Hari kelima (Matana) disini adalah hari puncak, pada hari ini masyarakat bergembira dan merayakan pesta tahun dengan suka ria. Biasanya pusat perayaan berada di alun-alun atau biasa disebut Los. Acara dimeriahkan dengan gendang guro-guro aron dimana muda-mudi yang sudah dihias dengan pakaian adat melakukan tari tradisional. Perayaan tidak hanya dirayakan oleh penduduk kampung tetapi juga kerabat dari luar kampung ikut diundang menambah suasana semakin semarak. Pada hari ini pekerjaan paling berat adalah makan. Karena setiap kali berkunjung ke rumah kerabat aturannya adalah wajib menikmati/memakan hidangan yang telah disediakan oleh tuan rumah.
Hari keenam (Nimpa) pada hari ini ditandai dengan dilaksanakannya pembuatan cimpa, makanan khas karo, biasa disebut dengan lepat. Kerja tahun atau merdang merdem tidak lengkap rasanya tanpa kehadiran cimpa. Pada wilayah lain, cimpa biasa diganti dengan ngerires atau lemang. Cimpa atau rires biasanya dijadikan oleh oleh bagi tamu ketika pulang.
Hari ketujuh (Rebu) pada hari ini adalah hari istirahat setelah serangkaian kegiatan selama enam hari dalam pesta tahun atau merdang merdem. Pada hari ini masyarakat dilarang untuk saling beraktivitas di ladang, hari ketujuh atau rebu adalah hari penenang untuk beraktivitas seperti biasanya bagi masyarakat di keesokan hari.
Pada tahun 2014 lalu, kerja tahun atau merdang merdem akhirnya dijadikan dan tercatat sebagai warisan budaya tak benda, warisan budaya nasional (Warbudnas) milik Indonesia oleh balai pelestarian nilai budaya Aceh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H