Pemerintah Indonesia, melalui Kemenhub RI, sempat bernegosiasi dengan pemerintah China untuk menentukan penerbangan misi kemanusiaan. Tentu kita akan bertanya, mengapa tidak menggunakan pesawat berplat merah seperti Garuda Indonesia? Padahal, pesawat ini mempunyai beberapa armada berbadan lebar seperti 10 unit Boeing 777-300ER, 7 unit Airbus A330-200, 17 unit Airbus A330-300, dan yang terbaru 3 unit Airbus A330-900Neo.
Adapun leading sector atau pihak pelaksana misi tersebut adalah Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Kesehatan. Mereka juga menetapkan bahwa penerbangan harus menyesuaikan peraturan resmi dunia penerbangan.
Teknologi yang Diterapkan
Pihaknya sudah menyediakan dan melakukan penyemprotan cairan multiguna pembunuh kuman (disinfectant spray) dan masker dan alat pelindung diri (APD), sarung tangan (hand gloves), dan cairan/gel pembersih tangan (hand sanitizer) agar terhindar dari penularan. Bahkan, pesawat Batik Air sudah mempunyai teknologi penyaring sekaligus pembunuh virus yaitu HEPA Air Filter yang terletak di bodi pesawat.
Sebagian udara yang berada di dalam kabin dibuang hingga keluar menuju atmosfer. Sisanya, dipompa melalui filter udara HEPA dan bisa menghilangkan unsur bakterial hingga 99 persen. Bahkan kabarnya, sistem ini juga dapat menghilangkan unsur zat radioaktif.
Perputaran filter HEPA ini berlangsung cepat hingga mengubah udara seluruhnya sekitar 15-30 kali perjam atau 1-2 kali per menit.
Pesawat Sebagai Bagian dari Misi Kemanusiaan
Pesawat ini memiliki sistem canggih seperti yang dikatakan sebelumnya. Penyaringan zat-zat ataupun partikel di dalam kabin dapat disaring hingga bersih seluruhnya. Tentu kecanggihan ini dapat diterapkan pada tiap-tiap pesawat yang beroperasi setiap hari.