Indonesia sebagai negara dengan beragam suku, agama, ras dan budaya, telah lama dikenal dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu.
Sebagai sebuah bangsa, Indonesia menempatkan kebhinekaan sebagai salah satu pilar utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, isu-isu terkait dengan toleransi, pluralisme, dan keberagaman semakin terasa sensitif, terutama di kalangan generasi muda.
Generasi yang disebut-sebut sebagai digital natives ini harus mampu membawa semangat kebhinekaan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam konteks lintas iman maupun lintas budaya.
Melalui peran aktif generasi muda, diharapkan kebhinekaan tidak hanya sekadar jargon, tetapi menjadi sikap yang membentuk bangsa Indonesia lebih inklusif dan harmonis.
Dalam tulisan ini, penulis akan membahas bagaimana generasi muda dapat menjadi penjaga kebhinekaan Indonesia, terutama dalam bingkai toleransi antar agama, serta tantangan yang dihadapi dalam merawat keberagaman di era digital.
Generasi Muda dan Tanggung Jawab terhadap Kebhinekaan
Generasi muda memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kebhinekaan Indonesia, khususnya dalam konteks lintas iman. Mereka adalah kelompok yang lebih terbuka terhadap perubahan dan lebih mudah menerima ide-ide baru.
Pada saat yang sama, mereka juga sering kali terpapar oleh berbagai informasi yang tidak selalu akurat, baik dari media sosial maupun sumber-sumber lain yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Oleh karena itu, generasi muda harus diberdayakan untuk memahami dan merawat keberagaman, serta membangun komitmen toleransi yang lebih solid dan inklusif.