Mohon tunggu...
Muhammad Rafly Setiawan
Muhammad Rafly Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Manager Pemantauan Nasional Netfid Indonesia

Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang memiliki hobi travelling, menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Manchester United, Ruben Amorim, dan Premier League

10 Desember 2024   11:26 Diperbarui: 14 Desember 2024   17:18 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih Manchester United Ruben Amorim (kiri) memberi isyarat kepada gelandang Manchester United Alejandro Garnacho dalam pertandingan Liga Inggris antara Ipswich Town vs Man United di Portman Road di Ipswich, Inggris, pada Minggu 24 November 2024. (Foto: AFP/DARREN STAPLES via kompas.com)

Manchester United merupakan klub dengan sejarah yang tak tertandingi. Sejumlah piala yang membuat rival mereka tercengang, dan sebuah kapasitas luar biasa untuk menumbuhkan harapan hanya untuk menghancurkannya dalam sekejap.

Saat ini, jika kita mendengar nama Manchester United, apa yang terlintas dalam pikiran Anda? Sebuah tim yang sedang berjuang melawan dirinya sendiri untuk kembali ke puncak Premier League?

Atau sebuah proyek jangka panjang yang lebih mirip eksperimen sosial, dimana kegagalan adalah bagian dari proses dan kesuksesan hanyalah ilusi yang terus digantungkan? Entahlah, satu hal yang pasti bahwa Manchester United selalu berhasil menarik perhatian penggemar sepak bola, baik itu dalam arti positif maupun negatif.

Di tengah hiruk-pikuk tersebut, muncul sebuah nama yang mulai sering dibicarakan, siapa lagi kalau bukan Ruben Amorim. Pelatih muda asal Portugal yang berhasil membangkitkan Sporting CP dari tidur panjang dan membawa klub tersebut meraih kejayaan domestik.

Amorim, dengan segala pesonanya adalah figur yang dirindukan banyak pihak termasuk penggemar United yang dengan setia menunggu saat dimana mereka bisa kembali memanaskan persaingan juara Premier League.

Namun pertanyaannya adalah, apakah Ruben Amorim merupakan jawaban dari segala masalah yang menghantui 'Setan Metah'? Atau hanya pelatih lain yang terjebak dalam lingkaran kegagalan seperti kebanyakan pelatih anyar sebelumnya? Mari kita ulas bersama.

Menunggu Keajaiban atau Pencarian yang tidak pernah Berakhir

Sejak Sir Alex Ferguson pensiun pada 2013, Manchester United telah melaju bak pesawat tanpa pilot. Mulai dari David Moyes yang diangkat sebagai penerus Ferguson, hingga pergantian pelatih yang nyaris tak berujung.

United seolah-olah sedang menjalani film drama panjang yang penuh dengan plot twist, dan sebagian besar plot twist tersebut hanya membuat penonton semakin frustrasi. Dan memancing reaksi fans rival mengolok-olok klub United sebelum dan sesudah berlaga sebagai tim yang bapuk.

Di tengah segala pergantian taktik, filosofi, dan wajah-wajah pelatih, satu hal yang tetap konstan adalah Manchester United selalu merasa bahwa mereka hanya butuh sedikit sentuhan untuk kembali merangsek masuk ke tangga juara. Tetapi masalahnya adalah setiap sentuhan yang dicoba kadang lebih banyak berakhir dengan luka dan drama pemecatan pelatih.

Apa yang terjadi di Old Trafford adalah cermin dari krisis identitas yang lebih besar. Di satu sisi, mereka ingin kembali menjadi dominator Premier League, sebuah gelar yang telah lama hilang.

Namun di sisi lain, mereka masih terjebak dalam masa lalu dan berusaha meniru taktik serta filosofi yang tidak selalu sesuai dengan keadaan saat ini.

Manchester United mencoba segalanya. Mulai dari pendekatan pragmatis ala Jose Mourinho, hingga eksperimen filosofi total football Erik Ten Hag. Tetapi hasilnya? kegagalan dan berujung pemecatan pelatih. Penulis sebagai fans United tentu akan menjawab pertanyaan seperti itu dengan satu kata, "performa biasa saja."

