Mohon tunggu...
Muhammad Rofy Nurfadhilah
Muhammad Rofy Nurfadhilah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menulis dan membaca merupakan cara yang paling elok dalam membunuh waktu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengoptimalkan Peran Perpustakaan Sekolah

7 Maret 2020   20:42 Diperbarui: 7 Maret 2020   20:39 1167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Apalagi pada anak yang belum memiliki gairah yang cukup besar untuk membaca. Namun, bukan hal yang tidak mungkin apabila gairah membaca itu dapat dipicu dengan suatu tindakan atau kegiatan yang dapat merangsang tumbuhnya keinginan seseorang untuk gemar membaca. Disinilah peran perpustakaan sekolah harus ditunjukkan. 

Perpustakaan Sekolah harus merancang program yang kreatif guna meningkatkan kegemaran murid dalam membaca buku. Contohnya adalah dengan diadakannya lomba menulis, entah itu menulis cerpen, novel, puisi, artikel atau resensi yang semuanya itu berhubungan erat dengan dunia kepustakaan. 

Tentunya, murid akan semakin sering berkunjung ke perpustakaan dikarenakan membutuhkan contoh atau referensi guna menunjang perlombaan tersebut. Lambat laut, secara tidak langsung kegiatan semacam ini akan menjadikan siswa lebih akrab dengan perpustakaan, khususnya dengan buku itu sendiri.

Tidak hanya itu, program rutin pun dapat dilakukan pengelola perpustakaan bersama-sama dengan para guru. Salah satunya adalah program silent reading. Kegiatan ini adalah suatu bentuk pembiasaan siswa dalam membaca buku. Dalam kegiatan ini, guru menganjurkan bahkan bisa mewajibkan setiap anak membawa satu buku  yang mereka sukai ke kelas. 

Sepuluh sampai lima belas menit sebelum pelajaran pertama dimulai, seluruh siswa disuruh membaca buku yang mereka bawa tersebut dengan cara silent, atau membaca dalam hati tanpa suara. 

Hal ini adalah suatu bentuk pembiasaan yang cukup baik guna menumbuhkan minat murid dalam membaca buku-buku yang mereka sukai, sekaligus memberi pembelajaran terhadap mereka bagaimana membaca buku yang baik, tanpa harus menggangu orang lain.

Contoh dari Guru 

Segala perkataan dan tingkah laku seorang guru adalah model bagi para muridnya. Konsep ini cukup lumrah dalam dunia pendidikan, bahkan mungkin saat seorang guru masih duduk di bangku kuliah mereka telah mendengar konsep atau pepatah yang demikian itu. 

Namun, pepatah itu rupanya cukup sulit diaplikasikan oleh para guru, terlebih mengenai persoalan membaca. Tidak hanya menyuruh membaca, semestinya guru pun menunjukkan kepada murid-muridnya bahwa membaca telah menjadi kebiasaannya pula.

Penulis prihatin ketika guru senantiasa menyuruh anak terus belajar, namun gurunya sendiri sama sekali bukan pembelajar yang baik. Membaca merupakan bagian dari belajar, tanpa harus diintervensi semestinya kegiatan membaca sudah mendarah daging bagi seorang guru dan murid. 

Terlebih-lebih bagi guru, karena guru sebagai fasilitator bagi murid-muridnya, sehingga asupan pengetahuan pada dirinya harus jauh lebih besar dari para muridnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun