Namun, hidup di tanah rantauan bukan hanya soal kemacetan. Di sini, saya belajar untuk menghela nafas, menaklukkan ego, menundukkan kepala, dan kadang-kadang mencari rezeki di antara hiruk-pikuk kota.
Saya belajar bahwa Jakarta bukan tempat yang menawarkan segalanya dengan mudah. Di sinilah, saya mulai mengais-ngais hikmah dari orang-orang yang berlari tanpa arah, dari perbincangan ringan dengan teman-teman sesama perantau, dan bahkan dari kejadian-kejadian yang kadang lebih mirip drama Korea ketimbang kenyataan hidup.
Mengais Hikmah dari Wajah Jakarta yang Berbeda
Apabila kalian berpikir hidup di Jakarta itu mudah, maka kalian belum pernah merasakan betapa frustrasinya menjadi seorang pelajar yang jauh dari kampung halaman yang harus berpikir kreatif untuk mencari rezeki yang kadang-kadang datang dan kadang juga tak datang.
Saya datang ke Jakarta dengan harapan tinggi untuk menyelesaikan pendidikan Magister dan menemukan hidup yang lebih baik, meski kadang-kadang saya ngeposting di media sosial sebagai pemanis atas perjalanan ini. Tetapi kenyataannya tidak sesederhana apa yang dibayangkan.
Saya digempur tugas-tugas perkuliahan, tenggat waktu, dan berjibaku dengan kemacetan agar tidak telat ke kampus. Di sini juga, kalian akan menemukan bahwa tidak semua yang terlihat indah di luar, berkilau, dan penuh peluang sebenarnya adalah emas.
Saya belajar bahwa Jakarta bukan hanya tentang menjadi pelajar dan hidup lebih baik. Kadang, Jakarta mengajarkan kita tentang survival. Di sini, kalian akan bertemu dengan orang-orang yang selalu tampak lebih hebat, lebih pintar, lebih cepat bergerak daripada diri kalian sendiri.
Mereka sudah punya semua seperti gelar pendidikan yang tinggi, pengalaman, dan jaringan yang luar biasa luasnya. Sementara saya? Masih mengais-ngais peluang yang terbuang di luar sana, mencoba memahami dunia yang selalu bergerak lebih cepat dari langkah-langkah saya.
Setiap kali saya merasa sedikit tertinggal, saya ingatkan diri sendiri bahwa ini bukan tentang siapa yang lebih dulu sampai, tetapi ini tentang siapa yang lebih sabar bertahan.
Yups, Jakarta memberi saya pelajaran hidup yang lebih keras daripada yang saya bayangkan, tapi tentu itulah hikmah yang kadang tersembunyi di balik semua kerumunan dan hiruk-pikuk perkotaan.
Hidup sebagai Pemulung Pelajaran