Pada era digital saat ini, Gen Z di Indonesia (lahir antara 1997 hingga 2012) menjadi kelompok yang sangat dinamis dalam mengadopsi teknologi dan berinteraksi dengan informasi.
Kendati demikian, mereka lebih mudah terhubung dengan dunia luar, dan generasi ini menghadapi tantangan besar dalam hal literasi keuangan, terutama yang berkaitan dengan fenomena over confident dan Fear of Missing Out (FOMO).
Kedua fenomena ini yang erat kaitannya dengan psikologi dan perilaku finansial, dapat berdampak buruk jika tidak dikelola dengan bijak.
Tulisan ini akan membahas bagaimana literasi keuangan, over confident, dan FOMO mempengaruhi perilaku finansial Gen Z di Indonesia, serta bagaimana kita bisa melihat tantangan ini sebagai peluang untuk pembelajaran dan perkembangan ekonomi yang lebih sehat.
Literasi Keuangan Gen Z di Indonesia
Literasi keuangan adalah kemampuan individu untuk memahami dan menggunakan berbagai konsep finansial dalam kehidupan sehari-hari.
Sebuah survei yang dilakukan oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan) pada tahun 2020 menunjukkan bahwa tingkat literasi keuangan di Indonesia masih tergolong rendah dengan angka literasi keuangan sebesar 38,03% (OJK, 2020).
Hal ini menunjukkan bahwa banyak orang Indonesia, termasuk Gen Z, masih memiliki pengetahuan yang terbatas tentang bagaimana mengelola uang, berinvestasi, dan merencanakan keuangan jangka panjang.
Di sisi lain, Gen Z adalah generasi yang tumbuh dengan teknologi digital yang memungkinkan akses cepat ke informasi.
Mereka dapat dengan mudah mencari informasi terkait keuangan melalui internet, media sosial, atau aplikasi perbankan. Namun, informasi tersebut sering kali tidak terverifikasi atau bahkan menyesatkan.