Dengan skuad yang cukup berbakat, meskipun tidak sehebat di era kejayaannya, United masih merasa kesulitan untuk bersaing di puncak Premier League.

Kualitas individu mungkin ada, tetapi tampaknya sistem yang solid, kepemimpinan yang tegas, dan filosofi permainan yang jelas sangat sulit untuk ditemukan.

Namun, apakah itu berarti harapan sudah hilang? Tentu tidak. Mereka hanya perlu seorang pahlawan, mungkin seseorang yang bisa mengatasi kegilaan di dalam dan di luar lapangan. Dan siapa tahu, mungkin dapat membawa klub ini kembali merajai Premier League.

Ruben Amorim, Pelatih Muda yang tertarik menjadi Savior

Nama Ruben Amorim mulai mencuat dalam percakapan tentang masa depan Manchester United sebagai pelatih yang bisa membawa perubahan signifikan. 

Amorim, meski usianya baru 39 tahun (terhitung muda untuk menukangi Manchester United) telah menunjukkan bahwa dia bukanlah pelatih sembarangan dan tak bisa dipandang enteng.

Di Sporting CP, Amorim berhasil menghidupkan kembali klub yang lama tenggelam dalam bayang-bayang Porto dan Benfica, serta menyabet gelar Liga Portugal yang sangat didambakan. Filosofinya yang berbasis penguasaan bola dan intensitas tinggi tidak hanya menarik, tetapi juga efektif.

Namun, sebelum para penggemar United (termasuk penulis) mulai membayangkan tim ini di bawah kepemimpinan Amorim dengan baju merah cerah dan trofi Premier League di tangan, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan.

Pertama, apakah Amorim siap menghadapi realitas Old Trafford? Di Sporting CP, Amorim adalah sang maestro dan penguasa yang tak terbantahkan, dimana setiap keputusan berada di tangannya.

Tetapi di Manchester United, dia akan menjadi bagian dari mesin yang lebih besar, mesin yang penuh dengan ego pemain, ekspektasi media, dan fans yang tidak pernah puas.

Selain itu, kita menghadapi kenyataan bahwa tidak semua pelatih muda berhasil di Premier League. Sebut saja Frank de Boer yang hanya bertahan empat pertandingan bersama Crystal Palace atau siapa pun yang memutuskan untuk mengambil alih posisi manajer di Everton dalam beberapa tahun terakhir berujung kegagalan pahit.

Sejarah Premier League penuh dengan nama-nama yang dipandang penuh harapan, namun akhirnya tenggelam begitu saja. Bahkan nama-nama mentereng yang pernah menukangi klub besar di Premier League, beberapa diantaranya tidak lagi disorot oleh awak media.

Kendati demikian, ada satu hal yang bisa menjadi pembeda bagi Ruben Amorim, yang itu adalah keberaniannya untuk mengambil risiko. 

Tidak ada yang lebih berani daripada meninggalkan kenyamanan sebuah klub yang stabil untuk menantang diri di salah satu liga paling kompetitif di dunia dan di bawah tekanan yang datang dari segala penjuru.

Dengan keberaniannya menghadapi risiko tersebut, meski banyak yang meragukannya (termasuk fans United sendiri), tidak ada yang bisa menafikan bahwa Amorim memiliki potensi untuk membangun sesuatu yang luar biasa atau justru berakhir menjadi bagian drama United yang tak berkesudahan.

Perebutan Juara Premier League, antara Fantasi dan Realita

Di sini, kita akan bicarakan tentang hal yang paling menarik, yaitu perebutan juara Premier League 2024/2025. Di saat Manchester United masih berjuang menemukan identitasnya kembali, di luar sana ada beberapa tim yang lebih jelas tujuannya.

Liverpool, Manchester City, dan Arsenal telah menunjukkan dominasi mereka dalam beberapa musim terakhir, hingga musim ini.

