Dorongan akibat air jika terlalu ditekan bisa menyebabkan piston bolong sehingga memicu water hammer. Selain piston, setang piston atau connecting rod bisa menjadi bengkak atau patah akibat masuknya air.
Setang piston bergerak sesuai poros crankshaft. Jika terjadi water hammer, tonjokan dapat memaksa gerak stang piston berlawanan sehingga timingnya mendadak. Tentu saja hal ini dapat merusak mesin jika kemasukan air.
Pemilik mobil harus mewaspadai segala kemungkinan terjadinya banjir. Tentu saja, mobil tidak didesain untuk melawan arus air. Air memiliki senyawa yang berbeda dengan cairan bahan bakar. Kepadatan yang dikandung dalam air bisa menekan mesin dengan intensitas yang lebih besar jika terlalu dipaksakan.
Berbeda dengan knalpot yang menjadi bagian utama mobil. Meskipun sama-sama merupakan bagian dari mesin, knalpot memiliki saluran yang tidak dijangkau air. Bisa dibilang, air tidak dapat merusak mesin karena masuk di saluran knalpot.
Dorongan kuat dari tekanan gas buang dapat menekan air ke luar lebih cepat. Sehingga, peluang air masuk ke dalam mesin sangat sedikit. Meskipun begitu, kita tetap harus waspada jika sewaktu-waktu air yang masuk di knalpot bisa menggangu sistem pembakaran mesin.
Jangan sampai terjadi lagi seperti banjir Jakarta seperti pada awal 2020 dan akhir Februari 2020. Tingkat kewaspadaan harus diupayakan semaksimal mungkin. Agar mobil lebih aman, sebaiknya ungsikan ke tempat yang lebih tinggi dan jauhkan dari air.
Selain kerusakan karena masuknya air, kerusakan intake manifold juga bisa terjadi pada kebocoran udara. Faktor itu juga bisa terjadi akibat water hammer dimana piston dipaksa berputar dengan intensitas tinggi.
Akibatnya, mesin akan susah berputar dalam keadaan idle atau stasioner. Istilahnya, perputaran mesin saat stasioner menjadi kasar.
Akibatnya, perbandingan campuran udara dan bahan bakar akan menjadi kurus karena adanya tambahan udara bebas yang dapat masuk ke dalam ruang bakar akibat kebocoran intake manifold.