Salah duanya adalah Youth Interfaith Network dan Temu Kebangsaan Orang Muda (TEMBANG), sebuah jaringan pemuda lintas agama yang aktif dalam mengadakan dialog antar agama, berbagi pengetahuan, serta bahu-membahu dalam melakukan bakti sosial dan kerja-kerja kemanusiaan.
Kegiatan semacam ini membuktikan bahwa perbedaan agama tidak harus menjadi penghalang untuk berkolaborasi demi kepentingan bersama dan merekatkan keharmonisan antar sesama.
Tantangan di Era Digital
Era digital memberikan peluang bagi generasi muda untuk mengakses informasi lebih mudah, tetapi juga menghadirkan tantangan besar dalam hal pemahaman yang benar tentang kebhinekaan.
Media sosial, kendati memiliki dampak positif dalam membangun jaringan sosial, namun sering kali menjadi keranjang berseliwerannya penyebaran hoax, hatespeech, dan pandangan ekstrem yang dapat memecah belah masyarakat.
Dalam hal ini, penting bagi generasi muda untuk memiliki keterampilan literasi digital yang baik agar dapat menyaring informasi dengan bijak dan mengoreksi informasi yang tidak benar.
Hal ini diungkapkan oleh Kaspersky Lab (2021), bahwa lebih dari 70% pengguna internet di Indonesia terpapar oleh konten negatif, termasuk ujaran kebencian dan diskriminasi berbasis agama. Dengan demikian, ini menjadi tantangan besar bagi pendidikan dan pembinaan karakter generasi muda.
Oleh karena itu, selain pendidikan formal, perlu ada komitmen untuk peningkatan literasi digital yang mengajarkan cara bijak dalam menggunakan internet serta mengedepankan nilai-nilai toleransi dan kebersamaan.
Membangun Kebhinekaan melalui Empati dan Kolaborasi
Generasi muda harus diajak untuk membangun kebhinekaan bukan hanya melalui kata-kata, tetapi juga melalui tindakan nyata.
Salah satu cara yang efektif adalah dengan menumbuhkan rasa empati terhadap sesama. Hal ini dapat dimulai sejak dini dalam pendidikan keluarga dan sekolah.