarjana Ekonomi

Calon pengamat dan analis handal

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kelemahan Sistem Pendidikan di Indonesia

3 April 2022   16:33 Diperbarui: 3 April 2022   16:35 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Beda kalau siswa, Anda bolos maka sudah dipastikan ditegur atau dimarahi guru juga orang tua. Tetapi pada era 2000-an ini, hampir jarang ada cerita pendidikan dasar tidak meloloskan muridnya, semua siswa pasti lulus.

Kalau zaman orang tua dulu (1950-an), cerita siswa tidak naik kelas itu masih dijumpai. Mungkin beberapa orang tua dari Anda ada yang mengalaminya.

Dan ini masuk kelemahan keempat, yaitu pendidikan itu nampak ingin meluluskan semua para peserta didiknya, tidak peduli seberapa buruk baik dari segi pribadi maupun keilmuan, nilai tiap siswa nampak disamaratakan.

Memang ada siswa yang pribadinya baik, tapi miskin ilmu. Ada juga yang pribadinya buruk, tapi kaya ilmu. Sangat sedikit yang baik di kedua hal. Nah, standar penilaian antar siswa bahkan sama. Makanya ada cuitan, nilainya orang yang rajin dengan malas situ tidak jauh beda. Ini yang kacau.

Hal itu juga disebabkan proporsi guru antara siswa itu seperti 1:25 (bahkan sampai 40). Jadi, guru sangat tidak focus memahamkan masing-masing siswa yang diajarnya, atau bahkan tidak mengenali siswanya.

Terlebih, ia mengajar hanya 40 menit untuk 1 kali pertemuan/1 SKS. Jadi. Peran mengajar dan mendidik menjadi lebih berat seiring pertumbuhan jumlah penduduk yang begitu cepat.

Kelemahan yang kelima ada pada pembelajaran presentasi berkelompok. Ini menjadi pisau bermata dua, sebab jika Anda mendengarkan materi yang teman Anda bahkan tidak menguasai, Anda juga bisa ikut tidak paham. 

Tapi kalau paham, kecepatan untuk menghabiskan pelajaran dalam satu semester pun cepat, asal teman sekelas tergolong 'pintar'.

Presentasi ini menekankan pemahaman pada masing-masing siswanya. Dan banyak siswa yang presentasi itu hanya sekedar membaca textbook tanpa menjelaskan pemahaman pribadi kepada teman kelas.

Hal itu juga disebabkan minat membaca yang rendah yang juga tidak bisa disalahkan. Sebab, pengalaman penulis sendiri jika ingin presentasi dengan kualitas yang baik, maka setidaknya harus membaca puluhan hingga ratusan halaman sumber ilmiah. Dan memang, siswa peduli jika harus dituntut kutu buku hanya untuk satu kali presentasi?

Sedangkan, kesibukan siswa tidak hanya berkutat disekolah. Ada yang membantu orang tuanya berdagang (ya walaupun jumlahnya sedikit), ada yang mengikuti perlombaan untuk memenang lomba akademik atau ekstrakulikuler demi almamater sekolahnya (otomatis tugas pelajaran menumpuk), ada juga karena kesibukan organisasi (ditingkat perguruan tinggi, jam organisasi sangat padat), dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun