Kendati demikian, Minke tidak terlibat dalam gerakan perjuangan secara langsung, namun ia menyadari bahwa perjuangan untuk kemerdekaan harus dimulai dari kesadaran sosial yang dibangun dari dalam diri setiap individu.
Tetralogi Buruh juga menggambarkan betapa pentingnya kesadaran terhadap nasib rakyat kecil yang selama ini terpinggirkan.
Perjuangan yang dilakukan oleh Minke dan tokoh-tokoh lainnya, meskipun tidak selalu membuahkan hasil yang instan, memiliki dampak jangka panjang bagi kesadaran sosial dan politik bangsa Indonesia.
Mereka adalah pejuang ideologi yang ingin mengubah cara pandang masyarakat terhadap kolonialisme dan ketidakadilan sosial.
Estetika dan Gaya Penulisan Pramoedya
Selain tema besar yang dibahas, gaya penulisan Pramoedya yang khas juga memberikan dimensi mendalam pada tetralogi ini.
Pramoedya menggunakan bahasa yang lugas dan mengalir, namun tetap kaya akan makna dan simbolisme.
Ia tidak ragu untuk menggambarkan ketegangan antara berbagai lapisan sosial dan perbedaan rasial dengan cara yang sangat tajam dan berani.
Kekuatan lain dari gaya penulisan Pramoedya, terletak pada kemampuannya untuk menghidupkan latar waktu dan tempat.
Pembaca tidak hanya diajak untuk mengikuti kisah perjuangan Minke, tetapi juga dibawa masuk dalam suasana kolonial yang penuh ketegangan dan ketidakpastian.
Deskripsi tentang masyarakat Indonesia pada masa itu sangat mendalam dan realistis, menjadikan pembaca seolah-olah berada di dalamnya, dan merasakan setiap perjuangan dan penderitaan yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam cerita.