Ojek Online sebagai Cermin Kehidupan Sosial
Perbincangan dengan driver ojek online sering kali mengungkapkan ketimpangan sosial yang ada di Jakarta.
Dalam setiap perjalanan, saya melihat lebih dari sekedar seorang pengemudi yang mengantarkan penumpangnya ke tujuan.
Saya melihat seseorang yang berjuang untuk mencari keseimbangan antara kebutuhan ekonomi dan pencapaian pribadi.
Sering kali, mereka adalah orang-orang yang lebih mengenal jalan-jalan tersembunyi di Jakarta daripada kita, yang mungkin lebih terfokus pada kemewahan dan kenyamanan dunia modern.
Di tengah hiruk-pikuk kota, banyak driver ojek online yang menyadari bahwa hidup mereka jauh dari kata mudah. Namun, ada yang menarik dari cara mereka melihat hidup, yaitu penerimaan.
Mereka menerima kenyataan bahwa pekerjaan ini mungkin tidak akan membuat mereka kaya raya, tetapi mereka bisa bertahan dan memberi kehidupan bagi keluarga mereka.
Di setiap perjalanan, ada semangat untuk tetap bertahan meskipun hidup kadang memberi pukulan keras.
"Kadang saya mikir, kerja ini cuma buat makan aja, Mas. Gak ada yang tahu, kan, kalau kita udah capek banget seharian," kata seorang driver saat saya tanya tentang sisi gelap pekerjaan ini.
Dengan kata lain, meski dihadapkan pada kenyataan yang keras, mereka tetap menyimpan harapan.
Harapan untuk masa depan yang lebih baik, harapan agar anak-anak mereka bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik, harapan agar mereka bisa pulang kampung dengan kepala tegak setelah bertahun-tahun mencari nafkah di kota besar.