Sementara Chelsea, memutuskan untuk merombak kembali segala sesuatunya dengan pelatih baru. Lalu ada Tottenham Hotspur yang setiap tahunnya berharap bisa menjadi pesaing sejati tetapi pada akhirnya berakhir dengan hanya menjadi 'Spurs'.

Manchester United, meskipun terus dipandang sebagai salah satu klub terbesar di dunia, tampaknya lebih sering menjadi 'pesaing jarak jauh' yang jatuh bangun untuk merangsek masuk di top 3 Premier League. 

Setiap kali mereka hampir mencapai puncak, mereka tersandung oleh klub yang tidak terlalu diunggulkan seperti Nottingham Forest, walhasil terjatuh lagi.

Ini adalah siklus yang begitu dikenal oleh penggemar, seolah-olah ada hukum tidak tertulis yang menyatakan bahwa Manchester United tidak boleh memenangkan laga dan meraih tiga poin.

Bahkan di bawah kepemimpinan pelatih muda ini, Ruben Amorim, kesalahan-kesalahan mendasar tetap muncul dan konsistensi tetap menjadi masalah besar.

Di tengah ketidakpastian ini, Amorim perlu mengubah taktik dan melakukan adaptasi yang lebih cepat dalam sengitnya atmosfer Premier League. Apakah dia nantinya cukup untuk membuat 'Setan Merah' menjadi penantang gelar utama yang telah lama hilang selama satu dekade ini?

Apabila kita realistis, Premier League bukan tempat untuk bereksperimen jangka panjang jika ingin segera meraih hasil. Khusus Amorim, perlu waktu untuk membangun skuad yang kuat, sementara waktu tidak selalu dimiliki oleh pelatih di klub sebesar Manchester United.

Di United, ekspektasi besar setiap saat (bahkan datang dari fans rival yang selalu mengharapkan 'Setan Merah' kalah), dan tidak ada ruang untuk kekalahan beruntun, apalagi penampilan yang kurang meyakinkan.

Oleh karena itu, kendati harapan ada tetapi kenyataan sering kali berkata lain, mungkin bukan sekarang dan mungkin juga tidak dalam waktu dekat.

Mimpi yang terus Menghantui

Pertanyaannya, apakah Manchester United akan kembali ke puncak Premier League dalam waktu dekat? Mungkin. Tetapi itu membutuhkan lebih dari sekedar pelatih yang penuh harapan seperti Ruben Amorim.

Dibutuhkan sebuah revolusi menyeluruh seperti sistem yang jelas, kepemimpinan yang kuat, dan yang terpenting adalah pemain yang siap untuk mengorbankan egonya demi kesuksesan tim.

Apakah Ruben Amorim dapat menjadi orang yang memimpin revolusi di Old Trafford? Mungkin saja, tetapi hanya waktu yang bisa menjawab takdirnya.

Sampai saat itu, para penggemar United (termasuk penulis sendiri) akan terus berharap, bermimpi, dan menunggu 'Setan Merah" menyabet raihan trofi. Mungkin suatu hari nanti, impian tersebut akan menjadi kenyataan.

Ataukah mungkin saja hanya akan menambah episode kegagalan yang menyakitkan dan tragis yang terus dimainkan di Old Trafford? Siapa yang tahu? Namun yang pasti, ini adalah perjalanan sejarah masa depan klub yang tidak pernah membosankan.

Untuk itu, kita tunggu waktunya tiba dan biarkan fans rival makin memanas, mengolok-olok dan membuncah. Sebagai penutup, kita perlu bersabar dan berlapang dada seraya terus menggelorakan lagu kejayaan kita, "Glory, Glory, Man United".

Memulung Hikmah di Tanah Rantau Jakarta

Langkah yang Menyatukan

Prediksi Ekonomi Politik Indonesia 2025

Keunikan Kapurung dan Lapar yang Tak Terbendung

Pendidikan, Ekonomi, dan Peran Generasi Muda dalam Membangun Masa Depan

Generasi Muda, Lintas Iman, dan Merawat Kebhinekaan 

Kecanduan Handphone

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun