Dalam khalayak umum, mungkin sebagian orang sudah mengetahui definisi manusia secara umum. Namun perlu diketahui, bahwa tidak semua orang mengetahui definisi manusia.
Oleh karena itu, penulis ingin sedikit menjelaskan tentang definisi manusia.
Secara etimologi, kata “manusia” berasal dari bahasa Sansekerta yakni dari kata “manu” , dan bahasa Latin yakni “mens” yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (makhluk yang mampu menaklukan makhluk lain).
Jika di spesifikasikan lagi, definisi manusia itu bermacam-macam, baik dari sudut pandang biologi, sosial, filsafat & mantiq, pendidikan, agama, dan lain sebagainya.
Dari sudut pandang biologi manusia disebut dengan sebutan Homo sapiens, artinya manusia merupakan sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Dari sudut pandang sosial manusia disebut homo social yang artinya manusia adalah makhluk yang saling mrmbutuhkan satu sama lain dan tidak bisa hidup sendiri.
Dari sudut pandang filsafat&mantiq manusia adalah hewan yang berpikir, sebagaimana yang dikatakan di dalam kaidah "Insanu hayawanun nathiq". Selain itu manusia juga disebut sebagai makhluk mukallaf yang dibebani kewajiban dan tanggung jawab.
Dalam sudut pandang pendidikan, manusia disebut sebagai animal educandum, yakni manusia adalah hewan yang dapat dididik dan harus mendapatkan pendidikan.
Dalam sudut pandang agama Islam, manusia adalah makhluk yang memiliki jasmani dan ruhani.
Manusia menurut sudut pandang Islam memiliki empat sebutan, yakni basyhar yang artinya anak turunan Adam, makhluk fisik yang suka makan, minum, dan berjalan ke pasar serta lain sebagainya.
Selain itu manusia juga disebut al-insan, yang artinya Kata insan bila dilihat asal kata al-nas, yakni melihat, mengetahui, dan minta izin. Dalam hal ini kata tersebut mengandung petunjuk adanya kaitan substansial antara manusia dengan kemampuan penalarannya.
Manusia juga disebut dengan sebutan annas, yang artinya manusia pada umumnya dihubungkan dengan fungsi manusia sebagai makhluk sosial.
Manusia juga disebut sebagai bani adam, yang artinya anak Adam atau keturunan Adam, digunakan untuk menyatakan manusia bila dilihat dari asal keturunannya.
Secara umum manusia diartikan sebagai makhluk yang saling membutuhkan satu sama lain yang memiliki jasmani, ruhani, dan dilengkapi dengan akal sehat untuk melangsungkan hidupnya di dunia serta bertanggung jawab atas apa yang dilakukan.
Jika berbicara tentang definisi atau arti dari manusia, memang sangatlah panjang karena spesifikasinya berbeda-beda di setiap bidangnya.
Namun perlu diketahui, jika kita berbicara tentang manusia, kita tidak boleh hanya sekedar berbicara tentang definisi, melainkan ada hal yang lebih penting dari sebuah definisi tentang manusia, yakni berbicara tentang makna dan hakikat manusia.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang berpikir untuk memanusiakan manusia dan untuk beribadah kepada Allah SWT. Begitu banyak dalil-dalilnya prihal tersebut, di antaranya ada pada surat Al-fath ayat 29, Al-Maidah ayat 2, Al-Maun 1-7, Ali Imran 190-191, Az-Dzariyat ayat 57, An-Nahl ayat 12, Al-Isra ayat 70, dan lain sebagainya.
Selain itu, dalam salah satu hadits riwayat Imam Ahmad Nabi SAW bersabda saat haji wada’:
"Maukah kalian kuberitahu pengertian mukmin?
Mukmin adalah orang yang memastikan dirinya memberi rasa aman untuk jiwa dan harta orang lain. Sementara muslim ialah orang yang memastikan ucapan dan tindakannya tidak menyakiti orang lain. Sedangkan mujahid adalah orang yang bersungguh-sungguh dalam keta’atan kepada Allah SWT. Sedangkan orang yang berhijrah (muhajir) ialah orang yang meninggalkan kesalahan dan dosa.”
Jika kita analisa dan simpulkan dari pemaparan di atas, itu artinya kita di wajibkan oleh Tuhan untuk melakukan 2 kebajikan, yakni habluminallah dan habluminannas (menuhankan Tuhan dan memanusiakan manusia) karena kita adalah makhluk Tuhan yang berakal dan itu adalah hakikat manusia sebenar-benarnya.
Namun pada faktanya, banyak sekali manusia di dunia yang melupakan hakikat manusia tersebut. Sungguh banyak manusia yang belum menuhankan Tuhan dan belum memanusiakan manusia.
Jika kita lihat diluar sana, masih banyak sekali orang-orang yang di ambil haknya yang mengakibatkan mereka kelaparan, kehausan, tidak punya tempat tinggal, menderita, sengsara, dls.
Tidak hanya itu, banyak juga manusia yang tidak mendapatkan pendidikan, manusia yang apatis, manusia yang tidak memiliki rasa simpati dan empati terhadap sesama, serta manusia yang melanggar aturan Tuhan (berzina, mabuk, narkoba, korupsi, merampok, membunuh, memfitnah, mendzolimi, dls).
Itu artinya, hakikat manusia belum bisa dipahami dan di jalani dengan baik oleh manusia itu sendiri.
Dalam hal ini ada dua kemungkinan, yakni kemungkinan yang pertama masih sangat banyak manusia yang tidak mengerti hakikat dan makna dari manusia, dan kemungkinan yang kedua sudah sangat banyak manusia yang mengerti makna dan hakikat manusia namun tidak menjalankan dan mengamalkan nya, sehingga masih banyak manusia yang belum menjadi manusia.
Pada tulisan ini, penulis ingin menyampaikan pesan pribadi (untuk penulis) dan pesan secara umum (untuk semua orang yang membacanya), mari kita sama sama menuhankan Tuhan dengan meninggalkan semua hal-hal yang dilarang Tuhan seperti miras, narkoba, berzina, korupsi, rampok, fitnah, dan lain sebagainya.
Serta memanusiakan manusia dengan cara (saling berbagi dan tolong menolong sesama manusia, yakni membantu orang yang sedang butuh pertolongan, memberikan makanan dan minuman untuk orang yang kelaparan dan kehausan, menyisihkan sebagian rezeki yang kita punya untuk orang yang membutuhkan, dan lain sebagainya).
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk penulis dan juga untuk semua yang membaca. Kurang lebihnya mohon maaf, kritik dan saran yang baik tanpa membuli sangat penulis harapkan untuk bahan evaluasi penulis dalam membuat tulisan.
Wallahu a'lam bishowab
Penulis: Muhammad Rifqi Alwy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H