Ketika Gen Z merasa yakin akan keberhasilan mereka, maka mereka cenderung mengabaikan faktor-faktor risiko dan informasi yang lebih kritis serta akurat.
Solusi untuk mengatasi masalah over confidenct ini adalah dengan meningkatkan pendidikan dan pemahaman tentang pengelolaan risiko.
Oleh karena itu, melalui kursus atau program pelatihan yang mengajarkan tentang dasar-dasar investasi dan manajemen risiko, Gen Z dapat dibekali pengetahuan dan diajarkan untuk membuat keputusan yang lebih bijak dan realistis.
FOMO dan Dampaknya pada Keuangan Gen Z
Fenomena FOMO (Fear of Missing Out) adalah perasaan cemas atau khawatir karena merasa tertinggal dalam suatu kesempatan atau pengalaman yang sedang populer.
Di dunia keuangan, FOMO sering kali muncul ketika Gen Z melihat teman-teman atau orang-orang yang mereka ikuti di media sosial mendapatkan keuntungan besar dari investasi atau peluang keuangan lainnya.
Akibatnya, mereka merasa terdorong untuk ikut serta, bahkan tanpa mempertimbangkan risiko yang akan dihadapinya. FOMO ini diperparah dengan media sosial yang sering menampilkan gambaran idealis tentang gaya hidup kaya atau sukses.
Hal ini selaras dengan penelitian dari Przybylski et al. (2013), bahwa FOMO dapat mempengaruhi pengambilan keputusan seseorang dengan cara yang kurang rasional, karena mereka lebih fokus pada tekanan sosial untuk ikut serta daripada membuat keputusan berdasarkan analisis yang matang.
Dengan demikian, ini bisa menyebabkan Gen Z mengambil keputusan finansial secara impulsif seperti membeli saham, mata uang kripto atau mengikuti tren investasi yang sedang viral, tanpa mempertimbangkan implikasi jangka panjangnya.
Untuk mengatasi FOMO, penting bagi Gen Z agar mengembangkan kesadaran diri dan kemampuan dalam mengelola tekanan sosial sehingga mengetahui implikasi atas keputusan finansial yang diambilnya.
Selain itu, edukasi tentang pengelolaan keuangan yang berbasis pada nilai-nilai rasional dan analitis bisa membantu mereka mengurangi kecenderungan untuk mengambil keputusan yang impulsif.