Damar merasa lega, meskipun hatinya masih penuh perasaan campur aduk.
Ia tahu, orang tuanya mungkin tidak sepenuhnya memahami jalan yang ia pilih, tetapi mereka berusaha untuk mendukungnya dengan sepenuh hati.
Maya yang mendengar cerita Damar tentang perbincangannya dengan orang tuanya, merasa sangat bangga. "Aku tahu kamu bisa, Damar. Terkadang, kita memang harus berani memilih jalan yang sesuai dengan hati kita, meskipun itu berbeda dari yang orang lain harapkan. Dan yang terpenting adalah kamu tetap menjaga kasih sayang dan rasa hormat kepada orang tua."
Damar merasa bahwa keberanian untuk mengikuti kata hati ini adalah langkah besar dalam perjalanan spiritualnya.
Ia mulai menyadari bahwa kebahagiaan tidak datang dari pencapaian yang diukur dengan mata uang atau status sosial, tetapi dari kedamaian batin dan kemampuan untuk memberi manfaat kepada orang lain.
Singkat waktu, beberapa bulan kemudian, Damar memutuskan untuk membuka sebuah lembaga pendidikan di desanya, sebuah sekolah untuk anak-anak dari keluarga kurang mampu yang tidak sanggup membayar biaya pendidikan.
Damar ingin memberi mereka kesempatan yang lebih baik, meskipun ia tahu itu bukan hal yang mudah.
Dalam prosesnya, ia mendapatkan dukungan penuh dari Maya yang juga mengajarkan tentang pentingnya pendidikan dan pembangunan karakter.
Pada hari pertama sekolah dimulai, Damar mengundang orang tuanya untuk hadir. Ketika ayah dan ibunya melihat anak mereka berdiri di depan kelas dengan penuh keyakinan, mengajarkan anak-anak untuk bermimpi besar, mereka merasa bangga.
Mereka mungkin tidak sepenuhnya mengerti apa yang Damar lakukan, tetapi mereka tahu bahwa Damar telah memilih jalan yang bisa membuatnya bahagia, dan itu yang paling penting bagi mereka.
Di bawah langit yang cerah, Damar merasa bahagia. Meskipun jalannya penuh tantangan, ia tahu bahwa ia telah menemukan kedamaian dalam hidupnya dengan cara melayani, memberi, dan mencintai.