Pada kasus ini dapat penulis menganggap bahwasannya komunikasi bencana berperan penting atas waspadanya sesar sumatera. Dalam perannya komunikasi bencana memiliki alur dan strategi yang tepat untuk mendorong optimalisasi terkait waspada dan mitigasi bencana. Namun seluruh strategi itu tidak terlepas dari koordinasi dan komunikasi antar pihak yang terkait dalam sesar sumatera ini, kemudian pat merancang SOP yang mengatur langkah atau tindakan yang dilakukan oleh masyarakat. Begitu pula melalui berbagai Lembaga subordinat kuasa negara, pemerintah sudah menjalankan manajemen bencana, namun dapat diharapkan untuk bisa membentuk jaringan komunikasi yang bersifat setara atas penyelenggaraannya untuk melibatkan banyak pihak dan jajaran pemerintah pada Kawasan bencana, (terjabar dalam Fetty Arisandi K, dkk 2019).
Konsep Komunikasi Bencana
Komunikasi bencana yang efektif dalam penanggulangan bencana adalah komunikasi yang dilakukan tidak hanya saat tanggap darurat saja tetapi juga pada saat pra bencana atau kesiapsiagaan dan setelah bencana atau masa rehabilitasi dan rekonstruksi. Dalam UU No. 24 tahun 2007, penanganan bencana merupakan tanggung jawab BNPB dan BPBD dan membutuhkan koordinasi serta penanganan yang cepat, tepat, efektif, efisien, terpadu dan akuntabel agar korban jiwa, kerusakan dan kerugian harta benda dapat diminimalisir, cara efektif adalah penyebaran informasi dan itu merupakan bagian dari komunikasi.Â
Menurut Frank Dance (Littlejohn, 2006: 7), salah satu aspek penting dalam komunikasi adalah konsep reduksi ketidakpastian. Komunikasi itu sendiri muncul karena adanya kebutuhan untuk mengurangi ketidakpastian, supaya dapat bertindak secara efektif demi melindungi atau memperkuat ego yang bersangkutan dalam berinteraksi secara individual maupun kelompok. Dalam penanganan bencana, informasi yang akurat diperlukan oleh masyarakat maupun Lembaga swasta yang memiliki kepedulian terhadap korban bencana.Â
Dalam UU No 23 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, salah satu Langkah yang penting dilakukan untuk pengurangan resiko bencana adalah melalui mitigasi bencana. Dijelaskan mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Memahami bahwa bencana dapat diprediksi secara alamiah dan saling berkaitan antara yang satu dan lainnya sehingga perlu di evaluasi secara terus menerus.Â
Upaya mitigasi bencana harus memiliki persepsi yang sama baik dari aparat pemerintahan maupun masyarakatnya. Pemetaan menjadi hal terpenting dalam mitigasi bencana, khususnya bagi wilayah yang rawan bencana. Hal ini dikarenakan sebagai acuan dalam membentuk keputusan antisipasi kejadian bencana. Pemetaan akan tata ruang wilayah juga diperlukan agar tidak memicu gejala bencana. Pemantauan hasil pemetaaan tingkat kerawanan bencana pada setiap daerah akan sangat membantu dalam pemantauan dari segi prediksi terjadinya bencana. Hal ini akan memudahkan upaya penyelamatan saat bencana terjadi.
Kesiapsiagaan Bencana Terhadap Waspada Sesar Sumatera
Penyebaran informasi dilakukan antara lain dengan cara memberikan poster dan leaflet kepada Pemerintah Kabupaten atau Kota dan Provinsi seluruh Indonesia yang rawan bencana, tentang tata cara mengenali, mencegah dan penanganan bencana. Tujuannya untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana geologi di kawasan tertentu. Bagian paling kritis dari Pelaksanaan mitigasi adalah pemahaman penuh akan sifat bencana. Dalam setiap negara dan daerah, tipe bahaya-bahaya yang dihadapi juga akan berbeda-beda. Mitigasi sebagai tahap awal penanggulangan bencana alam untuk mengurangi dan memperkecil dampak bencana, pahami beberapa tahapan setelahnya sebagai berikut :
- Mitigasi adalah kegiatan sebelum bencana terjadi. Contoh kegiatannya antara lain membuat peta wilayah rawan bencana, pembuatan bangunan tahan gempa, penanaman pohon bakau, penghijauan hutan, serta memberikan penyuluhan dan meningkatkan kesadaran masyarakat yang tinggal di wilayah rawan tersebut.
- Kesiapsiagaan, merupakan perencanaan terhadap cara merespons kejadian bencana. Perencanaan dibuat berdasarkan bencana yang pernah terjadi dan bencana lain yang mungkin akan terjadi. Tujuannya adalah meminimalkan korban jiwa dan kerusakan sarana-sarana pelayanan umum juga meliputi upaya mengurangi tingkat risiko, pengelolaan sumber-sumber daya masyarakat, serta pelatihan warga di wilayah rawan bencana.
- Respons, merupakan upaya meminimalkan bahaya yang diakibatkan bencana. Tahap ini berlangsung sesaat setelah terjadi bencana. Rencana penanggulangan bencana dilaksanakan dengan fokus pada upaya pertolongan korban bencana dan antisipasi kerusakan yang terjadi akibat bencana.
- Pemulihan, merupakan upaya mengembalikan kondisi masyarakat seperti semula. Pada tahap ini, fokus diarahkan pada penyediaan tempat tinggal sementara bagi korban serta membangun kembali saran dan prasarana yang rusak. Selain itu, dilakukan evaluasi terhadap langkah penanggulangan bencana yang dilakukan.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H