Mohon tunggu...
Muhammad Reza Santirta
Muhammad Reza Santirta Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis adalah seni

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Akibat Tatapan

10 Maret 2020   15:47 Diperbarui: 10 Maret 2020   16:14 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Teman-teman sekampungnya dekat dengan Janto namun tidak ada yang memberitahu keberadaannya. Kalau Adri bertemu anak itu, ia akan menyuruh Janto melempar batu ke arah mukanya. Kalau perlu minta sobek mulutnya seperti yang pernah ia ucap.

Setelah melewati SMP, SMA, hingga akhir kuliah, sudah 14 tahun ia tidak lagi bertemu Janto. Ia juga sudah tidak memikirkan anak itu lagi. Termasuk, teriakan yang seringkali dilontarkan pada dirinya.

Sampai bekerja, ia sudah menghemparkan pikiran tentang Janto.

14 tahun kemudian, Adri ditugaskan untuk mengambil barang yang dipesan perusahaan. Ia memutar stang kiri motor matic.

Motor itu melintasi jalanan dekat tanggul daerah Semanggi, Solo. Sepeda motor itu meluncur dengan kecepatan sedang.

Adri membawa sebuah bagasi kecil tempat menaruh barang pesanan pabrik. Biasanya kue dan makanan ringan yang dipesan. Bagasi itu cukup luas sehingga bisa menampung barang dalam jumlah besar.

Begitu sampai di ujung jalan, ia melewati sebuah perempatan. Adri berhenti sejenak menunggu kendaraan yang melintas. Jalanan mulai sepi dan Adri melintas dengan kecepatan sedang. Ada banyak kendaraan di depannya.

Ia memasuki sebuah gapura jalan menuju Jagalan. Begitu memasuki sebuah gapura, terdengarlah sebuah teriakan yang persis seperti 14 tahun lalu.

Seorang pria berambut gondrong yang ada di seberang rumah makan itu terlihat diam. Suaranya menggema sampai sekelilingnya. Tidak tahu teriakan itu tertuju kepada siapa.

"Wong kentir!" Teriak salah satu pengendara sepeda motor.

Adri langsung memutar sepeda motor dan mengejar sumber suara itu. Namun, orang itu tidak terlihat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun