Keluarga besar Gus Dur yang terhubung dengan Nahdlatul Ulama (NU), sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia yang memainkan peran penting dalam membentuk pandangan dan pemikiran Gus Dur.
Namun demikian, Gus Dur juga dibesarkan dalam suasana yang terbuka terhadap pengaruh luar, baik dari Barat maupun dunia politik Indonesia yang sedang bergolak.
Pola Kepemimpinan Gus Dur
Salah satu tema utama dalam biografi ini adalah kepemimpinan Gus Dur yang sangat khas dan berani.
Barton mengungkapkan bahwa Gus Dur memiliki kemampuan untuk melihat situasi dari berbagai sudut pandang, sesuatu yang jarang ditemukan dalam banyak pemimpin, baik di Indonesia maupun dunia.
Kepemimpinan Gus Dur bukanlah tipe yang penuh kekuatan otoriter, melainkan lebih inklusif dan mengedepankan dialog antar kelompok, baik di dalam negeri maupun dengan dunia internasional.
Selama masa pemerintahannya, Gus Dur memperkenalkan banyak kebijakan yang mengejutkan banyak kalangan, termasuk kebijakan yang membuka ruang bagi kebebasan beragama, kebebasan pers dan penghargaan terhadap hak-hak minoritas.
Misalnya, Gus Dur menentang segala bentuk kekerasan terhadap agama-agama lain dan memerintahkan penyelidikan terhadap kasus-kasus pelanggaran HAM, yang dalam beberapa hal mendapat reaksi negatif dari kalangan konservatif.
Kendati demikian, kepemimpinan Gus Dur juga diwarnai dengan berbagai kontroversi. Salah satunya adalah pengambilalihan beberapa posisi strategis dalam pemerintahan yang dianggap tidak sesuai dengan norma-norma politik yang ada saat itu.
Gus Dur juga tidak segan-segan mengambil keputusan yang tidak based on popularity, melainkan based on needs seperti pemecatan beberapa pejabat tinggi yang dianggap tidak kompeten atau yang terlibat dalam praktek korupsi.
Oleh karena itu, meskipun kebijakan-kebijakan tersebut sering kali menyebabkan ketegangan politik, namun Gus Dur tetap berpegang pada prinsip-prinsip yang ia yakini.