Mohon tunggu...
Muhammad Rafly Setiawan
Muhammad Rafly Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Manager Pemantauan Nasional Netfid Indonesia

Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang memiliki hobi travelling, menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Sherly Tjoanda: Simfoni Populisme yang Menyentuh Hati atau Sekedar Cermin dari Realitas Politik Lokal

3 Desember 2024   16:49 Diperbarui: 4 Desember 2024   15:51 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://medan.tribunnews.com/2024/10/25/profil-sherly-tjoanda-istri-benny-laos-yang-akhirnya-maju-sebagai-calon-gubernur-maluku-utara

Tahun 2024 sepertinya bakal dikenang oleh sejarah politik Maluku Utara sebagai tahun yang penuh kejutan. Bagaimana tidak, Sherly Tjoanda (istri dari mendiang Benny Laos) yang sebelumnya mungkin hanya dikenal oleh sekelompok kecil masyarakat yang setia mengikuti dinamika politik lokal, tiba-tiba melambung sebagai pemenang Pilkada di Maluku Utara.

Mungkin kita semua bertanya-tanya, apa yang membuat Sherly Tjoanda begitu istimewa? Apakah dia seorang inovator brilian dalam pemerintahan, atau hanya seorang ahli dalam memainkan simpati publik?

Oleh sebab itu, penulis akan mencoba mengupas kemenangan Sherly Tjoanda dalam Pilkada 2024 di Maluku Utara. Mari kita kupas bersama-sama.

Dari "Siapa Dia" menjadi "Siapa lagi kalau bukan Dia"

Sebelum Pilkada 2024, siapa yang benar-benar mengenal Sherly Tjoanda di luar komunitas politik Maluku Utara? Mungkin dia bukan selebritas politik nasional seperti yang kita harapkan, tetapi dalam dunia politik lokal, siapa yang peduli dengan pengenalan di tingkat nasional? Toh, yang terpenting adalah pengakuan lokal.

Sebagai calon yang muncul dari jalur politik (menggantikan suaminya) yang tak terlalu banyak sorotan dari media, Sherly dengan cepat memanfaatkan ketidakterkenalannya ini sebagai salah satu kartu as dalam permainan politik.

Fenomena ini mengingatkan kita pada teori media massa dan politik yang sering kali diabaikan, bahwa ketidakterkenalan dapat menjadi aset berharga dalam kampanye (Lilleker, 2022).

Dalam analisis politik yang lebih mendalam, ketidakterkenalan sering kali bisa berfungsi sebagai kanvas kosong, dimana publik dapat melukis citra ideal yang mereka inginkan tanpa terganggu oleh latar belakang negatif, yang biasanya melekat pada politikus berpengalaman.

Namun Sherly menyadari bahwa ia tak memiliki rekam jejak panjang, tetapi justru itu yang membuatnya lebih mudah dipoles menjadi calon pemimpin yang penuh harapan (sebagai pengganti mendiang suaminya).

Jangan coba terlalu banyak berbicara tentang Kebijakan

Mari kita bicara sedikit tentang strategi kampanye Sherly yang tampaknya sangat terstruktur, sistematis, dan terencana. Salah satu taktik yang sangat jitu adalah menghindari pembahasan rinci tentang kebijakan.

Mengapa repot-repot membahas hal-hal teknis yang kompleks seperti anggaran daerah, proyeksi ekonomi, atau infrastruktur? Lebih baik tampil dengan janji-janji yang terdengar menarik.

Apalagi di daerah seperti Maluku Utara yang masih sangat bergantung pada pendekatan emosional dalam politiknya. Apakah masyarakat benar-benar membutuhkan detail kebijakan atau mereka hanya ingin merasa terhubung dengan calon yang memahami kebutuhan mereka secara emosional?

Bukan hanya sekedar slogan kosong, Sherly berhasil menghadirkan dirinya sebagai "pembaharu" yang dijanjikan oleh Maluku Utara. Dalam analisis politik kontemporer, janji-janji besar tanpa detail teknis sering kali menjadi salah satu alat paling efektif untuk memenangkan hati masyarakat (Moffitt & Tormey, 2021).

Seperti yang kita lihat dalam banyak kampanye populis, yang terpenting adalah citra dan simbolisme. Tak masalah apabila program kerjanya belum tentu dapat diimplementasikan, asal pesannya sampai dan disambut dengan tepuk tangan.

Ini adalah seni berbicara tanpa menjelaskan apa pun, dan Sherly tampaknya telah memahaminya dengan sangat baik.

Ketika Adat dan Budaya menjadi Senjata Pemilihan

Tak dapat dipungkiri, Sherly Tjoanda tahu betul bahwa di Maluku utara, politik tak bisa lepas dari sentimen lokal. Di tengah atmosfer Pilkada yang memanas, dia memilih untuk mendekatkan dirinya dengan masyarakat melalui pendekatan yang sangat menyentuh.

Sherly dengan pendekatan briliannya, mampu berbicara tentang kebudayaan lokal, melibatkan tokoh adat, dan tentu dengan menjanjikan bahwa di bawah kepemimpinannya, budaya dan tradisi akan dihormati serta dilestarikan.

Siapa yang bisa menolak pendekatan seperti ini? Dalam banyak kasus, para pemilih lebih suka merasakan hubungan emosional dengan calon pemimpin mereka daripada mempertimbangkan seberapa realistis kebijakan yang ditawarkan (Heath, 2022).

Mungkin ini adalah pendekatan yang sangat klasik, tetapi apakah ada yang lebih efektif dari berbicara tentang kebudayaan dan identitas lokal? Tentu saja tidak. Menggunakan simbol-simbol budaya dan adat sebagai alat politik adalah trik lama yang tak pernah gagal dalam politik daerah (Keddie, 2023).

