Mohon tunggu...
Muhammad Rafly Setiawan
Muhammad Rafly Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Manager Pemantauan Nasional Netfid Indonesia

Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang memiliki hobi travelling, menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Langkah yang Menyatukan

7 Desember 2024   18:53 Diperbarui: 25 Desember 2024   19:47 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://lipsus.kompas.com/pameranotomotifnasional2024/read/2023/08/11/150051578/174-hektar-sawah-di-bandung-barat-kering-dampak-el-niino-desa-

Suatu hari saat berada di kota, Damar bertemu dengan seorang gadis bernama Maya. Maya adalah seorang mahasiswi jurusan psikologi yang baru saja pindah ke Yogyakarta dari Bali.

Maya memiliki kepribadian yang hangat dan selalu terlihat tenang. Ada sesuatu dalam dirinya yang membuat Damar merasa nyaman, meskipun mereka baru saling kenal.

Mereka sering berbicara tentang banyak hal, dari pendidikan hingga kehidupan pribadi. Damar merasa Maya adalah orang yang bisa membuatnya melihat dunia dengan cara yang berbeda.

Pada suatu sore yang cerah, mereka duduk di taman kampus, menikmati angin yang sejuk sambil berbicara tentang kehidupan.

"Maya," kata Damar dengan nada pelan, "kenapa menurutmu orang-orang selalu merasa tidak cukup? Aku merasa banyak orang di sekitarku, termasuk orang tuaku, yang selalu ingin lebih. Mereka selalu berharap aku bisa lebih dari sekadar anak petani. Tapi aku tidak tahu apakah itu yang aku inginkan."

Maya menatap Damar dengan mata yang penuh perhatian. "Aku pikir, banyak orang merasa seperti itu karena mereka dibesarkan dengan harapan-harapan tertentu. Tapi aku percaya, kebahagiaan sejati datang ketika kita bisa menerima diri kita apa adanya, dan menjalani hidup sesuai dengan panggilan hati kita. Kalau kita selalu mengikuti harapan orang lain, kita tidak akan pernah merasa utuh."

Damar kemudian terdiam, merenungkan kata-kata Maya. Seperti ada titik terang yang menyentuh hatinya.

Ia sadar bahwa ia sering terjebak dalam harapan orang lain, mencoba menjadi apa yang diinginkan orang tuanya tanpa benar-benar mencari tahu apa yang ia inginkan.

"Jadi apa yang harus aku lakukan, Maya? Aku merasa ingin membahagiakan orang tuaku, tapi aku juga ingin hidup sesuai dengan keyakinanku sendiri," tanya Damar dengan penuh keresahan.

Maya tersenyum lembut seraya berkata, "Aku rasa kamu bisa menemukan kebahagiaan dengan mengikuti suara hati dan tetap menghormati orang tuamu. Cobalah untuk menggabungkan keduanya. Tidak harus memilih salah satu, tapi carilah cara agar kamu bisa berdamai dengan kedua hal itu."

Damar mulai merasa lebih tenang. Maya memberinya perspektif baru yang membuat hatinya sedikit lebih ringan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun