Nujun menatap sepiring nasi yang dibawa ibunya. Sambil mengelap motor, ia mengibaskan telapak tangannya.
"Enggak usah bu, aku bisa makan sendiri nanti."
"Jadi kamu enggak mau makan dulu nih."
"Nanti saja, lagi buru-buru nih."
"Tapi, masak kamu bisa cuci motor sepagi ini."
"Udah lah bu... aku bisa makan sendiri nanti. Tempat makan juga banyak bu."
Nujun masih tetap dengan kegiatannya membersihkan motor. Ia mengelap bodi swing itu hingga mengilap. Semuanya dibersihkan hingga tampak seperti baru.
Motor sport itu adalah hadiah saat dirinya berulang tahun 5 bulan lalu. Temen-temannya membeli motor itu tanpa sepengetahuan Nujun. Mereka juga melibatkan ayah dan ibu Nujun untuk bekerjasama membeli motor yang ditaksir harganya mencapai 60 juta.
Tentu saja, teman-temannya membayar secara patungan dengan dibantu oleh ayah dan ibunya yang merupakan orang berada. Umur Nujun kini sudah 22 tahun.
Setelah mengelap motornya, ia langsung menyalakan mesin. Kunci ia putar ke atas. Jempol kanannya menekan tombol starter dan 4 jari kirinya menekan rem dengan kuat. Tak lama, suara deru menggema hingga memekakkan telinga. Suaranya mengaum di sebuah garasi depan berukuran 4x5 meter itu.
"Wum... wum... wum..." Suara deru motor sport itu.