Selain itu, menulis juga merupakan latihan untuk berpikir kritis dan kreatif yang tidak hanya mengasah kemampuan bahasa, tetapi juga ketajaman intelektual kita.
Lebih jauh lagi, menulis adalah cara kita berpartisipasi dalam percakapan yang lebih luas. Ketika kita menulis esai, artikel, atau bahkan jurnal pribadi, kita turut berkontribusi dalam pembentukan pemikiran kolektif masyarakat.
Dalam dunia yang serba terhubung ini, tulisan kita dapat mencapai audiens yang jauh lebih besar dari sekedar teman atau keluarga.
Dengan kata lain, melalui tulisan, kita bisa berpengaruh pada perubahan sosial, menginspirasi orang lain, atau setidaknya membuka ruang diskusi penting atas fenomena yang sedang kita amati.
Membaca dan Menulis sebagai Katalisator Pembangunan Diri
Tidak dapat dipungkiri, membaca dan menulis juga berperan besar dalam pembangunan diri. Ketika kita membaca buku tentang psikologi, pengembangan diri maupun filosofi hidup, kita tidak hanya mendapatkan wawasan baru, tetapi juga tools untuk memperbaiki kualitas hidup kita.
Misalnya, membaca tentang kebiasaan positif bisa memberikan inspirasi untuk mengubah rutinitas harian. Dengan sangat kontras, diri kita akan menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Begitu juga dengan menulis, ketika kita menulis tujuan hidup, visi pribadi atau catatan harian, kita berlatih untuk menetapkan niat dengan lebih jelas dan terarah. Keduanya juga melatih kita untuk menjadi lebih disiplin.
Membaca membutuhkan waktu dan konsentrasi untuk memahami isi dan konteks. Sementara, menulis mengharuskan kita untuk fokus pada struktur dan ekspresi.
Apabila kita terbiasa melakukan dua hal tersebut, kemampuan ini akan memperkuat daya tahan mental kita dalam menghadapi tantangan hidup sehari-hari.
Membaca dan Menulis dalam Era Digital