Mohon tunggu...
Muhammad Revan Azwar
Muhammad Revan Azwar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis lepas

Demikianlah, semua dimulai.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kemeriahan Tradisi Kerja Tahun Suku Karo

19 November 2024   22:31 Diperbarui: 20 November 2024   01:40 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kabupaten Karo terletak 71 km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan. Berkunjung ke Sumatera Utara tak sah rasanya bila tidak ke Kabupaten Karo, wilayah Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi dengan ketinggian berkisar antara 140-1400 meter diatas permukaan laut (MDPL).

Kabupaten Karo tak hanya menyimpan destinasi wisata yang sejuk dan asri. Namun, juga memiliki segudang potensi budaya yang sangat potensial, salah satunya budaya kerja tahun atau merdang merdem. Kerja Tahun adalah pesta tradisi yang dilakukan Suku Karo yang merupakan etnik Karo yang sudah mendiami wilayah ini sejak ratusan tahun yang lalu.

Pesta tradisi tahunan ini berhubungan dengan kehidupan pertanian, khususnya tanaman padi. Kerja Tahun Dilaksanakan tidak bersamaan pada setiap desa di Tanah Karo. Ada desa yang merayakan Pada masa awal tanam, ada pula yang menjalankan saat padi mulai berdaun, menguning, saat Panen.

Kerja Tahun adalah pengekspresian rasa syukur kepada Tuhan. Kerja tahun di daerah Karo memiliki keunikan tersendiri. Selain berhubungan dengan kehidupan sosial ekonomi Dan religi, acara ini juga berhubungan dengan kekerabatan (silaturahmi).

Kerja Tahun Dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga yang berada di luar Daerah. Para perantau lebih menyukai pulang ke kampung halaman pada saat Kerja Tahun Dibandingkan dengan hari besar keagamaan, seperti saat Natal dan Lebaran. Dengan kata Lain, Tradisi ini menjadi sarana mudik. Selain sebagai sarana memperkuat silaturahmi dan Melepas rindu.

Kerja Tahun juga sebagai sarana mempertemukan jodoh. Adanya acara Guro-Guro Aron (hiburan dengan tari, lagu dan musik tradisional) sering mempertemukan pemuda Pemudi dalam perjodohan. Begitu pula orang tua, saling memperkenalkan anak-anaknya Sehingga kekerabatan semakin erat.

Kerja Tahun sebagai pesta tradisi tahunan dilakukan umumnya dalam seminggu. Penentuan Jadwal yang dilaksanakan sesuai peredaran bulan dan disepakati secara musyawarah antara Masyarakat dan pemuka adat/pemuka desa.

Pada hari pertama, atau disebut cikor-kor adalah hari persiapan masyarakat untuk menyambut Pesta Tahun. Pada hari ini masyarakat secara kolektif mencari kor-kor, sejenis serangan yang biasanya berada didalam tanah, untuk dijadikan lauk makanan pada hari pertama.

Pada hari kedua (Cikurung) sama halnya seperti hari pertama, masyarakat secara kolektif mencari kurung di ladang atau di sawah yang biasa dijadikan santapan untuk menyambut Pesta Tahun.

Pada hari ketiga (Ndurung) sama halnya dengan hari pertama dan kedua, akan tetapi masyarakat secara bersama-sama mencari nurung atau ikan untuk dijadikan santapan satu desa. Biasanya nurung yang ditangkap adalah nurung cibakut (ikan lele), nurung kaperas (ikan timah-timah) dan belut.

Hari keempat (Mantem) pada hari keempat suku karo mulai memotong hewan-hewan ternak seperti lembu, kambing, sapi serta babi khusus bagi yang beragama Kristen. Kegiatan ini dilaksanakan dengan dana kolektif maupun hasil sumbangan hewan ternak Masyarakat sekitar.

Hari kelima (Matana) disini adalah hari puncak, pada hari ini masyarakat bergembira dan merayakan pesta tahun dengan suka ria. Biasanya pusat perayaan berada di alun-alun atau biasa disebut Los. Acara dimeriahkan dengan gendang guro-guro aron dimana muda-mudi yang sudah dihias dengan pakaian adat melakukan tari tradisional. Perayaan tidak hanya dirayakan oleh penduduk kampung tetapi juga kerabat dari luar kampung ikut diundang menambah suasana semakin semarak. Pada hari ini pekerjaan paling berat adalah makan. Karena setiap kali berkunjung ke rumah kerabat aturannya adalah wajib menikmati/memakan hidangan yang telah disediakan oleh tuan rumah.

Hari keenam (Nimpa) pada hari ini ditandai dengan dilaksanakannya pembuatan cimpa, makanan khas karo, biasa disebut dengan lepat. Kerja tahun atau merdang merdem tidak lengkap rasanya tanpa kehadiran cimpa. Pada wilayah lain, cimpa biasa diganti dengan ngerires atau lemang. Cimpa atau rires biasanya dijadikan oleh oleh bagi tamu ketika pulang.

Hari ketujuh (Rebu) pada hari ini adalah hari istirahat setelah serangkaian kegiatan selama enam hari dalam pesta tahun atau merdang merdem. Pada hari ini masyarakat dilarang untuk saling beraktivitas di ladang, hari ketujuh atau rebu adalah hari penenang untuk beraktivitas seperti biasanya bagi masyarakat di keesokan hari.

Pada tahun 2014 lalu, kerja tahun atau merdang merdem akhirnya dijadikan dan tercatat sebagai warisan budaya tak benda, warisan budaya nasional (Warbudnas) milik Indonesia oleh balai pelestarian nilai budaya Aceh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun