Teman-teman sekampungnya dekat dengan Janto namun tidak ada yang memberitahu keberadaannya. Kalau Adri bertemu anak itu, ia akan menyuruh Janto melempar batu ke arah mukanya. Kalau perlu minta sobek mulutnya seperti yang pernah ia ucap.
Setelah melewati SMP, SMA, hingga akhir kuliah, sudah 14 tahun ia tidak lagi bertemu Janto. Ia juga sudah tidak memikirkan anak itu lagi. Termasuk, teriakan yang seringkali dilontarkan pada dirinya.
Sampai bekerja, ia sudah menghemparkan pikiran tentang Janto.
14 tahun kemudian, Adri ditugaskan untuk mengambil barang yang dipesan perusahaan. Ia memutar stang kiri motor matic.
Motor itu melintasi jalanan dekat tanggul daerah Semanggi, Solo. Sepeda motor itu meluncur dengan kecepatan sedang.
Adri membawa sebuah bagasi kecil tempat menaruh barang pesanan pabrik. Biasanya kue dan makanan ringan yang dipesan. Bagasi itu cukup luas sehingga bisa menampung barang dalam jumlah besar.
Begitu sampai di ujung jalan, ia melewati sebuah perempatan. Adri berhenti sejenak menunggu kendaraan yang melintas. Jalanan mulai sepi dan Adri melintas dengan kecepatan sedang. Ada banyak kendaraan di depannya.
Ia memasuki sebuah gapura jalan menuju Jagalan. Begitu memasuki sebuah gapura, terdengarlah sebuah teriakan yang persis seperti 14 tahun lalu.
Seorang pria berambut gondrong yang ada di seberang rumah makan itu terlihat diam. Suaranya menggema sampai sekelilingnya. Tidak tahu teriakan itu tertuju kepada siapa.
"Wong kentir!" Teriak salah satu pengendara sepeda motor.
Adri langsung memutar sepeda motor dan mengejar sumber suara itu. Namun, orang itu tidak terlihat.