Selain itu, kenapa perlu janji perubahan struktural atau perbaikan ekonomi yang memerlukan waktu dan perencanaan panjang, jika bisa langsung menyentuh hati masyarakat dengan sesuatu yang lebih praktis dan instan seperti kebanggaan terhadap budaya? Dan apa yang lebih kuat dari janji yang bersifat emosional seperti ini?

Ini merupakan strategi jitu dan efektif dalam memenangkan pertarungan pada Pilkada 2024, khususnya di Maluku Utara sehingga dapat duduk di tampuk kekuasaan tertinggi di tingkat lokal sebagai Gubernur.

Populisme Lokal: Janji Besar menjadi lebih berharga dari Aksi Nyata

Ini bagian paling menarik dari kemenangan Sherly, yaitu keberhasilannya dalam memainkan populisme lokal yang ciamik. Pada dasarnya, populisme adalah bentuk politik yang menekankan ketegangan antara masyarakat dan elite.

Hal ini dipotret jelas oleh Sherly, bahwa bagaimana menciptakan citra dirinya sebagai sosok yang dekat dengan masyarakat, yang berlawanan dengan para elite yang dianggap hanya peduli pada kepentingan pribadi daripada kepentingan umum.

Bukan hanya sekedar berkampanye dengan bahasa yang mudah dipahami, Sherly berhasil menanamkan pesan bahwa dia adalah pilihan rakyat kecil, bukan bagian dari sistem yang dianggap korup dan jauh dari kebutuhan masyarakat.

Ini adalah formula yang sudah teruji dalam banyak kontestasi Pilkada di Indonesia. Tentu saja bukan pendekatan baru, tetapi yang menarik adalah bagaimana Sherly mengemasnya dengan sangat mulus dan soft landing.

Dengan melalui media sosial, pertemuan langsung dengan warga, dan tentu dengan bantuan tim kampanye yang ahli dalam menciptakan narasi, Sherly berhasil meraih simpati publik yang menginginkan perubahan tanpa terlalu memperhatikan apa yang sebenarnya akan dia lakukan setelah terpilih.

Menurut Mudde (2023) dalam penelitiannya tentang populisme dalam politik lokal, bahwa retorika yang mengidentifikasi rakyat sebagai pihak yang dirugikan dan elit sebagai pihak yang menyalahgunakan kekuasaan, terbukti efektif dalam meraih dukungan pada konteks daerah yang marjinal dan kurang berkembang.

Dalam hal ini, Sherly dapat dikatakan sangat cerdas dalam memanfaatkan situasi dan narasi yang diciptakannya untuk membangun koneksi yang luas dan meraih dukungan yang sebesar-besarnya.

Demokrasi atau hanya Kemengan Ilusi?

Akhirnya, kemenangan Sherly Tjoanda pada Pilkada 2024 di Maluku Utara patut dirayakan sebagai kemenangan demokrasi. Kendati kita harus bertanya, apakah kemenangan ini benar-benar mencerminkan suara rakyat yang rasional, atau hanya refleksi dari strategi politik yang sangat terencana dan berbasis pada personal branding.

Dalam dunia politik yang semakin dipenuhi dengan manipulasi informasi dan sentimen populer, kita sering lupa bahwa kemenangan sejati dalam demokrasi bukan hanya soal siapa yang paling bisa memikat hati, tetapi siapa yang benar-benar mampu membawa perubahan konkret bagi masyarakat.

Mungkin untuk saat ini, Sherly Tjoanda adalah simbol kemenangan bagi sistem politik yang lebih mengutamakan emosi daripada kebijakan.

Seiring waktu, kita akan melihat apakah dia akan mampu mengubah janj-janji politiknya menjadi realitas yang dapat dinikmati oleh masyarakat Maluku Utara, atau apakah ini hanya kemenangan sementara yang dibangun atas ilusi semata? Wallahu 'alam bissawab.

Referensi

Heath, A. (2022). The Politics of Identity: How Culture Shapes Electoral Politics in the Global South. Cambridge University Press.

Keddie, N. (2023). Culture and Politics: Local Traditions in Modern Democracy. Routledge.

Lilleker, D. (2022). Political Communication and Campaigning in a Changing Media Landscape. Oxpord University Press.

Moffitt, B., & Tormey, S. (2021). Populism and the Politics of Change. Political Studies Review, 19(3), 353-367.

Mudde, C. (2023). Populism: A Very Short Introduction. Oxford University Press.

https://www.kompasiana.com/muhammadraflysetiawan/6748538bc925c41f6f4a3023/paradoks-yang-menyenangkan-ngopi-generasi-muda-dan-penguatan-demokrasi

https://www.kompasiana.com/muhammadraflysetiawan/6749c81ced64151e8c2d6ea2/belajar-dari-pilkada-dki-jakarta-2024

https://www.kompasiana.com/muhammadraflysetiawan/674acea4c925c456a67c5c42/kegagalan-dinasti-politik-di-luwu-raya-yang-menggelikan

https://www.kompasiana.com/muhammadraflysetiawan/674b924eed64151c5d191d02/kotak-kosong-menang-pilkada-2024-apakah-kemenangan-demokrasi-atau-puncak-keputusasaan

https://www.kompasiana.com/muhammadraflysetiawan/674c7cc6ed641512826457a2/apakah-kegagalan-airin-pada-pilkada-banten-2024-adalah-sebuah-kesuksesan

https://www.kompasiana.com/muhammadraflysetiawan/674f4095ed641516e317bce2/kemenangan-andi-sudirman-sulaiman-pilkada-2024-sulsel-apakah-kejutan-atau-sudah-diprediksi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun