Mohon tunggu...
muhammad sadji
muhammad sadji Mohon Tunggu... Lainnya - pensiunan yang selalu ingin aktif berliterasi

menulis untuk tetap mengasah otak

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Mengenang Kembali Peristiwa Jatuhnya Soeharto

29 Oktober 2022   20:53 Diperbarui: 29 Oktober 2022   21:36 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Kita Hari Ini 20 Tahun Yang Lalu Terbitan Kompas. (Dok. Pribadi)

 Krisis ekonomi global yang melanda Indonesia telah membuat negeri ini terpuruk sehingga rakyat menggugat rezim Orba itu untuk turun tahta pada tahun 1998. Verba volant scripta manent, yang bermakna bahwa yang terucap akan lenyap, yang tertulis akan abadi. 

Cerita tentang Orde Baru dan kejatuhannya mungkin tidak banyak diketahui oleh generasi 90-an dan sesudahnya. Untung, harian terkemuka Kompas, merekam semua kejadian seputar kejatuhan rezim Soeharto. 

Penurunan Soeharto bukan karena kudeta, karena terbukti para tokoh demonstrannya tidak menggantikan kedudukan Soeharto. Itu berbeda dengan kejatuhan Soekarno yang             digantikan oleh Soeharto setelah mengantongi Supersemar dengan melakukan penekanan melalui demonstrasi mahasiswa yang brutal, sistematis, massif dan terstruktur yang digalang Soeharto.

Buku dengan judul "Kita Hari Ini 20 Tahun Lalu" itu dibuka pada sampulnya dengan menampilkan Lukman Firdaus, siswa SMUN 3 Ciledug yang pamit kepada Ibunya untuk ikut demonstrasi. Bu, katanya sebagaimana diberitakan Kompas 14 November 1998 :"Saya mau berjuang bersama mahasiswa. 

Saya tidak ikut-ikutan. Saya benar-benar ingin memperjuangkan kebenaran bersama mahasiswa dan melihat jalannya Sidang Istimewa MPR". Sayang dia gugur dalam Tragedi Semanggi I sehingga tidak mengetahui perkembangan NKRI yang demokratis yang dia ikut perjuangkan dan tegakkan. 

Demonstrasi besar-besaran di hampir seluruh kota di Indonesia tersebut cukup beralasan karena korupsi yang merajalela sehingga negara terpuruk. Bank Dunia bahkan menyebut korupsi di Indonesia sudah mewabah, yang artinya berjamaah secara besar-besaran di berbagai sektor yang dilakukan oleh Instansi Pemerintah hingga dunia usaha swasta (Kompas 23 Oktober 1998, hal.208). 

Hal ini merupakan kesimpulan Tim Bank Dunia yang diundang Pemerintah Indonesia pada tanggal 13-20 September 1998. Sebagai Ketua Tim adalah Katherine Marshall yang jabatan resminya sebagai Direktur Kebijakan Sosial Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik. 

Mereka menemui para pejabat, perwakilan Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat (LPSM), donatur untuk Indonesia, pebisnis dan komunitas politik. Mereka tercengang dan ikut prihatin karena korupsi di Indonesia sudah mewabah, endemik, sistemik dan meluas di berbagai Instansi Pemerintah dan di berbagai daerah. 

Korupsi yang berlangsung, ditengarai telah mempengaruhi efektivitas semua proyek pemerintah yang didanai Bank Dunia maupun Lembaga Internasional lainnya.

Kemiskinan merajalela dan melanda di mana-mana. Sekitar 4.000 mahasiswa UGM-Yogyakarta cuti karena tidak mampu bayar SPP (hal. 68), juga mahasiswa ITB-Bandung menggelar pasar rakyat di kampusnya yang disambut berbondong-bondong oleh masyarakat sekitar (hal. 63). 

Juga pada halaman 39 memuat berita Kompas 30 Desember 1997 yang mengabarkan krisis  ekonomi di sektor properti, konstruksi, perbankan sehingga terjadi PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) sekitar sejuta pekerja dan terjadi pengangguran terselubung sebesar 37-40 juta orang (45% dari 91 juta angkatan kerja).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun