Kabupaten Karo terletak 71 km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan. Berkunjung ke Sumatera Utara tak sah rasanya bila tidak ke Kabupaten Karo, wilayah Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi dengan ketinggian berkisar antara 140-1400 meter diatas permukaan laut (MDPL).
Kabupaten Karo tak hanya menyimpan destinasi wisata yang sejuk dan asri. Namun, juga memiliki segudang potensi budaya yang sangat potensial, salah satunya budaya kerja tahun atau merdang merdem. Kerja Tahun adalah pesta tradisi yang dilakukan Suku Karo yang merupakan etnik Karo yang sudah mendiami wilayah ini sejak ratusan tahun yang lalu.
Pesta tradisi tahunan ini berhubungan dengan kehidupan pertanian, khususnya tanaman padi. Kerja Tahun Dilaksanakan tidak bersamaan pada setiap desa di Tanah Karo. Ada desa yang merayakan Pada masa awal tanam, ada pula yang menjalankan saat padi mulai berdaun, menguning, saat Panen.
Kerja Tahun adalah pengekspresian rasa syukur kepada Tuhan. Kerja tahun di daerah Karo memiliki keunikan tersendiri. Selain berhubungan dengan kehidupan sosial ekonomi Dan religi, acara ini juga berhubungan dengan kekerabatan (silaturahmi).
Kerja Tahun Dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga yang berada di luar Daerah. Para perantau lebih menyukai pulang ke kampung halaman pada saat Kerja Tahun Dibandingkan dengan hari besar keagamaan, seperti saat Natal dan Lebaran. Dengan kata Lain, Tradisi ini menjadi sarana mudik. Selain sebagai sarana memperkuat silaturahmi dan Melepas rindu.
Kerja Tahun juga sebagai sarana mempertemukan jodoh. Adanya acara Guro-Guro Aron (hiburan dengan tari, lagu dan musik tradisional) sering mempertemukan pemuda Pemudi dalam perjodohan. Begitu pula orang tua, saling memperkenalkan anak-anaknya Sehingga kekerabatan semakin erat.
Kerja Tahun sebagai pesta tradisi tahunan dilakukan umumnya dalam seminggu. Penentuan Jadwal yang dilaksanakan sesuai peredaran bulan dan disepakati secara musyawarah antara Masyarakat dan pemuka adat/pemuka desa.
Pada hari pertama, atau disebut cikor-kor adalah hari persiapan masyarakat untuk menyambut Pesta Tahun. Pada hari ini masyarakat secara kolektif mencari kor-kor, sejenis serangan yang biasanya berada didalam tanah, untuk dijadikan lauk makanan pada hari pertama.
Pada hari kedua (Cikurung) sama halnya seperti hari pertama, masyarakat secara kolektif mencari kurung di ladang atau di sawah yang biasa dijadikan santapan untuk menyambut Pesta Tahun.
Pada hari ketiga (Ndurung) sama halnya dengan hari pertama dan kedua, akan tetapi masyarakat secara bersama-sama mencari nurung atau ikan untuk dijadikan santapan satu desa. Biasanya nurung yang ditangkap adalah nurung cibakut (ikan lele), nurung kaperas (ikan timah-timah) dan belut.
Hari keempat (Mantem) pada hari keempat suku karo mulai memotong hewan-hewan ternak seperti lembu, kambing, sapi serta babi khusus bagi yang beragama Kristen. Kegiatan ini dilaksanakan dengan dana kolektif maupun hasil sumbangan hewan ternak Masyarakat sekitar.